Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi. Zakariya Amirudin Al Aziz

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL JALUR PELAYARAN KAPAL DI SUNGAI MUSI MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI

LATAR BELAKANG TUJUAN PERUMUSAN MASALAH. Fadila Putra K Distribusi menurun hingga 60% (2007) Kebutuhan Pupuk

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

: Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan.

Septyan Adi Nugroho

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report


BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

Angkutan Jalan a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

SISTEM TRANSPORTASI LAUT

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

A. ARUS KAPAL. Unit GT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelabuhan Ciwandan Banten

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 Jasa Pemanduan a Tarif Tetap 40, per kapal per gerakan b Tarif Variabel per GT kapal per gerakan

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI PERHUBUNGAN. Menimbang :

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

VALUASI FINANSIAL PEMBANGUNAN COAL TERMINAL BERDASARKAN KAPASITAS STOCKPILE YANG OPTIMAL PADA PT. X DENGAN PENDEKATAN SIMULASI

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

: Kapal Pandu 2 Unit Kapal Tunda, Kepil, kapal Cepat 1 unit Tenaga Pandu 8 (delapan) orang.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai gambaran umum tentang fungsi pelabuhan dan kapal

EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X. Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat, Indonesia.

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

DAFTAR ISI ABSTRAK...

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Oleh: Alvin Habara( ) StudiDistribusiPupukLewatLautStudiKasus: Gresik Bali dan Nusa Tenggara 2 JULI 2013

TUGAS AKHIR Analisa Penentuan Alat Bongkar Muat Kapal dan Unitisasi Muatan untuk Meningkatkan Kinerja Operasional Kapal : Studi Kasus Cement Bag

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

Pelabuhan Makassar. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

Pesawat Polonia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT

Transkripsi:

Penentuan Kapasitas Optimal Jalur Pelayaran Kapal di Sungai Musi Menggunakan Model Simulasi Zakariya Amirudin Al Aziz 2509 100 130

Peningkatan volume bongkar muat Overview Kondisi sungai & jalur sempit Regulasi pemanduan & prioritas kapal Kapasitas Optimal Jalur Sungai Keselamatan & Keamanan Pelayaran

Volume Bongkar Muat di Pelabuhan Palembang Curah dan Bag (Ton) Peti Kemas (TEU's) Bongkar Muat Bongkar Muat 9,761,487 53,361 53,912 52,205 51,305 6,999,196 8,564,435 37,139 41,539 41,285 40,680 38,302 3,970,178 4,709,095 27,983 1,107,643 1,086,540 1,307,177 1,497,211 1,715,345 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 (sumber : data perusahaan)

Kondisi Sungai Jalur pelayaran membentang sepanjang 111,12 km Terdapat 6 jalur sempit masingmasing mempunyai panjang ± 4 km Tikungan Kramat Tikungan Sudimara Terdapat 7 pelabuhan diantaranya Boom Baru, Kertapati, PUSRI, Plaju, Sungai Gerong, Sungai Lais, dan SAP Perairan Bandar Aer Kumbang Selat Jaran Tikungan Salah Nama (sumber : maps.google.com)

Pelabuhan Palembang

Regulasi Kapal berukuran 500 GT (panjang 60 meter) wajib dipandu Perairan wajib pandu rute dua arah kecuali jalur sempit rute satu arah Ketika melewati jalur sempit ada prioritas kapal yang didahulukan berdasarkan muatan yang diangkut Jarak aman antar kapal beriringan (convoy) sepanjang 8 cable (1,48 km)

Rumusan Masalah Volume Bongkar Muat Kondisi Sungai Kapasitas Optimal Jalur Wajib Pandu Regulasi Model Simulasi

Tujuan Penelitian 1. Identifikasi penggunaan jalur pelayaran wajib pandu 2. Eksperimen skenario untuk penentuan kapasitas optimal sungai 3. Rekomendasi kebijakan pengelolaan lalu lintas kapal di perairan wajib pandu

Batasan Batasan dan Asumsi 1. Sistem lalu lintas kapal di Perairan Wajib Pandu Kelas I Pelabuhan Palembang 2. Entitas yang dikaji meliputi kapal-kapal yang melewati perairan wajib pandu 3. Regulasi yang berlaku ditetapkan instansi terkait Asumsi 1. Regulasi pelayaran pada jalur pelayaran Perairan Wajib Pandu Kelas I Pelabuhan Palembang tidak berubah selama penelitian dilakukan

Metodologi Penelitian 1 2 3 4 5 Pengumpulan & Pengolahan Data Modelling Running Model Analisis Kesimpulan & Saran

Hasil Running Model

Perhitungan Kepadatan Jalur Pelayaran Perhitungan Jalur Satu Arah (jalur sempit) Panjang total 6 jalur sempit = 4,971 + 4,055 + 4,155 + 4,186 + 4,432 + 1,754 = 23,553 km Kapasitas sungai = (23,553/1,4824) x 1 (jalur satu arah) = 16 unit kapal Perhitungan Jalur Dua Arah Panjang jalur pelayaran = 111,12 23,553 = 87,567 km Kapasitas sungai = (87,567/1,4824) x 2 (jalur dua arah) = 119 unit kapal Perhitungan Unit Tongkang Total unit kapal satu dan dua arah = 16 + 119 = 135 unit kapal Prosentase tongkang dari total unit = 135 x 37% = 50 unit kapal Maka tambahan 50 unit kapal berupa tugboat untuk menarik 50 unit tongkang sehingga : Total unit kapal satu arah dan dua arah + jumlah tugboat = 135 + 50 = 185 unit kapal Maka kapasitas sungai adalah 185 unit/hari.

Hasil Skenario 2012 120.00 Kepadatan Jalur Pelayaran Tahun 2012 140 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Palembang Tahun 2012 100.00 98 120 100 80.00 80 60.00 60 40.00 40 20.00 20 0.00 12 0 Boom Baru Kertapati S. Lais Plaju PUSRI SAP S. Gerong

Hasil Skenario 2013 100.00 90.00 Kepadatan Jalur Pelayaran Tahun 2013 87 160 140 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Palembang Tahun 2013 80.00 120 70.00 100 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 19 80 60 40 20 0 0.00 Boom Baru Kertapati S. Lais Plaju PUSRI SAP S. Gerong

Hasil Skenario 2014 180.00 160.00 Kepadatan Jalur Pelayaran Tahun 2014 171 160 140 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Palembang Tahun 2014 140.00 120 120.00 100 100.00 80 80.00 60 60.00 40 40.00 20 20.00 9 0 0.00 Boom Baru Kertapati S. Lais Plaju PUSRI SAP S. Gerong

Hasil Skenario 2015 100.00 90.00 Kepadatan Jalur Pelayaran Tahun 2015 95 160 140 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Palembang Tahun 2015 80.00 120 70.00 60.00 50.00 40.00 100 80 60 30.00 40 20.00 10.00 12 20 0 0.00 Boom Baru Kertapati S. Lais Plaju PUSRI SAP S. Gerong

Hasil Skenario 2016 120.00 Kepadatan Jalur Pelayaran Tahun 2016 160 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Palembang Tahun 2016 100.00 99 140 120 80.00 100 80 60.00 60 40.00 40 20 20.00 10 0 0.00 Boom Baru Kertapati S. Lais Plaju PUSRI SAP S. Gerong

Analisis 1. Dari skenario tahun 2012 hingga tahun 2016, kepadatan puncak di setiap tahun sebagian besar berada di pertengahan tahun. Sedangkan di awal dan akhir tahun cenderung mengalami kepadatan yang cukup rendah sehingga menjadi rekomendasi bagi pihak-pihak terkait mengenai aktivitas pelayaran mereka agar tidak pada posisi kepadatan puncak 2. Kepadatan pada tahun 2015 menurun dari tahun 2014 dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya proporsi kedatangan tongkang pada tahun 2014 lebih besar dan karena tongkang kecepatan rendah sehingga lama di posisi jalur pelayaran. Selain itu tongkang mendapat prioritas terakhir dalam melewati jalur sempit karena sebagian besar muatannya berupa bahan tambang atau komoditi. 3. Sedangkan pada tahun 2015 proporsi tongkang menurun digantikan kedatangan vessel dan kapal motor yang mengalami kenaikan. Vessel dan kapal motor mempunyai kecepatan lebih tinggi daripada tongkang serta mendapat prioritas lebih utama ketika melewati jalur sempit. 4. Sebagian besar kepadatan lalu lintas berada di awal tahun dikarenakan model masih dalam posisi warming up period. 5. Kedatangan kapal di Pelabuhan Palembang dalam rentang satu tahun pada posisi puncak artinya utilitas dermaga sedang tinggi, sedangkan pada posisi terendah artinya utilitas dermaga sedang rendah berguna sebagai informasi bagi pihak-pihak terkait dalam merencanakan aktivitas pelayaran masing-masing.

Kesimpulan dan Saran KESIMPULAN Penggunaan jalur pelayaran Sungai Musi didominasi oleh kapal berjenis tanker dan tongkang. Kapal tanker mengangkut muatan berupa minyak dan komoditi lokal berupa CPO. Sedangkan batubara mendominasi muatan tongkang. Pada penelitian ini telah dibuat model simulasi kepadatan lalu lintas kapal di Sungai Musi dan telah melakukan eksperimen skenario berupa penambahan kedatangan kapal. Dalam kondisi ideal dan aman bagi alur pelayaran, kepadatan lalu lintas yang diijinkan yaitu sebanyak 185 unit kapal/hari. Dari hasil simulasi kepadatan lalu lintas tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan kepadatan 171 unit kapal/hari. Maka dalam beberapa tahun mendatang kepadatan sungai masih dalam batas toleransi. Pihak PT. PELINDO II (Persero) Cabang Palembang sebaiknya mengantisipasi kenaikan kepadatan lalu lintas sungai pada pertengahan tahun dengan mempersiapkan tenaga kepanduan dan juga fasilitas bongkar muat pelabuhan dengan baik. SARAN Model simulasi selanjutnya mampu mengidentifikasi kinerja operasional masingmasing pelabuhan untuk pengambilan keputusan pihak terkait. Model penelitian selanjutnya mampu menghitung biaya pemanduan yang menjadi pemasukan PT. PELINDO II (Persero) Cabang Palembang.

Sekian Terima Kasih