PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

STUDI PENAMBAHAN ABU BATUBARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN BERASPAL (186M)

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

Variasi Jumlah Tumbukan Terhadap Uji Karakteristik Marshall Untuk Campuran Laston (AC-BC) Antonius Situmorang 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Transkripsi:

PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC Zulfhazli 1), Wesli 2), Said Jalalul Akbar 3) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com; wesli@unimal.ac.id; jaakidane@gmail.com Abstrak Abu batu bara terdiri dari partikel-partikel halus, gradasi dan kehalusan abu batu bara dapat memenuhi persyaratan gradasi untuk mineral filler. Penggunaan filler pada campuran aspal beton adalah untuk mengisi rongga dalam campuran, untuk meningkatkan daya ikat aspal beton, dapat meningkatkan stabilitas dari campuran aspal beton. Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai Parameter Marshall akibat pengaruh penggunaan abu batu bara sebagai pengganti filler dengan beberapa variasi campuran. Metode penelitian menggunakan Metode Marshall dengan rujukan Spesifikasi Bina Marga tahun 2010 Revisi 2. Hasil penelitian menggambarkan nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada variasi 25% abu batu bara dengan nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada variasi 50%, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran,hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara bertambah dan rongga dalam campuran bertambah licin.sedangkan nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas, dapat disimpulan bahwa semakin besar komposisi abu batu bara dapat meningkatkan Flow namun menurunkan stabilitas campuran. Kata kunci : Aspal, Filler, Abu batu bara, Stabilitas, Flow. 1. Pendahuluan Pemanfaatan abu batu bara adalah salah satu cara untuk menangani abu hasil pembakaran dari pekerjaan industri yang jumlahnya sangat besar, walaupun nilai ekonomi rendah, tetapi pemanfaatan ini dapat mengurangi biaya penanganan limbah. Abu batu bara terdiri dari partikel-partikel halus,gradasi dan kehalusan abu batu bara dapat memenuhi persyaratan gradasi untuk mineral filler. Penggunaa filler pada campuran aspal beton adalah untuk mengisi rongga dalam campuran, untuk mengikatkan daya ikat aspal beton, dan juga diharapkan dapat meningkatkan stabilitas dari campuran aspal beton. Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai parameter Marshall pada penggunaan abu batu bara sebagai pengganti filler dengan beberapa variasi campuran dan ingin mengetahui pengaruh-pengaruh yang terjadi pada campuran aspal beton AC-BC. 121

Hasil penelitian menggambarkan bahwa nilai Flow mengalami peningkatan pada variasi 25% dengan nilai 3,30 mm, kemudian meningkat sebesar 0,91% (3,33 mm) pada variasi 50%, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran, hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima peningkatan kadar abu batu bara dan rongga dalam campuran bertambah licin. Sedangkan nilai stabilitas mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% dengan nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% (1418 kg) pada kadar 50% nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas, dapat disimpulan bahwa semakin besar komposisi abu batu bara dapat meningkatkan Flow namun menurunkan stabilitas campuran. 2. Tinjauan Kepustakaan 2.1 Struktur Perkerasana Jalan Perkerasan jalan adalah suatu struktur perkerasan diletakan diatas tanah yang berfungsi untuk menampung beban lalu lintas yang melintasi diatasnya. Secara struktural lapisan perkerasan jalan harus dapat menerima dan meyebarkan beban lalu lintas tampa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Fungsi utama perkerasan jalan adalah: 1. Menyediakan lahan untuk pergerakan barang dan manusia dengan rasa aman, nyaman dan sesuai dengan kebutuhan. 2. Melindungi subgrade dengan lapisan kedap air untuk mencegah air permukaan menginfiltrasi kedalam subgrade dan melemahkan. 3. Menahan tegangan regangan yang disebabkan oleh beban lalu lintas dan cuaca, dan memindahkan pada subgrade dengan batas-batas tertentu. 2.2 Kontruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan bersifat lentur yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan harus memenuhi persyaratan. Secara umum persyaratan tersebut dibagi menjadi dua (2) syarat yaitu syarat kemanan dan kenyamanan dan syarat kekuatan/ struktural. 1. Syarat keamanan dan kenyaman Kontruksi perkerasan lentur dipandang dari segi kemanan dan kenyaman berlalu lintas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Permukaan rata, tidak bergelombang dan tidak melendut 2) Permukaan cukup fleksibel, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban lalu lintas 3) Permukaan cukup kesat, sehingga dapat memberikan gaya gesek yang baik antar ban kendaraan dengan permukaan jalan, sehingga tidfak terjadinya selid. 4) Permukaan tidak mengilap, tidak silau jika terkena sinar, baik sinar matahari atau sinar lainya. 2. Syarat kekuatan/struktural Kontruksi perkerasan jalan dipandang dari segi ketahan dan kemampuan memikul dan meyebarkan beban lalu lintas, harus memenuhi syarat-syarat: 122

1) Ketebalan yang cukup, sehingga mampu menyebarkan beban muatan lalu lintas ke tanah dasar. 2) Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya yang mengakibatkan terjadinya perlemahan. 3) Permukaan mudah megalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat dialirkan. 4) Perkerasan mampu memikul beban yang bekerja tampa menimbulkan deformasi yang berarti. 2.3 Filler Menurut Hardiyatmo (2007), bahan pengisi filler yang merupakan material berbutir halus yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm), dapat terdiri dari debu batu, kapur padam, semen portland, atau bahan non-plastis lainnya bahan pengisi ini mempunyai fungsi: a. Sebagai pengisi antara partikel agregat yang lebih kasar, sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek, serta penguncian antar butiran yang tinggi. b. Jika ditambahkan ke dalam aspal, bahan pengisi akan menjadi suspensi, sehingga terbentuk mastik yang bersama-sama dengan aspal mengikat partikel agregat. Dengan penambahan pengisi aspal menjadi lebih kental, dan campuran aspal akan bentambah kekuatanya. Bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal adalah: a. Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur, cement portland, abu terbang, abu tanur semen, atau bahan nonplastis lainnya dari sumber manapun. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan gumpalan dan bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI 03-4142- 1996 harus mengandung bahan yang lolos saringan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % dari yang lolos saringan No. 30 (600 micron) serta harus memenuhi gradasi sesuai Table 1. Tabel 1 Spesifikasi Filler untuk campuran beton aspal Saringan (mm) % Lolos 0,600 ( No. 30 ) 100 0,300 ( No.50 ) 90-100 0,075 ( No.200 ) 75 100 (Sumber: Anonim 2010) 2.4 Abu Batu Bara Abu batu merupakan partikel halus yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu dimana abu batu tersebut memiliki sifat keras, awet, dan unsur pozzolan. Sehingga abu batu bisa digunakan dalam campuran aspal beton untuk meningkatkan ketahanan suatu campuran aspal (Sukirman 2003).Abu terbang batu bara merupakan bahan anorganik sisa pembakaran batu bara dan terbentuk dari perubahan bahan mineral karena proses pembakaran. Pada pembakaran batu 123

bara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk dua jenis abu yakni abu terbang batu bara (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut abu terbang batu bara, sedangkan abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut abu dasar. Sebagian abu dasar berupa lelehan abu disebut terak (slag). Abu terbang batu bara yang akan digunakan dalam peneltian ini adalah abu terbang batu bara (bottom ash). Abu batu bara /bottom ash adalah material yang sangat halus yang berasal dari sisa pembakaran batu bara.abu batu bara dapat dijadikan filler karena ukuran partikelnya yang sangat halus yang lolos saringan bila disaring dengan menggunakan saringan No. 200 (75 micron)dan mengandung unsur pozzolan, sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dan pengikat pada aspal beton (Adibroto et al, 2008) 2.5 Parameter Marshall Menurut Sukirman (2003), parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah nilai stability dan flow yang dibaca langsung pada alat marshall. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan benda uji pada alat marshall dan beban diberikan pada benda uji dengan kecepatan 2 inci/menit atau 51 mm/menit. Beban pada saat terjadi keruntuhan dibaca pada arloji pengukur dari prooving ring. Deformasi yang terjadi pada saat merupakan nilai flow yang dapat dibaca flow meternya. Nilai stabilitas merupakan nilai arloji pengukur dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring, dan dikoreksi dengan angka koreksi akibat variasi ketinggian benda uji. Para meter lain yang penting adalah berat isi (density), rongga dalam butiran (VMA), rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFA) dan marshall quotient (Sukirman, 2003). 2.5.1 Penentuan kerapatan Menurut Sukirman (2003),density merupakan tingkat kerapatan campuran setelah campuran dipadatkan. Nilai density biasanya digunakan untuk membandingkan nilai kepadatan rata-rata lapisan yang telah selesai di lapangan dengan kepadatan dilaboratorium yang biasanya 96%. Kepadatan ini dipengaruhi oleh temperatur kepadatan, kadar aspal, kualitas dan jenis agregat penyusun campuran. berat ker ing benda uji ( gr) Density =...(1) 3 volume benda uji ( cm ) 2.5.2 Pengujian kelelahan (flow) Menurut Sukirman (2003), flow adalah besarnya bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya beban sampai keruntuhan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, viskositas aspal, gradasi agregat, dan temperatur pemadatan. Besarnya nilai flow diperoleh dari pembacaan arloji saat melakukan pengujian marshall.nilai flowadalahnilai pembacaan arloji flow pada pengujian Marshalldengan satuannya millimeter (mm) 124

2.5.3 Volume pori dalam agregat campuran (VMA) Menurut Sukirman (2003), volume pori dalam agregat campuran (VMA/ Voids in the Mineral Aggregate) adalah banyaknya pori diantara butir-butir agregat dalam beton aspal padat atau volume pori dalam beton aspal padat jika seluruh selimut aspal ditiadakan dinyatakan dalam persentase. Sifat ini sangat diperlukan dalam campuran agregat, VMA akan meningkat jika selimut aspal lebih tebal. Gmb Ps VMA = 100 % dari volume bulk beton aspal padat (2) Gsb Keterangan: VMA = volume pori antara agregat di dalam beton aspal padat G mb = berat jenis bulk dari beton aspal padat P s = kadar agregat, % terhadap berat beton aspal padat = berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat G sb 2.5.4 Volume pori dalam beton aspal padat (VIM) Menurut Sukirman (2003), banyaknya pori yang berada dalam beton aspal padat (VIM/Voids In Mix) adalah banyaknya pori diantara butir-butir agregat yang diselimuti aspal. VIM dinyatakan dalam persentase terhadap volume beton aspal padat, sifat ini merupakan volume pori yang masih tersisa setelah campuran beton aspal dipadatkan. VIM yang terlalu besar akan mengakibatkan beton aspal padat berkurang kekedapan airnya, sehingga air dan udara mudah memasuki ronggarongga dalam campuran yang akan mengurangi keawetan atau dapat mempercepat penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas beton aspal. Gmm - Gmb VIM = 100 Gmm Keterangan : VIM G mm G mb dari volume bulk beton aspal padat...(3) = volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat = berat jenis maksimum dari beton aspal yang belum dipadatkan = berat jenis bulk dari beton aspal padat 2.5.5 Volume pori antara butir agregat terisi aspal (VFA) Menurut Sukirman (2003), volume pori beton aspal padat (setelah mengalami proses pemadatan) yang terisi oleh aspal atau volume film/selimut aspal (VFA/Voids Filled Asphalt). Persentase pori antara butir agregat yang terisi aspal dinamakan VFA, maka VFA adalah bagian dari VMA terisi oleh aspal. Dengan demikian, aspal yang mengisi VFA adalah aspal yang berfungsi untuk menyelimuti butir-butir agregat di dalam beton aspal padat atau dengan kata lain VFA inilah yang merupakan persentase volume beton aspal padat yang menjadi film atau selimut aspal. 125

(VMA - VIM) VFA = 100 % dari VMA....(4) VMA Keterangan: VFA VMA VIM = volume pori antara butir agregat yang terisi aspal = % dari VMA = volume pori antara agregat di dalam beton aspal padat, % dari volumebulk beton aspal padat = volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat 2.5.6 Marshall Quotient (MQ) Menurut Sukirman (2003), Marshall Quotient adalah perbandingan antara nilai stabilitas dan flow, yang dipakai sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan campuran. Bila campuran aspal agregat mempunyai angka kelelehan rendah dan stabilitas tinggi menunjukkan sifat kaku, sebaliknya bila nilai kelelehan tinggi dan stabilitas rendah maka campuran cenderung plastis. MS MQ = MF... (5) Keterangan : MQ = Marshall Quotient, (kg/mm) MS = Marshall Stability (kg) MF = Flow Marshall, (mm) 3. Metode Penelitian Tahapan awal pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengkaji data pustaka yang bertujuan untuk mengetahui dasar teori teori yang berhubungan dengan judul ini sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih luas. Langkah selanjutnya menyiapkan bahan bahan dan alat alat yang diperlukan dalam penelitian. Adapun untuk tahapannya dilakukan pengujian sifat sifat fisis dari material yang digunakan dalam penelitian adalah agregat kasar agregat halus dan abu abu batu seperti analisa saringan dan berat jenis agregat. Untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum (KAO) maka terlebih dahulu dicari kadar aspal tengah yang selanjutnya nilai kadar aspal tengah dijadikan nilai patokan untuk pembuatan benda uji, benda uji masing masing dibuat dengan variasi kadar aspal perkiraan dengan peningkatan dan penurunan sebesar 0,5% yaitu 4%, 4,5%, 5%, 5,5%, dan 6% kadar aspal, selanjutnya pengujian benda uji dengan menggunakan alat marshall test untuk mendapatkan kadar aspal optimum. Setelah diperoleh kadar aspal optimum hasil uji marshall di mana syaratnya harus memenuhi spesifikasi maka dilanjutkan pada tahapan selanjutnya yaitu pembuatan benda uji dengan penambahan filler abu batubara dalam campuran aspal beton dengan kadar penambahan masing masing sampel adalah, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari berat filler yang diizinkan. Benda uji yang telah ditambahkan dengan filler abu batubara selanjutnya dilakukan perendaman selama 24 jam, dan selanjutnya dilakukan perendaman dalam watet bath selama 30 menit. 126

Selanjutnya dilakukan pengujian marshall yang bertujuan untuk mengetahui nilai stabilitas, flowdan nilai parameter marshall FMA, VIM, VFA dan sejauh mana pengaruh penambahan abu batubara terhadap aspal beton AC-BC (asphalt concrete-binder corse) seiring penambahan kadar abu batu bara dalam campuran tersebut. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil 4.1.1 Pemeriksaan Aggregat Proses pengujian berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis apparent danpenyerapan air pada agregat kasar dilakukan secara berurutan, dikarenakan padapengujian tersebut memiliki kebutuhan parameter yang sama dan saling terkait, yaitu berat benda uji kering oven, berat benda uji kering permukaan jenuh danberat benda uji dalam air. Tabel 2 PengujianBerat jenis dan penyerapan agregat 3/4 No Sifat agregat Persyaratan Min Maks Hasil Satuan 1 Berat jenis curah (Bulk) 2,5 2,604 gr/cm³ 2 Berat jenis semu 2,5 2,721 gr/cm³ 3 Berat jenis kering permukaan jenuh 2,5 2,647 gr/cm³ 4 Penyerapan air 3 0,017 % Tabel 3.Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat 3/8 No Sifat agregat Persyaratan Min Maks Hasil Satuan 1 Berat jenis curah (bulk) 2,5 2,607 gr/cm³ 2 Berat jenis semu 2,5 2,646 gr/cm³ 3 Berat jenis kering permukaanjenuh 2,5 2,711 gr/cm³ 4 Penyerapan air 3 0,015 % Tabel 4.Pengujian berat jenis dan penyerapan (Abu Batu) No Sifat agregat Persyaratan Min Maks Hasil Satuan 1 Berat jenis curah (bulk) 2,5 2,631 gr/cm³ 2 Berat jenis semu 2,5 2,706 gr/cm³ 3 Berat jenis kering permukaan jenuh 2,5 2,847 gr/cm³ 4 Penyerapan air 3 2,882 % 4.1.2 Uji Marshall Untuk Nilai KAO Pengujian ini bertujuan untuk mencari kadar aspal optimum (KAO). Dari hasil pengujian kadar aspal rencana (Pb) didapatkan nilai sebesar 4%. Setelah didapatkan nilai Pb, maka dilakukan pengujian pada beberapa variasi kadar aspal dengan Pb sebagai acuannya. 127

Tabel 5.Pengujian Marshall untuk mencari nilai KAO No. Karakteristik Marshall Satuan Kadar aspal (%) 4 4,5 5 5,5 6 1. Density gr/cm 3 2,292 2,297 2,307 2,322 2,331 2. VMA % 13,79 13,99 14,05 13,99 13,95 3. VIM % 6,64 5,80 4,81 3,36 2,57 4. VFA % 51,94 58,59 65,97 74,38 81,56 5. Stability Kg 1196 1249 1266 1263 1196 6. Flow Mm 3,36 3,49 3,46 3,50 3,37 7. MQ kg/mm 365 361 368 366 356 Dari hasil pengujian marshall, kemudian dapat ditentukan kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum adalah kadar yang menunjukkan kondisi campuran aspal AC-BC yang memenuhi persyaratan spesifikasi meliputi Density, VMA, VIM, VFA, Stabilitas, Flow dan MQ. Tabel 6.Penentuan Kadar Aspal Optimum Campuran AC-BC No Kriteria Spesifikasi Kadar aspal 4,0% 4,5% 5% 5,5% 6,0% 1 Density - 2 VMA Min 14 3 VIM 3,0 5,0 4 VFA > 63 5 Stability Min 800 6 Flow Min 3 7 MQ Min 250 4.1.3 Hasil Pengujian Marshalldengan Abu Batu Bara Pengujian benda uji dengan menggunakan abu batu bara sebagai filler dalam campuran merupakan hasil dari pengujian langsung terhadap benda uji dengan menggunakan kadar aspal 5% yang didapat dari nilai KAO pengujian dana nilai kadar aspal tengah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus (pb). Tabel 7.Pengujian Parameter Marshall No. Karakteristik Marshall Satuan Kadar Abu Batu Bara (%) 25 50 75 100 1. Density gr/cm 3 2,303 2,300 2,299 2,298 2. VMA % 14,20 14,29 14,34 14,50 3. VIM % 4,97 5,07 5,12 5,18 4. VFA % 65,00 64,50 64,28 64,01 5. Stability kg 1431 1418 1408 1398 6. Flow mm 3,30 3,33 3,47 3,67 7. MQ kg/mm 447 428 414 384 5% 128

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh batu bara terhadap Flow Flow (kelelehan) adalah besarnya deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan sampai kondisi dimana kestabilan menurun. Kelelehan merupakan indikator terhadap kelenturan atau perubahan bentuk plastis campuran beraspal yang diakibatkan oleh beban. Tingkat kelelehan campuran dipengaruhi oleh kadar aspal, temperatur dan visikositas. Nilai kelelehan (flow) yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1 Hubungan variasi abu batu bara terhadap nilai Flow Gambar 1 menggambarkan bahwa nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada kadar 25% abu batu bara nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada kadar 50% abu batu bara, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran. Hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara yang bertambah dan rongga dalam campuran menjadi licin. 4.2.2 Pengaruh abu batu bara terhadap Stabilitas Perkerasan jalan sangat dituntut untuk memiliki stabilitas yang tinggi,stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir dan kemampuan aspal beton mempertahankan ikatannya. Stabilitas merupakan gambaran kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap (DeformasiPermanen) seperti alur, gelombang ataupun bleeding. Gambar 2 Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas Pengujian didapat nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 129

kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas. Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas diperlihatkan pada Gambar 2. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa berdasarkan variasi kadar aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5% dan 6% maka KAO (kadar aspal optimum) yang digunakan adalah 5% aspal dan dari pengujian Marshall menunjukkan bahwa semakin bertambah persentase abu batu bara dalam campuran aspal AC BC, maka semakin menurun nilai Stabilitas namun meningkatkan nilai Flow hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima peningkatan kadar abu batu bara dan rongga dalam campuran bertambah licin. Nilai parameter Marshall yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I terdapat pada variasi 25% dengan nilai Density sebesar 2,303%, VMA sebesar 14,20%, VIM sebesar 4,97%, VFA sebesar 65,00%, Stabilitas sebesar 1431 kg, Flow sebesar 3,30 mm dan MQ sebesar 447 kg/mm. 5.2 Saran Saran sebagai bentuk rekomendasi sebagai berikut: Abu batu bara yang merupakan limbah produksi secara physical mirip dengan abu batu (dust) yang sering digunakan pada campuran aspal beton namun sebaiknya abu batu bara tidak digunakan untuk campuran aspal beton karena nilai stabilitas akan rendah meskipun nilai flow meningkat. Perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan variasi abu batu bara. Daftar Kepustakaan Adibroto F, Yelvi, 2008, Pemamfaatan limbah abu batu bara sebagai bahan pengganti sebagian semen dan aggregat untuk pembuatan paving block, http://ojs.polinpdg.ac.id Akbar SJ, Wesli, 2012, Stabilitas Lapis Aspal Beton AC-WC Menggunakan Sekam Padi, Teras Jurnal Unimal, Lhokseumawe Anonim, 2010, Spesifikasi Umum, Direktorat Bina Marga, Jakarta Hardiyatmo, CH, 2009, Pemeliharaan Jalan Raya, Gajah Mada Press, Yogyakarta RA, Bukhari, dkk, 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan, Darussalam, Banda Aceh Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta Tahir Anas, 2009,Karakteristik Campuran Beton Aspal dengan Menggunakan Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara,Smartek, http://jurnal.untad.ac.id 130