Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan

dokumen-dokumen yang mirip
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor Kehutanan

Mengukur Kewajaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutaan Di Provinsi Riau

Kabupaten Langgar Permendagri dan PP, Bupati Kebiri Hak Desa

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

BAB I PENDAHULUAN. dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas

2 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan Tahun Anggaran 2013; Mengingat : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2013 tentang Perkiraan Alokas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN 2014 UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 37 TAHUN 2012 TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR PERMUKAAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Policy Brief Di Produksi oleh; Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Provinsi Riau Redesain Pola Pemanfaatan Dana Reboisasi Fitra Riau 1

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

Catatan Akhir Tahun Anggaran Refleksi Penganggaran Daerah 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

RINCIAN HARGA PENAWARAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU

Satuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi Riau

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

Sekapur Sirih. Pekanbaru, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Riau. Abdul Manaf, MA NIP

RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2013 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

PRES RILIS EVALUASI APBD 2012 Se-PROVINSI RIAU. Oleh : FITRA RIAU

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 40 / PMK.07 / 2007 TENTANG

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/KMK.06/2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2010

SISTEM PEMANTAUAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU DI ERA OTONOMI DAERAH

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

*11780 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 13 TAHUN 2000 (13/2000)

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI RIAU TAHUN 2016

BUPATI INDRAGIRI HILIR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU

RINCIAN JENIS, SPESIFIKASI, JUMLAH KEBUTUHAN DAN PERUNTUKAN FORMULIR

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

BAPPEDA PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

GUBERNUR RIAU. b. bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan subsidi pupuk;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/KMK. 06/2004 TENTANG

Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.16/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 05/PMK.07/2007 TENTANG

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

FITRA RIAU, JIKALAHARI,YMI (2015) 1

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM DANA PERIMBANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 05/PMK.07/2007 TENTANG

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aloka

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTABATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTABATAM NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT TAHUN 2013

2016, No Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehut

2 PERENCANAAN 3 PENGANGGARAN 4 PROGRES 5 PERMASALAHAN 2

Transkripsi:

Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan Dengan diberlakukannya desentralisasi sejak era reformasi, maka terdapat beberapa penerimaan Negara yang dibagihasilkan ke daerah sesuai dengan Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu bagi hasil pajak yang terdiri dari PBB dan BPHTB serta bagi hasil bukan pajak yaitu penerimaan sumber daya alam kehutanan (PSDH dan DR). Dana bagi hasil ini merupakan bagian dari dana perimbangan yang akan menjadi tambahan pendapatan daerah selain pajak dan retribusi daerah serta pendapatan daerah lainnya DBH hutan (PSDH), 80% untuk daerah dengan rincian 16% untuk provinsi, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Untuk DR, 60% bagian pemerintah untuk rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional dan 40% bagian daerah untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil. Sedangkan untuk DBH IIUPH 80% dibagian ke daerah penghasil dengan rincian 16% untuk Provinsi, 64% dibagikan kekabupaten/kota penghasi, sedangkan sisanya 20% untuk pemerintah pusat untuk dibagikan ke seluruh Kabupaten Kota dengan porsi yang sama 1. No Tabel. Persentase Dana Bagi Hasil PNBP Sektor Kehutanan Sesuaian Dengan UU 33 tahun 2004 Jenis Penerimaan UU 33 / 2004 Pusat Provinsi Kabupaten/kota Penghasil Kabupaten Lainnya UU Otsus Papua dan UUPA 1 IIUPH 20% 16% 64% 80% 2 PSDH 20% 16% 32% 32% 80% 3 DR 60% 40% 40% Provinsi Riau merupakan wilayah yang memiliki tinggkat emisi tinggi. pada tiga tahun terakhir 2009 2012 riau kehilangan hutan alam 0,5 juta hektar. Dengan laju deforestasi 188 ribu hektar pertahunnya, dan sekarang sisa hutan tinggal 22,5% dari luas daratan yang ada. (Jikalahari, 2012). Laju deforestasi selain akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, penebangan hutan secara liar, juga Izin usaha perusahaan hutan industry. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Riau, luas lahan hutan yang diberikan izin IUPHHK-HTI seluas 1,659.311 hektar. Izin tersebut diberikan kepada 58 perusahaan dengan luas lahan yang bervariasi, 1 UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Pusat dan Daerah Page 1 of 8

mulai dari seribu herktar sampai ratusan ribu hektar. Perusahaan dengan lahan terluas yaitu PT. Riau Andalan Pulp & paper dengan luas lahan 350,150 hektar. Kemudian disusul PT. Arara Abadi dengan luas lahan konsesi 299.975 hektar. Dengan luas lahan terbesar ke tiga yaitu PT. Sumatera Riang Lestari (SRL) dengan luas lahan konsesi 148,075 hektar. Berdasarkan laporan hasil rekonsiliasi PSDH dan DR tahun 2008 sampai tahun 2012, yang diusulkan kedepartemen keuangan RI, hutan Riau menyumbang penerimaan Negara PNBP (PSDH) sebesar Rp. 653.021.784.095. Sedangkan untuk Dana Reboisasi tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil rekonsiliasi sebesar Rp. 1.350 Triliun lebih. Dengan rincian pada gambar dibawah ini. Hasil Rekonsiliasi PSDH/DR Provinsi Riau 2008-2012 Billions Rp600,00 Rp500,00 Rp563,96 Rp462,35 Rp400,00 Rp300,00 Rp200,00 Rp100,00 Rp- Rp204,70 Rp114,97 Rp201,19 Rp175,61 Rp186,01 Rp4,32 Rp38,83 Rp51,38 2008 2009 2010 2011 2012 PSDH DR Sumber : Fitra Riau diolah dari data Dinas Kehutanan Provinsi Riau 2013 2 Sebagaimana data dari hasil rekonsiliasi tersebut, pada dasarnya penerimaan Negara yang bersal dari PNBP (PSDH/DR) yang berasal dari provinsi Riau dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) berjalan secara vulkuatif (naik turun). Seperti PNBP sektor DR pada tahun 2008-2010 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari Rp.4,3 Miliyar meningkata ditahun 2010 menjadi Rp. 563,9 Miliyar. Pada tahun 2012 justur mengalami penurunan yang signifikan pula, yaitu sebesar Rp. 204,7 miliyar. Sedangkan PNBP sektor PSDH, pada dasarnya terus mengalami peningkatan, namun peningkatan tidak signifikan, dan pada tahun 2011-2012 sebagaimana penerimaan DR, PSDH juga mengalami penurunan. 2 Hasil Rekonsiliasi Provisi Sumber Daya Hutan dan Reboisasi yang diusulkan Departemen Keuangan tahun 2008-208 (Dinas Kehutanan Provinsi Riau) Page 2 of 8

Sebagimana prinsip dana bagi hasil PNBP sebagaimana di atur dalam UU 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, DBH hutan (PSDH), 80% untuk daerah dengan rincian 16% untuk provinsi, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Untuk DR, 60% bagian pemerintah untuk rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional dan 40% bagian daerah untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil. Rendahnya penerimaan Negara PNBP yang berasal dari sektor kehutanan, yang berasal dari provinsi Riau, berimplikasi pada rendahnya DBH yang diperoleh dari ektraksi sumberdaya hutan. Menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Riau hasil dari rekonsiliasi penerimaan Negara PNBP sektor kehutanan (PSDH/DR), maka diperoleh bagihasil 80% PSDH untuk Provinsi Riau dalam kurun waktu 2008-2012 sebesar Rp.522,4 miliyar. Sedangkang untuk DR 40% untuk provinsi Riau sebesar Rp.540,1Miliyar. Dana Bagi Hasil PNPB (PSDH/DR) Provinsi Riau 2008-2012 Tahun DR (40%) PSDH (80%) 2008 Rp 1,728,628,049.00 Rp 31,060,033,543.00 2009 Rp 45,987,596,334.00 Rp 41,105,992,527.00 2010 Rp 225,583,874,002.00 Rp 160,953,782,065.00 2011 Rp 184,940,281,823.00 Rp 140,485,743,429.00 2012 Rp 81,879,885,439.00 Rp 148,811,875,710.00 Total Rp 540,120,265,647.00 Rp 522,417,427,274.00 Sumber : Data rekonsiliasi PSDH/DR Dinas Kehutanan Riau Penerimaan Negara sektor kehutanan (PSDH) dalam kegunaannya berbeda dengan Dana Reboisasi. Dana bagi hasil PSDH diberikan wewenang kepada daerah dipergunakan sebagai anggaran pembangunan, pengentasan kemiskinan, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Namun, jika dilihat dari jumlah anggaran DBH sektor kehutanan (PSDH), tidak sebanding dengan dampak yang timbul akibat ektraksi hutan. Jika dibandingkan dengan dana perimbangan pusat dan daerah baik PNPB maupun pajak, tahun 2010 sampai 2012 PSDH hanya mampu menyumbang antara 0,9-1,4% dalam APBD se Provinsi Riau. Page 3 of 8

Grafik. Persentase DBH PSDH Terhadap Dana Perimbangan Pusat Dalam APBD Se Riau 2010-2012 Millions Rp165.000,00 Rp160.000,00 Rp155.000,00 Rp150.000,00 Rp145.000,00 Rp140.000,00 Rp135.000,00 1,4% Rp160.953,78 0,9% 0,9% Rp148.811,88 Rp140.485,74 1,6% 1,4% 1,2% 1,0% 0,8% 0,6% 0,4% 0,2% Rp130.000,00 2010 2011 2012 0,0% PSDH Persentase Dana Perimbang Sumber :Fitra Riau, Diolah dari Dokumen APBD Se Provinsi Riau 2010-2012 Page 4 of 8

Dana Bagi Hasil PSDH Se Provinsi Riau Tahun 2008 / 2012 Daerah Provinsi Riau Bengkalis Indragiri Hilir Indragiri Hulu Kampar Kuantan Singingi Pelalawan Rokan Hilir Rokan Hulu Siak Dumai Pekanbaru Kepulauan Meranti Bag. Provinsi Riau PSDH (80%) 2008 2009 2010 2011 2012 Rp 74,326,712,628.00 Rp 94,978,561,302.00 Rp 134,509,547,328.00 Rp 115,800,569,216.00 Rp 139,480,571,907.00 Rp 7,353,262,024.00 Rp 12,998,367,378.00 Rp 10,886,647,934.00 Rp 15,523,386,427.00 Rp 12,849,850,769.00 Rp 3,063,259,296.00 Rp 4,999,182,842.00 Rp 20,892,186,461.00 Rp 16,961,553,952.00 Rp 17,383,328,120.00 Rp 4,038,682,738.00 Rp 4,322,861,098.00 Rp 8,659,359,056.00 Rp 5,208,269,458.00 Rp 7,111,216,083.00 Rp 7,855,238,294.00 Rp 11,311,045,524.00 Rp 5,657,469,724.00 Rp 4,715,769,870.00 Rp 7,823,589,902.00 Rp 5,562,297,164.00 Rp 4,500,922,254.00 Rp 5,409,294,488.00 Rp 4,685,131,863.00 Rp 6,194,670,862.00 Rp 10,056,830,374.00 Rp 8,280,568,632.00 Rp 9,932,474,058.00 Rp 10,337,958,448.00 Rp 20,566,692,202.00 Rp 3,236,362,492.00 Rp 3,882,556,100.00 Rp 6,252,584,734.00 Rp 4,647,168,684.00 Rp 5,661,937,396.00 Rp 3,103,646,016.00 Rp 8,087,134,100.00 Rp 6,916,949,727.00 Rp 4,670,360,010.00 Rp 5,330,983,534.00 Rp 9,235,784,556.00 Rp 10,163,841,572.00 Rp 10,048,371,868.00 Rp 7,931,798,799.00 Rp 10,321,996,460.00 Rp 2,982,938,742.00 Rp 3,798,568,526.00 Rp 10,410,713,580.00 Rp 7,243,275,338.00 Rp 6,346,851,497.00 Rp 2,973,068,504.00 Rp 3,772,252,212.00 Rp 4,891,256,266.00 Rp 4,210,929,789.00 Rp 5,072,020,796.00 Rp - Rp - Rp 7,650,329,965.00 Rp 6,504,852,734.00 Rp 6,921,319,904.00 Rp 14,865,342,528.00 Rp 18,861,261,064.00 Rp 26,901,909,467.00 Rp 23,160,113,844.00 Rp 27,896,114,382.00 Berdasarkan PMK Menteri Keuangan tentang ALokasi DBH PSDH/DR 3 3 PMK NO 227/PMK.07/2008, PMKNO228/PMK.07/2009, PMK NO242/PMK.07/2010, PMK no 225/PMK.07/2011, PMK NO 215/PMK.7/2012 (Tentang alokasi Dana bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehuatanan Tahun Anggaran 2008-2012) Page 5 of 8

Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi Se Provinsi Riau Tahun 2008/2012 Berdasarkan PMK Menteri Keuangan Tentang Alokasi Anggaran Dana Bagi Hasil PSDH/DR Se Tahun 2008/2012 4 Daerah DR (40%) 2008 2009 2010 2011 2012 Provinsi Riau Rp 10,292,812,028.00 Rp 29,017,903,342.00 Rp 187,308,049,350.00 Rp 151,965,865,838.00 Rp 72,191,830,962.00 Bengkalis Rp 660,070,136.00 Rp 1,046,769,204.00 Rp 21,992,212,478.00 Rp 40,538,133,804.00 Rp 11,387,252,426.00 Indragiri Hilir Rp 1,406,262,350.00 Rp 14,375,351,089.00 Rp 64,901,829,357.00 Rp 48,430,034,532.00 Rp 35,671,271,518.00 Indragiri Hulu Rp 76,088,002.00 Rp 51,198,440.00 Rp 14,199,023,718.00 Rp 3,811,591,752.00 Rp 1,668,736,936.00 Kampar Rp 173,880,310.00 Rp 823,591,302.00 Rp 333,445,520.00 Rp 8,491,590.00 Kuantan Singingi Rp 32,075,876.00 Rp 1,833,956,870.00 Rp 184,315,688.00 Rp 1,377,063,994.00 Pelalawan Rp 1,638,708,494.00 Rp 1,107,036,598.00 Rp 19,243,202,657.00 Rp 21,631,059,087.00 Rp 11,536,188,976.00 Rokan Hilir Rp 1,487,632,862.00 Rp 358,585,354.00 Rp 5,783,297,410.00 Rp 1,801,311,814.00 Rp 236,748,952.00 Rokan Hulu Rp 438,243,652.00 Rp 2,611,898,179.00 Rp 9,312,815,459.00 Rp 1,756,852,773.00 Rp 393,370,528.00 Siak Rp 4,308,670,365.00 Rp 3,682,711,534.00 Rp 20,692,573,632.00 Rp 12,964,268,062.00 Rp 1,942,397,005.00 Dumai Rp 72,179,981.00 Rp 4,777,365,972.00 Rp 20,332,057,616.00 Rp 11,599,431,936.00 Rp 4,666,914,168.00 Pekanbaru 0 0 - Kepulauan Rp 10,333,275,815.00 Meranti 0 0 Rp 8,056,118,081.00 Rp 4,680,458,560.00 Bag. Provinsi Riau 0 0 0 0 0 4 4 PMK NO 227/PMK.07/2008, PMKNO228/PMK.07/2009, PMK NO242/PMK.07/2010, PMK no 225/PMK.07/2011, PMK NO 215/PMK.7/2012 (Tentang alokasi Dana bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehuatanan Tahun Anggaran 2008-2012) Page 6 of 8

Inkonsistensi Data DBH (PSDH/DR) Mekanise pemungutan PNBP sektor hutan (PSDH/DR), sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa PSDH dipungut oleh petugas teknis yang bentuk oleh dinas kehutanan di daerah provinsi maupun kabupaten/kota. PSDH dikenakan berdasarkan Laporan Hasil Produksi (LHP) dari perusahaan yang disampaikan kepada petugas pemungut di daerah. LHP yang dilaporkan perusahaan kemudian di lakukan cross chek dari laporan Hasil Cruising (LHC). Kemudian petugas pemungut PSDH/DR menerbitkan SPP PSDH dan SPP-DR, untuk dibayarkan pada bendaharan penerima (bank) yang ditunjuk. Kemudian data PNBP PSDH/DR yang dimiliki petugas pemungut dalam hal ini DInas Kehutanan didaerah penghasil,menjadi dasar dalam proses rekonsiliasi dengan Departemen kehutanan dan Departemen Keuangan di pusat. Namun panjangnya proses pemungutan PBNP sektor PSDH/DR tesebut masih terdapat selisih antara Data yang dikeluarkan Dinas Kehutanan terkait penerimaan Negara PSDH/DR yang diperoleh dari ektraksi hutan di Provinsi Riau dengan data alokasi dana bagi hasil PSDH/DR untuk Provinsi Riau yang dikeluarkan departemen kauangan berdasarkan peraturan menteri keuangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK), tentang Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil PSDH/DR dari tahun 2008 2012 secara kumulatif DBH dari PSDH sebesar Rp. 559,09 Miliyar. Sedangkan Dana Bagi Hasil DR sebesar Rp. 450,77 Miliyar. Secara kumulatif maka antara data Dinas Kehutanan dengan PMK Menteri Keuangan, DBH PSDH selisih Rp. 36,6 Miliyar lebih besar dari data Dinas Kehutanan. Sedangkan untuk Dana Reboisasi selisih Rp. 89,3 Miliyar, PMK menteri keuangan lebih kecil dari Data rekonsiliasi yang dimiliki Dinas Kehutanan. Dana Bagi Hasil PSDH/DR Provinsi Riau tahun 2008-2012 Versi PMK Menteri Keuangan Tahun PSDH DR 2008 Rp 74,326,712,628.00 Rp 10,292,812,028.00 2009 Rp 94,978,561,302.00 Rp 29,017,903,342.00 2010 Rp 134,509,547,328.00 Rp 187,308,049,350.00 2011 Rp 115,800,569,216.00 Rp 151,965,865,838.00 2012 Rp 139,480,571,907.00 Rp 72,191,830,962.00 Total Rp 559,095,962,381.00 Rp 450,776,461,520.00 Versi Dinas Kehutanan Tahun PSDH(80%) DR(40%) 2008 31,060,033,543.00 1,728,628,049.00 2009 41,105,992,527.00 45,987,596,334.00 2010 160,953,782,065.00 225,583,874,002.00 2011 140,485,743,429.00 184,940,281,823.00 2012 148,811,875,710.00 81,879,885,439.00 Total 522,417,427,274,00 540,120,265,647,00 Secara akumulatif DBH (PSDH) yang dialokasikan pusat ke Provinsi Riau melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tahun 2008-2012, lebih besar dibandingkan dengan Data yang dimilki oleh dinas kehutanan provinsi Riau yang diusulkan dalam rekonsiliasi. Page 7 of 8

Sementara itu, secara ukumulatif pula DBH (DR) justur alokasi DBH dari pemerintah pusat ke Riau selisih lebih rendah dibandingkan data dari Dinas. Memang Secara kumulatif DBH (PSDH/DR) 2008-2012 tidak menunjukkan selisih yang cukup tinggi. Namun, secara rinci per tahunnya, selisih antara laporan Dinas kehutanan dengan PMK Kementrian Keuangan terlihat cukup bersar. Akibat selisih tersebut mengakibatkan potensi kerugian Negara akibat tidak ada kejelasan, tentu dari LHP LHC, dan SPP PSDH dan SPP-DR. seperti tahun 2010 Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana tertuang dalam PMK Kementrian keuangan (PMK NO242/PMK.07/2010) hanya mengalokasikan DBH (PSDH) selisih lebih sedikit Rp. 26,4 Miliyar dari data yang diusulkan Dinas Kehutanan. Lihat tabel dibawah ini. Tebel. Selisih Alokasi Anggaran antara Data LHP,SPP (PSDH/DR) dari Dinas Kehutanan Dengan PMK Kementrian Kehutanan tahun 2008-2012 Tahun PSDH (80% DR (40%) 2008 Rp 43,266,679,085.00 Rp 8,564,183,979.00 2009 Rp 53,872,568,775.00 Rp (16,969,692,992.00) 2010 Rp (26,444,234,737.00) Rp (38,275,824,652.00) 2011 Rp (24,685,174,213.00) Rp (32,974,415,985.00) 2012 Rp (9,331,303,803.00) Rp (9,688,054,477.00) Antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, jelas merupakan fakta kesimpang siuran data sebagai dasar dalam menentukan penerimaan Negara. Hal itu berpotensi terjadi kerugian Negara, padahal pusat memperoleh data dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kehutanan sesuai amanat P.18/Menhut-II/2007. Selain berpotensi terjadi kerugian Negara, yang tidak sedikit jumlahnya, inkonsistensi data dari pemerintah daerah dan putusan PMK kementrian keuangan berakibat pula penyusunan anggaran (APBD) provinsi maupun Kabupaten Kota. Seperti pada APBD Riau tahun 2012 2013, penerimaan PSDH yang masuk menjadi APBD Riau tahun 2012 sebagaimana PMK pertama tahun anggaran 2012 DBH PSDH untuk provinsi sebesar Rp. 12,03 Miliyar. Perkiraan DBH (PSDH) Provinsi Riau tersebut masih dipakai di dalam penyusunan APBD Riau tahun 2013, dengan perkiraan alokasi masih sama yaitu Rp. 12,03 Miliyar. Sementara PMK ke dua tentang DBH sektor kehutanan telah diterbitkan kembali dengan penetapan alokasi sebesar Rp. 27,8 miliyar. Hal ini jelas berdampak pada penyusunan program, karena menggunakan perkiraan pesimis. Page 8 of 8