Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Nanang Ganda Prawira, M.Sn

PENDALAMAN MATERI SENI RUPA (wawasan seni dan budaya)

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sifat dan Bentuk Karangan

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

Berpikir & Menulis Ilmiah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH

Keterampilan Dasar Menulis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

POKOK-POKOK DALAM MEMPERSIAPKAN KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

Bahasa Indonesia UMB. Penulisan Karya Ilmiah. Kundari, S.Pd, M.Pd. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2007 TANGGAL 16 NOVEMBER 2007

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

JENIS TULISAN. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

Kritik sastra. Kelas XII Bahasa Semester 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

Macam Karya Ilmiah: -Skripsi -Tesis -Desertasi - Artikel -Makalah - Laporan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

PENULISAN ARGUMENTATIF Oleh Ashadi Siregar

BAB II KAJIAN TEORI. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

PERTEMUAN MINGGU KE 5

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan (Hakim dalam Munawar, 2009: 06). Sejalan dengan pendapat. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

MAKALAH. Oleh DEDE KOMALA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Farhan Akbar Muttaqi, 2015

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

SKRIPSI. Disusun oleh DANANG A DAN DAERAH

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT)

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

MATERI PELATIHAN PENULISAN ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Menyediakan struktur dan penerapan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Transkripsi:

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

KARYA TULIS ILMIAH Laporan Hasil Penelitian Buku Ilmiah Buku Ajar (Buku Teks) Kritik Seni, Resensi, Kurasi Artikel dalam jurnal ilmiah Skripsi, Tesis, Desertasi Paper, Makalah

1. Kebenaran : a. Kebenaran Agama b. Kebenaran Filsafat c. Kebenaran Ilmu d. Kebenaran Seni

Persyaratan Keilmuan: - Ilmu harus mempunyai objek, meliputi objek material dan objek formal - Ilmu harus mempunyai metode - Ilmu harus sistematik - Ilmu bersifat universal atau berlaku umum

2. Simbol Konsep (interpretan) Simbol (tanda) Kenyataan (acuan, referensi)

3. Fakta dan kenyataan Fakta tidak sama dengan kenyataan yang diteliti. Dalam kegiatan penelitian kita membuat fakta bukan berusaha menemukan fakta. Fakta adalah kenyataan tapi bukan kenyataan itu sendiri. Falta adalah suatu pernyataan, dinyatakan dengan kata-kata, sedangkan kenyataan adalah sesuatu yang ditanggapi dengan panca indra. Fakta bukan penilaian, fakta selalu merupakan tanggapan dari kerangka pemikiran tertentu. Oleh karena itu, satu kenyataan bisa menjadi dasar untuk membuat fakta yang banyak.

Konsep: suatu pengertian abstrak yang berdasarkan atas seperangkat konsepsi. Konsepsi A mengenai keindahan Konsepsi B mengenai keindahan Konsep keindahan Konsepsi C mengenai keindahan Konsepsi D mengenai keindahan

Berpikir ilmiah Ciri-ciri : - Sistemik dan Sistematik - Dasar-dasar kebenaran - Intersubjektivitas Cara-cara : Metodologi

PROSES BERPIKIR PROSES ALAM - OBJEK DEDUKTIF INDUKTIF MANUSIA - SUBJEK

tulisan E.D.A.N.

Eksposisi Dalam bahasa Indonesia kata yang sudah populer adalah kata mengekspos, yang berarti mengungkapkan, memajang, atau menjelaskan. Dalam istilah penulisan eksposisi adalah tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan, memaparkan, mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Karena bertujuan untuk menjelaskan, memberikan informasi, atau memberi petunjuk kepada pembaca, maka strategi yang digunakan agar penjelasan, informasi, atau petunjuk ini difahami pembaca, dalam pengembangan alineanya melalui pemberian contoh, proses, sebab akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi, atau mengkontraskan. Contoh, Proses, Sebab-akibat, klasifikasi, Definisi, Analisis, Komparasi-kontras

Deskripsi Deskripsi berarti gambaran tentang sesuatu baik berupa benda, orang, atau peristiwa melalui verbal, pernyataan, atau kalimat-kalimat. Dalam penggambaran ini diupayakan pembaca seolah-olah melihat, merasakan, mendengarkan, atau mengalami langsung benda, orang, atau peristiwa yang diungkapkan dengan panca inderanya. Dengan demikian, deskripsi mengandalkan pencitraan konkrit secara rinci dan spesifik.

Argumentasi Berargumen berarti mengemukakan suatu alasan terhadap sebuah objek atau peristiwa sehingga bisa diyakini pembaca. Dalam dunia karang mengarang, argumentasi yaitu tulisan yang perupaya membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu pernyataan. Secara tradisional, tulisan argumentasi terbagi menjadi dua, yaitu induktif dan deduktif. Pada saat berargumen ini, penulis bisa memilih salah satunya atau menggunakan keduanya.

Narasi Secara harfiah, narasi berarti bercerita. Cerita merupakan rangkaian peristiwa secara kronologis, baik yang berupa fakta maupun fiksi. Pengembangan narasi atau cerita ini bisa pula dilakukan dari peristiwa akhir atau tengah, yang dikenal dengan sebutan flashback. Dalam penceritaan ini, posisi penulis bisa terlibat langsung dalam cerita atau bisa juga penulis berada di luar cerita dengan cara menceritakan orang lain. Posisi pertama penulis menjadi orang pertama dalam cerita, hal semacam ini cenderung subjektif. Sementara pada posisi kedua, penulis menjadi orang ketiga atau menceritakan orang lain, sehingga cerita seperti ini lebih objektif.

KESENIAN DALAM PENDEKATAN KEBUDAYAAN

Pendekatan Kebudayaan Kebudayaan dipandang sebagai sebuah sistem, yaitu dipandang sebagai satuan kajian atau alat analisis yang terdiri dari unsurunsur yang saling berkaitan, berhubungan satu dengan yang lain dalam satuan integral, berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam keutuhan kesatuannya. Pengertian ini merujuk pada aspek individual, sosial, maupun budaya dari kehidupan manusia sebagai unsur-unsur yang mempunyai fungsi pedoman dan energi secara timbal balik (lihat Parsons, 1966; Spindler, 1977; Spradley, 1972; Suparlan, 1985). Kebudayaan memiliki unsur-unsurnya secara universal, yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam membentuk corak kebudayaan secara keseluruhan, sesuai dengan potensi, fungsi, dan sifat dari unsur-unsur dan hubungan-hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur universal dari kebudayan mencakup: (1) sistem bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) sistem keyakinan (religi), (4) sistem kekerabatan dan organisasi sosial, (5) sistem matapencaharian, (6) sistem teknologi, dan (7) sistem kesenian.

7. KEPERCAYAAN 6. KEPERLUAN 1. BAHASA 5. ORGANISASI SOSIAL KEBUDAYAAN 2. PENGETAHUAN 4. TEKNOLOGI 3. KESENIAN

UNSUR-UNSUR UNIVERSAL DALAM KEBUDAYAAN

Struktur Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial. Isi kebudayaan adalah perangkat model-model pengetahuan atau sistem-sistem makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbolsimbol yang ditransmisikan secara historis. Model-model pengetahuan ini digunakan secara selektif oleh warga masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan dan menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak dalam menghadapi lingkungannya, dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya (Geertz 1973; lihat juga Suparlan, 1985). Dalam hal ini kebudayaan berfungsi sebagai pedoman dan strategi adaptasi. Kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk melangsungkan dan meningkatkan taraf hidup manusia terdiri dari kebutuhan (1) primer atau biologis, (2) kebutuhan sekunder atau sosial, dan (3) kebutuhan integratif atau budaya yang mencerminkan manusia sebagai makhluk budaya, yang terpancar dari sifat-sifat dasar manusia sebagai makhluk berpikir, bermoral, dan bercitarasa, dan yang berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan menjadi suatu sistem. Pemenuhan kebutuhan manusia, yang dilakukan dengan berpedomankan kepada kebudayaan tsb., senantiasa menyesuaikan dengan sumber daya lingkungan alam-fisik, sosial-budaya dan perubahan-perubahannya, yang ada dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Secara operasional kebudayaan hanya mungkin terwujud sebagai sistem norma dan peranan yang mengatur berbagai tindakan warga masyarakatnya karena adanya pranata-pranata sosial yang dianggap menguntungkan oleh masyarakat yang bersangkutan. Gaya hidup tertentu yang tipikal dan bermakna serta perwujudannya dalam perilaku dan karya manusia merupakan simbol-simbol dan tindakan-tindakan yang secara khas merefleksikan pandangan hidup masyarakatnya yang disebut kebudayaan.

STRUKTUR KEBUDAYAAN DALAM SISTEM SOSIAL-BUDAYA SISTEM NILAI PENGETAHUA N KEYAKINAN KEBUTUHAN PRANATA SOSIAL LINGKUNGAN PERILAKU

Kesenian Kesenian merupakan kebutuhan manusia yang asasi untuk memenuhi kepuasannya akan keindahan; dalam pengertian ini tercakup keterpesonaan, imaginasi, pengungkapan dan penghayatan emotif, serta makna-makna yang berkaitan dengan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara universal. Sebagai salah satu unur kebudayaan, kesenian tidak hanya menyentuh dimensi keindahan semata-mata, akan tetapi senantiasa tidak pernah terlepas dari masalah keseluruhan kebudayaan. Cara berpikir, suasana cita rasa, diafragma pandangan kesejagatan, dan kebijakan mengelola kehidupan, kesemuanya berkaitan dengan gugusan nilai, makna, moral, keyakinan, serta pengetahuan yang menyeluruh dalam kebudayaan di mana kesenian itu hidup. Pada kesenian melekat ciri-ciri khas suatu kebudayaan. Kesenian merupakan unsur budaya yang dapat digolongkan ke dalam kebutuhan integratif. Ia merupakan unsur pengintegrasi yang mengikat dan mempersatukan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda ke dalam suatu desain yang utuh dan menyeluruh, operasional serta dapat diterima sebagai sesuatu hal yang bernilai.kedudukan kesenian menjadi pengintegrasi yang mencerminkan konfigurasi dari desain itu.

RELIGI MATA PENCAHARIAN BAHASA SENI ORGANISASI SOSIAL PENGETAHUAN TEKNOLOGI

Analisis seni: Intra dan Ekstraestetik Faktor ekstraestetik dari kesenian mencakup unsur-unsur kebudayaan secara menyeluruh yang menjadi konteks di mana kesenian itu hidup atau berada. Faktor ekstraestetik mencakup sistem (1) nilai, pengetahuan, dan kepercayaan yang menjadi pedoman berkesenian, (2) sumber daya lingkungan yang ada dan dimanfaatkan, (3) kebutuhankebutuhan seni, (4) pranata-pranata seni yang berisikan sistem norma dan peranan yang mengatur tindakan berkesenian, (5) perilaku atau pola perilaku seni yang mencakup perilaku penghayatan, pengungkapan, dan pengelolaan seni. Faktor intraestetik dari kesenian secara konkret terwujud dalam bentuk karya (pelestarian dan penciptaan) yang di dalam wujudnya tercakup (1) corak, bentuk, struktur, dan simbol seni, (2) media pengungkapan seni, bahan dan teknik-tekniknya, dan (3) gagasan pelestarian atau penciptaan seni. Keseluruhannya menunjukkan hubungan timbal-baliknya dalam hubungan sibernetik dan sinergis antara faktor pedoman di satu segi dan energi di segi lain.

INTRAESTETIK MEDIA IDE TEKNIK BAHAN KARYA SENI

SISTEM NILAI NILA I KEBUTUHA N UTU HAN PRANA TA SENI PER SEKI LINGKUNG TAR AN AN EKSTRAESTETIK PERI STRUKT LAK UR U SENI MEDIA SENI IDE INTRAESTETIK SIMBOL BENTUK STRUKTUR