HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE II DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus (DM) Klasifikasi DM Diabetes Melitus Tipe

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DERAJAT ULKUS KAKI DIABETIK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO NEUROPATI DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia)

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. maupun keturunan secara bersama-sama yang mempunyai karakteristik

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIK PADA PASIEN DM TIPE II DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR H. Baharuddin K 1, Eviyanti K.T 2 1 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar 2 Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan pasien DM Tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan metode cross sectional, untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan tingkat Kecemasan Pasien DM Tipe II dengan komplikasi kronik ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Waktu penelitian mulai dari tanggal 10 sampai 20 Agustus 2014, dengan jumlah sampel 15 orang. Pada penelitian ditemukan bahwa jumlah pasien DM tipe II yang mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 12 orang (80%). Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 3 orang (20%), dengan uji statistik Fisher s Exact Test, diperoleh nilai p = 0,002. Terdapat hubungan tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Kepada petugas kesehatan khususnya Perawat, agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang diabetes mellitus untuk meminimalkan terjadinya kecemasan yang lebih berat di kemudian hari. Kata kunci : Ulkus diabetik dan kecemasan pasien DM tipe II PENDAHULUAN Di antara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa yang akan datang adalah diabetes mellitus. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang akibat karena peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar yang sedang berkembang dan negara sudah maju., menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes (Sjaifoellah, (2006) Diabetes mellitus dibandingkan dengan pasien non diabetes mellitus mempunyai kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami trombosis serebral, 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50 kali menderita ulkus Komplikasi menahun Diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetik 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%. (Waspadji, 2007) Pada penyakit diabetes mellitus terdapat beberapa kelainan struktur seluler dan perubahan mekanisme pengaturan komponen biologis penting dalam produksi kecemasan. Respon maladaptif terhadap rangsangan kecemasan terjadi di lokus seruleus-norepinefrin - sistem saraf simpatis, axis hipotalamus-hipofisis, dan sistem cholecystokinin. Wells dkk dalam sebuah penelitiannya menemukan bahwa "gangguan mental psikiatrik (kecemasan) berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus komplikasi kronik, hipotesis tersebut, menunjukkan bahwa hubungan antara gangguan kecemasan dan penyakit diabetes mellitus komplikasi kronis berkembang sangat cepat dari hubungan antara penyakit fisik dan gangguan mental psikiatrik lainnya Berdasarkan gambaran permasalahan diatas maka Peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan tingkat kecemasan pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Komplikasi Ulkus Diabetik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Desain penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan metode cross sectional, (Sugiyono, 2010), dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan tingkat Kecemasan Pasien DM Tipe II dengan komplikasi kronik ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 sampai dengan 20 Agustus 2014. 516

Populasi penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus yang dirawat di RSUD Labuang Baji Makassar. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien diabetes mellitus tipe II yang mengalami ulkus dibaetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling artinya memilih sampel diantara populasi sesuai tujuan penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Dengan kriteria sebagai berikut: Kriteria Inklusi a. Pasien DM tipe II yang sementara rawat inap b. Pasien DM dengan komplikasi luka diabetik c. Bersedia menjadi responden d. Dapat membaca. Kriteria Eksklusi a. Pasien DM bukan tipe II b. Pasien DM tanpa komplikasi luka diabetik c. Tidak dapat membaca. Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket / kuisioner dan lembar observasi dengan menggunakan skala Guttman, di mana Ya = score 2 dan tidak = score 1. 2. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah melalui data primer antara lain : a. Mendistribusi kuisioner kepada responden b. Melakukan tabulasi data c. Membuat skoring data Sedangkan data sekunder yaitu data yang diambil dari rekaman medik yang berkaitan jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar. Analisis Data 1. Analisis Univariat Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsi-kan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yang melihat distribusi frekuensinya. 2. Analisis Bivariat Analisis data dilakukan secara analitik dilakukan uji hipotesis (Ha) dengan tingkat kemaknaan yang dipilih adalah = 0,05 sedangkan uji statistik yang dipakai adalah dengan menggunakan program computer SPSS versi 12.00. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di RSUD Labuang Baji Makassar Umur f % 40-50 tahun 6 40 > 50 tahun 9 60 Tabel 1. Menunjukkan bahwa karakteristik umur responden terbanyak yakni 9 orang > 50 tahun (60%), sedangkan kategori umur 40 50 tahun sebanyak 6 orang (40%) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Labuang Baji Makassar Jenis kelamin f % Laki laki 5 25 Perempuan 10 75 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan mendominasi yakni sebanyak 10 orang (75%) dan selebihnya jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (25%). Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di RSUD Labuang Baji Makassar Tingkat f % Pendidikan SD SMP SMA 8 5 2 53.4 33.3 13.3 Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan responden terbanyak adalah SD (53.4%), SMP (33,3%), SMA (13.3%). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam berperilaku. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien DM tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar. Kecemasan f % Ringan 3 20 Sedang 12 80 Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa jumlah pasien DM tipe II yang mengalami cemas tingkat ringan sebanyak 3 orang (20%). Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 517

Sedangkan yang mengalami cemas tingkat sedang sebanyak 12 orang (80%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi DM tipe II komplikasi ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar DM Tipe II f % Komplikasi ulkus diabetik Tidak ada komplikasi ulkus diabetik 12 3 80 20 Tabel 5. menunjukkan bahwa jumlah pasien DM tipe II yang mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 12 orang (80%). Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 3 orang (20%). Tabel 6 Hubungan tingkat kecemasan dan komplikasi ulkus diabetik pada pasien DM tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar Diabetes Melitus Kecemasan f Komplikasi Tidak Ringan - - 3 20% 3 20% Sedang 12 80% - - 12 80% Total 12 80% 3 20% 15 100 p = 0.002 Keterangan : p = probabilitas hasil uji Fisher s Exact Test Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 3 orang (20%) mengalami cemas ringan, semuanya juga tidak terjadi ulkus Sedangkan dari 12 orang (80 %) mengalami cemas sedang, juga semuanya mengalami ulkus Hasil uji statistik Fisher s Exact Test, pada tabel 4.6. di atas diperoleh nilai p = 0,002, yang berarti nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan tingkat kecemasan dan komplikasi ulkus Diabetik pada pasien DM tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang didapatkan dan dihubungkan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik, maka sistematika pembahasan diuraikan sebagai berikut : 1. Tingkat kecemasan pasien DM tipe II Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah pasien DM tipe II yang mengalami cemas ringan sebanyak 3 orang (20%). Sedangkan yang mengalami cemas sedang sebanyak 12 orang (80%). Menurut Utami (2002) mengemukakan bahwa di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, seperti: fungsi digestif, proses kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Jika sistem saraf simpatis meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya denyut jantung dan pernapasan, serta menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah peripheral, maka sebaliknya sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan menaikkan semua fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatis. Pada saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatif, sedangkan saat rileks yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis. Hasil penelitian ini didukung oleh Robert, (2002) yaitu penelitian studi kasus, menghasilkan bahwa hipertensi akan lebih besar 4 kali terjadi pada seseorang yang mengalami kecemasan. Hasil penelitian serupa dikemukakan oleh Tandra (2007) bahwa penyakit diabetes tipe II dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler),seperti Angina Pectoris, serangan jantung, hipertensi dan Penyakit jantung koroner. Dari hasil penelitian ini, lebih dari 50 % pasien yang mengalami komplikasi kardioangiopati menderita tekanan darah tinggi, oleh karena itu setiap orang pasien DM sehingga akan merangsang pelepasan hormone atrial natriuretik folipetida (ANF) pada jantung dan menimbulkan gejala gejala kotraksi jantung tidak teratur, irama jantung tidak teratur dan jantung berdebar-debar (palptisasi) yang merupakan gejala fisik dari kecemasan. 2. DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah pasien DM tipe yang mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 12 orang (80%). Sedangkan yang tidak mengalami komplikasi ulkus diabetik sebanyak 3 orang (20%). Menurut Wagner (2005), mengatakan bahwa terjadinya ulkus diabetik sendiri disebabkan oleh faktor faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya ulkus diabetik adalah Angiopati, 518

Neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya ulkus Adanya Neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka pasien akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus diabetik akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor Angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari ulkus Penelitian Riyanto, (2007), menjelaskan bahwa pasien komplikasi ulkus pada pasien Diabetes mellitus tipe II yang telah menderita 10 tahun atau lebih apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, maka akan mncul komplikasi berhubungan dengan vaskuler berupa makroangiopati-mikroangiopoti yang akan terjadi seperti vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki pasien diabetik yang sering tidak dirasakan. 3. Hubungan tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 3 orang (20%) mengalami cemas ringan, semuanya juga tidak terjadi ulkus Sedangkan dari 12 orang (80 %) mengalami cemas sedang, juga semuanya mengalami ulkus Hasil uji statistik Fisher s Exact Test, diperoleh nilai p = 0,002, yang berarti nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus diabetik di RSUD Labuang Baji Makassar. Pasien diabetes mellitus sering menimbulkan komplikasi kronik pada sistem kardiovaskuler yang dapat mempengaruhi gangguan keseimbangan homeostasis fisiologi stress di hipotalamus yang selanjutnya mengaktivasi sistem saraf otonom (simpatis) dan merangsang sekresi hormon corticothropin releasing hormone (CRH). Aktivasi simpatis memicu rangsangan medulla adrenal di ginjal untuk mensekresi hormon adrenalin dan noradrenalin sedangkan sekresi hormon CRH memicu rangsangan korteks adrenal di ginjal untuk mensekresi hormon glukokortikoid yang berperan penting dalam meningkatkan kadar glukosa darah, meningkatkan katabolisme protein dan lemak, menurunkan respon inflamasi, menurunkan respon imunitas dan sekresi hormone mineralokortikoid yang berperan penting dalam meningkatkan retensi air dan sodium, meningkatkan volume darah, dan meningkatkan tekanan darah (Ross and Wilson, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kun dkk (2008) menunjukkan bahwa dari 404 pasien DM yang dirawat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 83 orang yang terindikasi mengalami retinopati diabetic (20,6%) Lebih lanjut dikemukakan bahwa komplikasi retinopati pada pasien DM tipe II berakibat rusaknya saraf saraf penglihatan khususnya nervus II cranial yang berisiko tinggi timbulnya kebutaan pada pasien DM yang sangat signifikan mempengaruhi status mental (psikologis) pasien tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, kajian teori dan hasil hasil penelitian sebelumnya maka Peneliti berasumsi bahwa kecemasan menyebabkan ulkus Homeostasis fisiologis stress terjadi di hipotalamus selanjutnya mengaktivasi sekresi hormone CRH merangsang korteks adrenal untuk mensekresi hormone glukokortikoid yang berperan dalam meningkatkan kadar glukosa darah (hiperglikemia) mengakibatkan viskositas darah meningkat dan menimbulkan kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah. Selanjutnya molekul yang mengandung lemak masuk ke dalam pembuluh darah dan membentuk plak ateroma dan pengendapan lemak pada jaringan fibrosa. Hal ini akan menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 4 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 519

aterosklerotik mikroangiopati --- dan neuropati. Suplai O2 dan nutrisi jaringan berkurang, sensibilitas menurun akan akhirnya terjadi luka. KESIMPULAN 1. Sebagian besar pasien DM tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar mengalami cemas sedang. 2. Sebagian besar pasien DM tipe II di RSUD Labuang Baji Makassar mengalami komplikasi ulkus 3. Adanya hubungan tingkat kecemasan pasien DM tipe II dengan komplikasi ulkus SARAN 1. Kepada petugas kesehatan khususnya Perawat yang bertugas di RSUD Labuang Baji, agar lebih meningkatkan lagi dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien Diabetes khususnya dalam perawatan pencegahan ulkus kaki diabetik pada pasien penderita DM 2. Kepada pasien diabetes melitus dan keluarganya agar aktif dalam mendapatkan informasi tentang perawatan penyakit diabetes melitus tipe II dengan meminimalkan kecemasan untuk mencegah komplikasi ulkus diabetik yang meluas, mempertahankan kondisi yang optimal fisik dan psikologis guna meningkatkan kualitas hidup mereka. DAFTAR PUSTAKA Howard Kun dan Murad, (2008), Fibers of Collagen Type I California School of Dermatology. Levin William Hort, (2003), Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus Noer Sjaifoellah,dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Ed. 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Riyanto B dkk, (2007), Infeksi pada Kaki Diabetik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Robert, (2002). Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic Foot Ulcers, Des Moines University. Ross and Wilson, (2002), Anatomy and Physiology in Health and Illness, Churchill, Livingstone Sugiyono, (2010), Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta Bandung Waspadji, (2007), Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S, Soewondo P dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta. Utami, (2002) Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Wagner Wilhem Richard, (2005), The Foot of Gangren Diabetic, 520