BAB VI. Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan laporan ini, dapat ditarik

dokumen-dokumen yang mirip
INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

PEDOMAN WAWANCARA. Lampiran 1. Pedoman Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I LATAR BELAKANG

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

MARI BERANTISIPASI DBD MENGGUNAKAN KELAMBU AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2011 TENT ANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MOJOKERTO

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sistem..., Levina Ardiati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilokasikan untuk program pengendalian DBD di Kota Administrasi Jakarta

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

Evaluation of Dengue Hemorrhagic Fever Disease Control Programs in 2015 (Comparison between Health Center of Patrang and Rambipuji, Jember District)

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB IV HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Tingginya Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang seluruh kegiatan yang ada didalamnya, informasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Penanggulangan Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran penyakit Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue. merupakan penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data penelitian dan pembahasan penelitian implementasi program pengendalian demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan laporan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa. Pertama, dilihat dari aspek pelaksanaan kegiatan program. Dalam program pengendalian DBD di Kelurahan Semaki dan Kelurahan Sorosutan terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pewaspadaan dini dan penanggulangan DBD. Untuk kegiatan pewaspadaan dini terdiri dari kegiatan PE, PSN, PJB dan penyuluhan.. Pelaksanaan kegiatan PE antara Semaki dan Sorosutan secara garis besar memiliki prosedur dan pelaksanaan yang sama dan cukup efektif dalam memantau penderita DBD di wilayah program. Untuk kegiatan PSN di Kelurahan Semaki jauh lebih efektif dikarenakan dilakukan dengan dua macam yaitu PSN massal dan PSN individu, sedangkan di Kelurahan Sorosutan hanya melakukan kegiatan PSN individu saja. Kemudian untuk pelaksanaan PJB baik Kelurahan Semaki dan Sorosutan sudah melakukan dengan dua macam cara yaitu melalui kader dan unit puskesmas, keduanya berjalan cukup efektif karena ditunjukkan dengan ABJ diatas 85%. Kegiatan penyuluhan di Kelurahan Semaki jauh meningkat lebih banyak dikarenakan kegiatan ini dianggap cukup efektif dalam mengubah pola pikir masyarakat, 134 P a g e

sedangkan untuk Kelurahan Sorosutan walaupun mengalami peningkatan tetapi tidak sebanyak yang dilakukan oleh Kelurahan Semaki. Dan untuk kegiatan terakhir seperti penanggulangan yaitu fogging focus di kedua kelurahan masih mengandalkan cara kimiawi ini karena selalu dilakukan setiap tahun dengan jumlah yang cukup banyak karena cara melalui fogging dianggap praktis serta bebas biaya. Kedua, Adanya perbedaan capaian impelementasi program DBD di Kelurahan Semaki dan Kelurahan Sorosutan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut. Pertama adalah intensitas komunikasi antara implementor dengan masyarakat,dimana komunikasi yang dilakukan oleh implementor di Kelurahan Semaki jauh lebih sering dikarenakan implementor ini sering turun langsung ke lapangan untuk menjalankan kegiatan DBD. Sedangkan untuk di Kelurahan Sorosutan, kegiatan DBD yang melibatkan implementor lebih sedikit dibandingkan di Kelurahan Semaki sehingga menyebabkan kurangnya implementor berkomunikasi dengan masyarakat sehingga informasi yang didapatkan jauh lebih sedikit. Kedua adalah keterbatasan Jumlah Pegawai Yang Terkait Program Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Pegawai yang dimaksud adalah tenaga kesehatan yang bergerak langsung dalam menangani kasus DBD di wilayahnya yaitu programmer DBD dan surveilans Kelurahan. Walaupun jumlahnya sama tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di setiap Kelurahan akan terjadi ketimpangan dimana SDM di Kelurahan Sorosutan harus bekerja lebih ekstra hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan Kelurahan Semaki. Sehingga menyebabkan implementasi di Kelurahan 135 P a g e

kurang maksimal dan efektif dibandingkan dengan Kelurahan Semaki. Dan faktor terkahir adalah kondisi Lingkungan, dimana Kelurahan Semaki merupakan daerah yang tidak terlalu luas serta tidak padat penduduk dengan kondisi wilayah berupa perkotaan dimana hampir tidak ada kebun serta halaman kosong yang berpotensial menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Untuk di Kelurahan Sorosutan sangat berkebalikan dimana wilayahnya sangat luas dan padat penduduk dengan kondisi lingkungan semiperdesaaan dimana masih banyak terdapat kebun kosong yang berpotensial menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.dan seperti yang diungkapkan oleh Sabatier dalam teorinya bahwasemakin besar populasi yang dicakup sebagai sasaran maka sebuah program akan relatif sulit diimplementasikan dan sebaliknya apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar maka suatu program akan relatif mudah diimplementasikan, hal ini tergambar dalam pelaksanaan program pengendalian DBD antara Kelurahan Semaki dan Sorosutan. Kedua wilayah yang sangat berbeda ini yang menyebabkan capaian implementasi menjadi berbeda dimana angka penderita Sorosutan selalu lebih tinggi dikarenakan wilayahnya sangat berpotensial lebih tinggi terjangkit DBD dengan didukung wilayah yang kondisional endemis DBD dibandingkan dengan Kelurahan Semaki. 136 P a g e

SARAN Dari penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan program DBD di Kelurahan Semaki dan Kelurahan Sorosutan dan hasil analisis yang dilakukan maka saran yang dapat diberikan anatar lain. 1. Hendaknya melakukan penambahan sumber daya sebagai kebutuhan yang krusial. Sumber daya yang dimaksud adalah jumlah tenaga kesehatan yang bergerak langsung menangani kasus DBD. Karena meskipun pembagian jumlahnya sama ditiap kelurahan, ternyata tidak sepadan dengan kelompok sasaran program. Keterbatasan ini dapat menyebabkan program tidak berjalan secara maksimal. Penambahan jumah SDM ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang menjadi kelompok sasaran. Namun tidak hanya menambah jumlah personil, tetapi juga harus memperhatikan aspek skill kemampuan mereka dalam menangani kasus DBD. 2. Jika SDM sudah terpenuhi jumlahnya maka pelaksanaan kegiatan yang melibatkan implementor juga harus ditingkatkan, dikarenakan semakin banyak kegiatan yang dilakukan maka akan dapat mempengaruhi implementasi program dalam mencapai tujuannya yaitu menurunkan jumlah penderita DBD. 3. Perlu adanya penambahan dalam mengambil aternatif kebijakan dengan sektor lain dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) seperti 137 P a g e

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) untuk menata banyaknya kebunkebun kosong yang berada di Kelurahan Sorosutan. Karena area tersebut jarang dijangkau manusia sehingga menyebabkan potensia menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dengan adanya koordinasi dengan sektor lain diharapkan dapat mengurangitempat-tempat yang berpotensial menjadi tempat perkembangbiakannyamuk serta menjadikan daerah tersebut lebih terawat dan tertata rapi. 4. Menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan program. Dengan cara menganggap masyarakat bukan hanya sebagai objek atau kelompok sasaran program tetapi sebagai mitra atau partner. Dengan sering melakukan komunikasi atau obrolan ringan ketika implementor turun ke lapangan. Karena dengan seperti itu masyarkat akan lebih bergerak secara aktif dengan tidak memandang pelaksanaan program merupakan tanggung jawab dari pemerintah saja tetapi juga semua masyarakat diwilayah tersebut. 5. Membuat akses yang dapat mempermudah masyarakat ketika akan melakukan kegiatan DBD secara swadaya atau tanpa bantuan dengan pemerintah dengan memberikan inovasi seperti call-cantre DBD atau website khusus DBD. Untuk mempermudah masyarakat dalam menghubungi implementor 138 P a g e