LAPORAN PENGKAJIAN BRIKET Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Tahun i
RINGKASAN EKSEKUTIF P emerintah telah mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah di industri kecil-menengah dan rumah tangga pada tahun 2005, sesuai dengan sasaran kebijakan energi nasional untuk tahun 2025. Namun demikian, dampak penggunaan briket batubara harus diwaspadai mengingat batubara mengandung komponen yang potensial untuk memberikan dampak terhadap manusia dan lingkungan setelah mengalami proses pembakaran. Oleh karena itu Kementerian Negara Lingkungan Hidup cq. PUSARPEDAL perlu berkewajiban menyediakan data-data yang komprehensif untuk mengantisipasi dampak penggunaan briket batubara ini terhadap lingkungan, sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengendalian penggunaan briket batubara. Sasaran Kebijakan Energi Nasional 2025 (Sumber: Menko Perekonomian ) Kajian ini diawali dengan pemantauan mendapatkan melakukan untuk data kualitas udara ambien sebagai bagian dari kajian yang komprehensif tentang penggunaan batubara dampak briket dalam mengantisipasi negatifnya terhadap lingkungan. Pelaksanaan kajian komprehensif ini dilakukan bersama-sama tim teknis terpadu dari instansi-instansi lain antara lain BPP Teknologi dengan ruang lingkup pengukuran emisi kompor, Pusat Penelitian Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) bersama Balai Hiperkes memantau indoor air quality dan kualitas bahan baku, Departemen Kesehatan i
memantau dampaknya terhadap penggunan, sedangkan PUSARPEDAL memantau kualitas udara ambien. Pengukuran tahun dilakukan di tiga lokasi kegiatan yaitu di daerah peternakan ayam Cibentang Bogor, pabrik abon Malang dan kawasan industri Demak; yang masing-masing menggunakan briket batubara dan batubara curah sebagai bahan bakar. Hasil pengukuran terhadap parameter kualitas udara ambien TSP, SO 2, NO 2, dan CO berada di bawah Baku Mutu sesuai Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Adapun untuk hasil uji coba pengukuran parameter emisi sumber tidak bergerak dari cerobong simulator tungku briket batubara, didapatkan hasil sebagai berikut: No Bahan Bakar SO2 NOx CO PAH (μg Teq/NM 3 ) 1 Non-karbonisasi 496 105 586 0,20 2 Karbonisasi 160 65 445 1,5 3 Minyak Tanah 930 272 5 70 Lampiran V Permen ESDM No. 47 tahun 2006 130 140 726 - Seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta minyak tanah) melebihi baku mutu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47 tahun 2006 untuk parameter SO2; Briket batubara non karbonisasi dan karbonisasi memenuhi Baku Mutu baik untuk parameter NOx maupun CO, tetapi tidak untuk bahan bakar minyak tanah. Nilai PAH tertinggi didapatkan untuk bahan bakar minyak tanah diikuti briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi. ii
ABSTRAK K ualitas udara ambien di sekitar kegiatan pengguna briket dan bahan bakar dari batubara di lokasi pemantauan di daerah Bogor, Malang dan Demak masih berada di bawah Baku Mutu kualitas udara ambien sesuai Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara untuk parameter CO, SO 2, NO 2, dan TSP, baik untuk lokasi kegiatan maupun lokasi kontrol. Dari pengujian bahan briket batubara didapatkan hasil bahwa kedua jenis briket (karbonisasi dan non karbonisasi) memenuhi standar kualitas briket batubara sesuai Lampiran I Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47 tahun 2006 mengenai Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara; kecuali untuk briket batubara karbonisasi tidak memenuhi standar kandungan volatile matter (>15%) dan briket batubara non karbonisasi tidak memenuhi standar kandungan air (>12%). Dari uji coba pengukuran emisi dari pembakaran briket batubara menggunakan cerobong simulator pembakaran tungku briket, didapatkan hasil bahwa seluruh jenis bahan bakar (briket batubara karbonasi dan non karbonasi serta minyak tanah) melebihi baku mutu emisi briket batubara Lampiran I Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 47 tahun 2006 untuk parameter SO2. Adapun untuk parameter NOx maupun CO, briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi memenuhi Baku Mutu Permen No. 47 tahun 2006, tetapi tidak untuk bahan bakar minyak tanah. Bahan bakar minyak tanah mengemisikan PAH dalam jumlah yang jauh lebih besar dari briket batubara karbonisasi dan non karbonisasi. Hasil pengujian Bottom Ash untuk parameter PAH terdeteksi untuk briket batubara Non Karbonisasi. iii
KATA PENGANTAR P uji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-nya, Laporan Kegiatan Pengkajian Briket Batubara Tahun yang dilaksanakan oleh Sub Bidang Laboratorium Rujukan, Bidang Laboratorium Rujukan dan Pengujian, Pusarpedal-KLH, dapat diselesaikan. Sesuai dengan salah satu tugas dan fungsi PUSARPEDAL sebagai laboratorium rujukan nasional yaitu melakukan pengkajian metode, maka kegiatan pengkajian briket batubara dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat terkait keamanan penggunaan briket batubara terhadap lingkungan dan kesehatan. Pengkajian di tahun ditekankan pada kegiatan uji coba sampling Polyaromatic Hydrocarbon (PAH) dari emisi sumber tidak bergerak, menggunakan simulator cerobong tungku briket batubara yang terdapat di Balai Besar Teknologi Energi (B2TE). Adapun pengkajian yang dilakukan dengan sampel uji petik ini perlu ditindak lanjuti dengan pengkajian yang lebih komprehensif dan memenuhi kaidah statistik; terutama untuk lingkup lingkungan kerja. Penulis berharap pengkajian briket batubara tahun ini bisa melengkapi pengkajian-pengkajian sebelumnya yang telah dilakukan. Kritik dan saran sangat kami harapkan. iv