BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dika Solihah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran IPA yang memberikan landasan melalui pengetahuan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan inilah dapat dihasilkan generasi-generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia dilahirkan menjadi makluk sempurna yang memiliki akal fikiran,

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

I. PENDAHULUAN. yang ada saat ini seperti Course Builder, Visual Basic, atau Dream weaver

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PQ4R PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bertanya dalam kelas adalah aktivitas yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pula pembelajaran bahasa-bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Fisika memegang peranan penting. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN KEMAMPUAN ABSTRAK BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran sains yang sangat erat kaitannya dengan

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara dua unsur, yaitu siswa yang sedang belajar dan guru yang mengajar, dan berlangsung dalam suatu ikatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses belajar mengajar diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya (Makmun, 2002). Proses pembelajaran di dalam kelas tidak hanya untuk menyampaikan informasi dari seorang guru kepada siswanya, tetapi guru juga dapat menggali informasi yang belum diketahui dari siswanya. Sehingga arah transfer ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran tidak hanya dari guru kepada siswa, tetapi bisa juga dari siswa kepada guru. Oleh karena itu, sikap untuk terbuka terhadap ilmu pengetahuan harus dimiliki oleh guru dan siswa. Salah satu masalah dalam dunia pendidikan kita saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Pada umumnya proses pembelajaran yang terjadi di kelas hanya berlangsung satu arah, dimana siswa hanya terfokus untuk mengikuti rangkaian penbelajaran tanpa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran tersebut, sedangkan guru hanya terfokus agar materi pembelajaran tersampaikan. Dalam proses belajar mengajar seharusnya terjadi timbal balik dimana kedua belah pihak baik guru maupun siswa berperan secara aktif di dalam suatu aturan kerja dan kerangka berfikir yang telah disepakati bersama. Dengan demikian siswa akan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Sudarman (2009) bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika peserta didik pada proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan yang baru diperoleh. Dengan cara ini maka pengetahuan baru akan cenderung dapat dipahami dan dikuasai dengan lebih baik. 1

2 Kemajuan ilmu teknologi dan informasi yang semakin pesat saat ini menyebabkan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian menjadi lebih cepat tersampaikan kepada masyarakat umum, sehingga siswa diharapkan mampu untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang secara terus menerus. Sungguh tidak realistik jika kita mengharapkan siswa dapat mengantisipasi kemajuan teknologi dan informasi jika sekedar bersandar dan berbekal pada fakta - fakta biologi yang dipelajari disekolah (Tomo, 2003). Oleh karena itu, untuk dapat memahami berbagai masalah dan fenomena alam dalam kehidupan seharihari, mengetahui isu-isu yang berkaitan dengan bidang sains yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang dapat dipahami dengan cara membaca yang baik dan ketertarikan dalam mempertanyakan mengenai isu-isu yang berkembang, baik kepada teman sebaya, guru, orang tua, maupun komunitas komunitas sains yang berkembang di masyarakat. Depdiknas (Tomo, 2003) menyatakan bahwa Studi yang dilakukan oleh International Educational Achievment (IEA) mengenai kemampuan membaca, dari 39 negara yang diteliti, Sekolah Dasar (SD) Indonesia berada diurutan ke 38. Selain itu, berdasarkan hasil Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2009 menyatakan bahwa skala keterbiasaan membaca di Indonesia berada di urutan 57 dari 65 negara. Hal tersebut selaras dengan yang dinyatakan oleh Sudarman (2009) bahwa pada studi tentang bacaan maupun pembaca menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan, yaitu keterbacaan buku buku pelajaran dan kemampuan membaca siswa terhadap bacaan masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan kenyataan sekarang dimana siswa dalam belajar cenderung lebih senang melihat baik demonstrasi maupun video video yang berkaitan dengan pembelajaran dibandingkan dengan membaca materi di buku maupun membaca urutan urutan kerja dalam praktikum. Kegiatan dan keterampilan membaca tidak dapat digantikan dengan metodemetode pembelajaran lainnya. Glynn dan Muth (Fitriani, 2005) menyatakan bahwa setiap mata pelajaran tidak luput dari kegiatan membaca. Selanjutnya, Glyn dan Muth (Tomo, 2003) menyatakan bahwa agar siswa memiliki literasi

3 sains, mereka harus memiliki kemampuan membaca untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka dan kemampuan menulis untuk mengkomunikasikan pikiran mereka. Dalam hal ini tidak terkecuali dengan mata pelajaran biologi contohnya seperti materi sistem syaraf yang memuat bahasan cukup banyak dan sulit untuk dipraktikumkan. Selain itu, Gie menyatakan bahwa sebagai proses interaktif, maka keberhasilan membaca akan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang melatarbelakangi dan strategi membaca (Sudarman, 2009). Oleh karena itu, kegiatan membaca dapat membantu siswa dalam memahami dan menyerap materi yang ada di dalam buku serta mampu membantu proses belajar siswa dan dapat mendorong keingintahuan lebih sehingga siswa bertanya. Hasibuan, et. Al. (2008) menyatakan bahwa dalam proses belajar-mengajar bertanya memegang peranan yang penting. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan kegiatan bertanya termasuk dalam golongan orang yang melakukan proses berpikir, proses berpikir inilah yang mengakibatkan anak melakukan proses belajar. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Sudarman (2009) yang menyatakan telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika peserta didik pada proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan yang baru diperoleh. Salah satu standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan menengah adalah siswa mampu menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan serta mampu menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah yang kompleks (Depdiknas, 2006). Kemampuan berpikir dapat berkembang karena adanya proses berpikir yang baik, dimana proses berpikir itu dapat dirangsang oleh suatu pertanyaan. Maka dapat dikatakan bahwa bertanya merupakan gerbang awal dari proses berpikir. Mengajukan pertanyaan merupakan bagian penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar, tetapi umumnya cara yang ditempuh dalam memperoleh pengetahuan tidak dibiasakan merangsang siswa mengajukan pertanyaan.

4 Sehingga baik kuantitas maupun kualitas pertanyaan yang diajukan siswa masih sangat kurang dalam mengantarkan siswa membangun pemahamannya melalui proses berpikir. Sesuai dengan yang diungkapkan Sudjana (Rahayu, 2008) bahwa salah satu ciri yang tampak dalam proses belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk aktif berpikir adalah keberanian siswa untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan. Sudarman (2009) menyatakan bahwa untuk memperoleh proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu diperhatikannya metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik. Keterampilan pokok pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para siswa adalah membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainnya (Trianto, 2007). Hal itu dikarenakan aktivitas membaca yang terampil akan membukakan pengetahuan yang lebih luas serta meningkatkan keingintahuan siswa. PQ4R merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan membaca sekilas (preview), bertanya (question), membaca aktif (read), mengaitkan (reflect), merenungkan (recite) dan mengulang kembali (review). Sudarman (2009) menyatakan bahwa metode ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengingat apa yang mereka baca dan membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca buku. Selain itu dalam metode ini terdapat tahapan pembelajaran question yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat mengontruksi pengetahuan yang diperoleh, sehingga menjadikan suatu kegiatan belajar yang bermakna. Materi sistem syaraf dipilih karena termasuk ke dalam materi yang sulit untuk dipelajari. Materi sistem syaraf mencakup materi yang rumit dan terdiri dari banyak tema (Tekkaya et al., 2001). Selain itu, Hajanah menyatakan bahwa sebagian siswa (64,7%) merasa tidak senang ketika mempelajari sistem syaraf (Anwar, 2009). Selanjutnya, Anwar (2009) menyatakan bahwa salah satu kesulitan dalam mempelajari sistem syaraf adalah banyaknya istilah yang hampir

5 mirip satu sama lain. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh metode pembelajaran PQ4R terhadap penguasaan konsep dan kemampuan bertanya pada siswa SMA B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh metode pembelajaran PQ4R terhadap penguasaan konsep dan kemampuan bertanya siswa pada materi sistem syaraf? Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara operasional permasalahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode PQ4R pada konsep sistem syaraf? 2. Bagaimanakah tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada konsep sistem syaraf? 3. Bagaimanakah kemampuan bertanya siswa kelas eksperimen, yang menggunakan metode pembelajaran PQ4R? 4. Bagaimanakah kemampuan bertanya siswa kelas kontrol, yang menggunakan metode konvensional? 5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode PQ4R dan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional terhadap penguasaan konsep dan kemampuan bertanya siswa? C. Batasan Masalah Untuk mengatasi meluasnya permasalahan, maka ditentukan batasan masalah untuk penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI semester genap tahun ajaran 2012/2013. 2. Konsep yang digunakan adalah sistem koordinasi sub konsep sistem syaraf.

6 3. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah kemampuan kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Kemampuan tersebut yaitu, kemampuan menghafal (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). 4. Kemampuan bertanya yang diukur dengan melakukan analisis. Pertanyaan dikelompokkan atas luas atau sempitnya alternatif jawaban benar yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Setelah itu pertanyaan dikelompokan berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh implementasi metode pembelajaran PQ4R terhadap penguasaan konsep dan kemampuan bertanya siswa pada konsep sistem syaraf. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran PQ4R pada konsep sistem syaraf. 2. Menganalisis perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional pada konsep sistem syaraf. 3. Menganalisis perbedaan kemampuan bertanya siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajarn PQ4R dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. 4. Menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran PQ4R dan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep dan kemampuan bertanya siswa. E. Manfaat Penelitian

7 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sebuah acuan untuk pengembangan proses belajar mengajar di sekolah. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan mempunyai dampak positif bagi beberapa pihak yaitu : 1. Bagi Siswa Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran PQ4R diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan bertanya siswa. Selain itu, siswa lebih terlatih untuk lebih berperan aktif atau berpartisipasi dalam proses belajar serta dapat menggunakan metode pembelajaran PQ4R dalam mempelajari konsep konsep dalam pelajaran biologi dan pelajaran lainnya. 2. Bagi Guru Memberikan pengalaman dan informasi pada guru mengenai metode pembelajaran PQ4R sehingga dapat memberikan variasi baru dalam pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Lain. Sebagai rujukan bagi peneliti lain sehingga dapat mengaplikasikannya dalam konsep biologi lainnya.. F. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam peneliatian ini adalah: Terdapat perbedaan tingkat pengusaan konsep dan kemampuan bertanya pada pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran PQ4R dan metode pembelajaran konvensional..