BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan industri saat ini mendapat tantangan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sistem pendidikan di Indonesia telah menetapkan kurikulum

HUBUNGAN ANTARA PUSAT KENDALI (LOCUS OF CONTROL) DENGAN PERILAKU SEKSUAL

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

BAB II KAJIAN TEORITIS

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam menyelesaikan segala tugas dan tuntutan yang harus dipenuhi serta mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang diharapkan dapat mensukseskan tujuan dari pendidikan. Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu layanan yang terintegrasi dalam dunia pendidikan yang berfungsi dalam upaya memfasilitasi peserta didik / konseli agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (ABKIN, 2008 : 192). Menurut Havighurst (1961 dalam yusuf, 2009), tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, jika tugas itu dapat tertuntaskan maka akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya, sementara jika gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangakutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tidak semua individu bisa mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini senada dengan Lusiawati (2003) bahwa keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tidak hanya ditunjang oleh kecerdasan yang tinggi, faktor yang paling penting adalah bagaimana individu bisa mengaktualisasikan kemampuannya. Dari fenomena di atas, sedikitnya tergambar bahwa dalam setiap diri individu mempunyai faktor internal yang turut mendukung keberhasilan

2 penyelesaian segala tugasnya termasuk tugas perkembangannya, salah satunya adalah kepribadian individu yang berperan dalam menentukan sikap individu dalam belajar dan bertingkah laku, termasuk di dalamnya kemampuan mengendalikan diri. Kemampuan peserta didik mengendalikan dirinya tergantung dari keyakinan peserta didik itu sendiri. Rotter (1972) dalam teorinya menyebutkan bahwa keyakinan mengenai faktor yang mengendalikan kejadiankejadian dalam kehidupan sehari-hari disebut lokus kendali (Locus of Control). Rotter merupakan salah satu tokoh pembelajaran sosial yang dalam teorinya berpendapat bahwa perilaku individu merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dan situasi saat ini. Dalam teorinya, pembelajaran sosial menitikberatkan bahwa pengalaman masa lalu akan berdampak pada perilaku individu saat ini dan pada nantinya akan berdampak pula pada harapan di masa depan. Menurut Rotter untuk memahami perilaku seseorang, kita tidak hanya menilai individu yang terlepas dari lingkungan, ataupun kita hanya melihat lingkungan saja tanpa menilai individu itu sendiri. Sebaliknya, kita harus melihat interaksi dari keduanya yaitu individu (pengalaman masa lalu, proses belajar dan pengalamannya) dan lingkungan (rangsangan yang diterima individu dari luar, saat ini). Perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu tentunya akan menimbulkan harapan dan tantangan yang berbeda pada setiap individu, begitu juga bagi peserta didik di sekolah. Faktor-faktor seperti pengalaman traumatik di masa lalu, pola asuh dan hubungan dengan orang tua, usia, serta situasi yang sedang dihadapi oleh peserta didik saat ini akan sangat berpengaruh pada kecenderungan lokus kendali yang mereka miliki pada saat ini, yang pada akhirnya menyebabkan perilaku peserta didik yang berbeda-beda. Perbedaan perilaku para peserta didik tentunya akan menimbulkan permasalahan yang berbeda pula, dalam hal ini bimbingan dan konseling sebagai fasilitator peserta didik, diharapkan bisa menjadi ujung tombak dalam pembentukan karakter peserta didik yang memiliki kemampuan atau

3 kematangan dalam segala aspek tidak hanya pada aspek akademik, ternasuk di dalamnya dalam membentuk kepribadian, sehingga seluruh potensi peserta didik bisa berkembang secara optimal. Usia peserta didik SMP yang tergolong dalam fase perkembangan remaja awal tentunya masih sangat membutuhkan bimbingan dari orang dewasa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, salah satunya dalam proses menyelesaikan tugas perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan remaja menurut William Kay (Yusuf, 2009 : 72) adalah memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar nilai-nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. Tugas perkembangan ini sangat penting untuk dilakukan oleh remaja agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk arah hidupnya. Penelitian Ika Alinda (2006) menyatakan bahwa lokus kendali berkontribusi sebesar 13,6 % dalam perilaku nakal peserta didik. Ini menunjukkan bahwa kenakalan yang dilakukan peserta didik disebabkan oleh ketidakmampuan peserta didik dalam meyakini bahwa pengaruh negatif dari luar dapat dikendalikan dirinya. Begitu juga dengan fenomena yang ditemukan selama peneliti melaksanakan program pengalaman lapangan baik itu melalui observasi langsung dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 9 Bandung adalah banyaknya peserta didik yang mempunyai permasalahan berawal dari kurangnya keyakinan peserta didik bahwa mereka bisa mengendalikan kejadian yang terjadi pada dirinya. Seperti adanya geng sekolah, perilaku membolos, merokok, pornografi, dan perkelahian. Seharusnya hal-hal tersebut tidak akan terjadi jika peserta didik mempunyai keyakinan sendiri bahwa segala yang terjadi pada dirinya sebenarnya bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri. Tingkat konsistensi antara keyakinan dan pendapat pribadi individu, akan mempengaruhi individu yang berbeda dengan sikap dan perilaku yang berbeda pula (Rotter, 1972 : 343). Dalam hal ini, tingkat keyakinan individu (kecenderungan lokus kendali) akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu.

4 Perilaku individu yang memiliki kecenderungan lokus kendali internal tentunya akan berbeda dengan individu yang memiliki kecenderungan lokus kendali eksternal. Lokus kendali merupakan bagian integral dari kepribadian yang pada akhirnya berkontribusi terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh individu. Sejauh mana individu, dalam hal ini remaja memiliki kemampuan dalam mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Apakah individu meyakini bahwa dirinya adalah penentu perilaku mereka ataukah justru individu menganggap bahwa diri mereka itu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar dirinya, hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Mengingat pentingnya kedudukan lokus kendali dalam diri individu serta perilaku yang ditimbulkan, diperlukan untuk mengetahui seperti apa kecenderungan lokus kendali yang dimiliki peserta didik karena pada nantinya akan berpengaruh ke dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling yang ada di SMP Negeri 9 Bandung. Layanan bimbingan dan konseling tersebut dapat dijadikan pedoman bagi guru BK dalam membantu peserta didik supaya peserta didik bisa berkembang secara optimal. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Ada dua jenis lokus kendali yaitu lokus kendali internal (Internal locus of control) dan lokus kendali eksternal (External locus of control). Lokus kendali internal adalah keyakinan bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kontrol terhadap peristiwa yang terjadi, sehingga ada suatu perasaan optimis bahwa peristiwa tersebut dapat berubah dengan melakukan usaha-usaha tertentu serta adanya pandangan bahwa tingkah laku yang dilakukan akan menentukan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya. Yang kedua adalah lokus kendali eksternal yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya diakibatkan atau dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya sendiri seperti nasib, keberuntungan, kesempatan dan orang-orang yang berkuasa.

5 Berdasarkan uraian penjelasan di atas, bentuk pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Seperti apa profil lokus kendali peserta didik di SMP Negeri 9 Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana rancangan layanan bimbingan dan konseling yang cocok untuk mengembangkan lokus kendali peserta didik di SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013-2014? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan lokus kendali yang dimiliki oleh peserta didik SMP Negeri 9 Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan : 1. Gambaran umum lokus kendali yang dimiliki oleh peserta didik SMP Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013-2014. 2. Untuk memperoleh rancangan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan aspek perkembangan peserta didik berdasarkan kecenderungan lokus kendali yang dimiliki oleh peserta didik di SMP Negeri 9 Bandung. D. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang menggabungkan hasil analisis data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistic (analisis statistik) dalam bentuk data numerical atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

6 laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokus kendali yang dimiliki oleh Peserta didik SMP Negeri 9 Bandung. Populasi data yang akan diteliti adalah peserta didik kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 9 Bandung. Pertimbangan dalam menentukan populasi penelitian adalah sebagai berikut : a. Peserta didik SMP sudah memasuki fase remaja, dimana ada yang masih peralihan dari masa anak-anak (Kelas VII) dan juga ada yang sudah menuju remaja madya (Kelas IX). Ketika memasuki fase remaja, individu memungkinkan untuk bisa berfikir secara abstrak mengenai hal-hal yang terjadi pada dirinya. b. Peserta didik SMP kelas VII merupakan peserta didik yang berada pada penyesuaian baik dari segi akademis maupun dari segi non-akademis setelah berakhirnya masa SD sehingga mungkin ada perbedaan kecenderungan lokus kendali dengan peserta didik kelas VIII dan juga kelas IX. c. Peserta didik SMP berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget telah mencapai tahap formal operational (12 tahun ke atas) sehingga peserta didik memiliki kemampuan memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pikirannya, dapat mengorganisasikan masalah, dapat berpikir secara logis, ilmiah, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. d. Menurut pihak Bimbingan dan SMP Negeri 9 Bandung belum ada penelitian yang mengungkap gambaran lokus kendali peserta didik secara keseluruhan. Sampel penelitian diambil secara acak (random sampling) yaitu semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan angket (kuisioner). Angket yang digunakan merupakan angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah

7 disediakan,(arikunto, 2010: 195). Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala Guttman dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban yang tegas terhadap keyakinan akan diri sendiri peserta didik. Angket ini disusun berdasarkan indikator Lokus kendali. E. Manfaat Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian dapat memperkaya sumber referensi dalam menyusun program bimbingan pribadi sosial di SMP Negeri 9 Bandung dan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan peserta didik sesuai dengan kecenderungan lokus kendali yang mereka miliki sehingga pada nantinya peserta didik tersebut bisa memiliki kendali diri yang kuat. Secara praktis, hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Guru Bimbingan dan Program ini dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan layanan intervensi untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling sesuai dengan kendali diri yang dimiliki oleh peserta didik. 2. Bagi Peserta Didik Tersedianya layanan bimbingan dan konseling yang memfasilitasi peserta didik untuk mencapai pengembangan diri yang optimal sesuai dengan kompetensi perkembangan yang harus terpenuhi. F. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi terdiri dari lima bab, dengan rincian sebagai berikut : Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

8 Bab II berisi kajian pustaka. Dalam penelitian ini membahas mengenai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses belajar pada peserta didik berbakat, dan program bimbingan belajar. Bab III metode penelitian, terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasannya. Terdiri dari pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau hasil temuan. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.