BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembelajaran kewirausahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang diungkapkan oleh Piaget (Carin, 2000) yang mengemukakan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun kualitasnya semakin rendah hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Serli Alpiani Agustin,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang dalam prosesnya akan terjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah mengubah keadaan masyarakat di seluruh dunia. Setiap orang menghadapi tantangan untuk berkiprah di dunia dengan dibukanya pasar bebas. Konsekuensi dari dibukanya pasar bebas adalah sumber daya manusia Indonesia harus mempunyai keterampilan dan kompetensi yang unggul agar mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara-negara lain. Menurut Binkley (Griffin, McGaw & Care, 2012: 18), terdapat 10 keterampilan abad 21 dalam 4 kelompok yang harus dipelajari dan dikuasai oleh manusia. Dalam kelompok cara berpikir, salah satu yang harus dikuasai adalah berpikir kreatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif seseorang adalah melalui pendidikan. Hal ini karena pendidikan menempati posisi strategis untuk membentuk manusia secara utuh melalui proses pembelajaran. Keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat menghadapi pasar bebas. Hassoubah (2004:13) menyatakan bahwa dengan berpikir kritis dan kreatif masyarakat dapat mengembangkan diri mereka dalam membuat keputusan, penilaian, serta menyelesaikan masalah. Hal ini akan membantu seseorang menghadapi dunia nyata dengan segala permasalahannya. Merujuk pada pengertian diatas penulis mendefenisikan berpikir adalah suatu proses pencarian gagasan, ide-ide, dan konsep yang diarahkan untuk pemecahan masalah. Dikatakan sebagai proses karena sebelum berpikir kita tidak mempunyai gagasan maupun ide, dan pada saat berpikir barulah ide tersebut muncul sehingga melahirkan berbagai pemikiran, diantaranya adalah pemikiran kreatif. Berpikir juga dapat diartikan dengan bertanya tentang sesuatu, karena

pada saat kita berpikir yang terdapat didalam otak kita adalah berbagai pertanyaan analisa diantaranya adalah: apa, mengapa, kenapa, bagaimana, dan dimana, sehingga dari berfikir akan timbul pertanyaan pertanyaan kompleks yang memerlukan jawaban yang harus dicari yang disebut bepikir kreatif. Proses pencarian jawaban akan memunculkan kreativitas berupa gagasan, ide atau pendapat. Dalam prosesnya bila ingin menemukan suatu ide kreatif tahapan pertama yang harus dilalui adalah berpikir. Merujuk pada pendapat dia atas, dapat diartikan bahwa berfikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif atau orisinil.berfikir kreatif itu dekat kaitannya dengan keberhasilan seorang individu dalam pengembangan dirinya sendiri, sehingga potensi dan kemampuan yang ada pada diri seseorang dapat di kembangkan dan di maksimalkan. Mengingat pentingnya berpikir kreatif bagi siswa agar siswa dapat bersaing dalam dunia kerja dan kehidupan pribadinya, oleh karena itu kemampuan berikir kreatif penting dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan sangatlah berperan penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu mata pelajaran yang mengutamakan pemikiran kreatif siswa adalah pada mata pelajaran kelompok B kurikulum 2013 di SMK yaitu pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, telah banyak upaya yang dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang berkaitan dengan proses dan kegiatan pembelajaran. Antara lain perbaikan pada kurikulum, tujuan, pelaksanaan pembelajaran, juga evaluasi, akan tetapi pada kenyataannya kondisi pembelajaran prakarya dan kewirausahaan masih belum memenuhi harapan yang diinginkan, baik proses maupun hasil pembelajarannya. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Gunay Balim Ass Prof Dr Dokuz Eylul (2009) menunjukan bahwa metode pembelajaran penemuan dapat digunakan dengan tujuan menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Selain itu penelitian Ariska Yuliana Putri (2014) menunjukan bahwa dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran itu tidak hanya memerlukan kreativitas tetapi gaya kognitif merupakan salah satu factor yang perlu di pertimbangkan dalam pembelajaran. Dari penelitian yang telah di lakukan sebelumnya dan adanya fakta yang ada dilapangan, bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa SMKN 2 Garut masih rendah hal ini di buktikan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian dimulai kepada guru dan siswa yang ada di SMKN 2 garut dengan hasil wawancara bahwa pembelajaran prakarya dan kewirausahaan itu menyenangkan tetapi sulit bila menemui tugas untuk melakukan atau membuat inovasi baru yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kenyataan yang ada di lapangan yang dialami oleh peneliti yaitu sebgai berikut : 1. Hasil pembelajaran siswa tidak begitu memuaskan dalam bidang kreatifitas, seperti siswa mendapatkan nilai besar karena mengerjakan tugas yang berhubungan dengan pengetahuan saja seperti hafalan dan teori, tetapi untuk kreatifitas yang tubuh masih sangat kurang, dalam 1 kelas mungkin hanya ada 3 orang yang mengerjakan tugas beserta dengan keterampilan dan kreatifitas dalam pengerjaan tugasnya, dan dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru kewirausahaan kepada kelas. 2. Berdasarkan hasil pengamatan nilai semester Ganjil tahun ajaran 2014-2015 kelas XI jurusan Listrik dan Multimedia berfikir kreatif siswa masih rendah, ditandai dengan masih rendahnya nilai dari keterampilan siswa dalam pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Rendahnya nilai siswa tersebut dapat di lihat dari tabel 1.3 di bawah Menurut hasil studi di atas dalam kenyataan yang terjadi masih banyak siswa yang belum mempunyai kemampuan berpikir kreatif. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari siswa tersebut dan juga faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa seperti guru, lingkungan sekolah, keluarga, dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.mengingat berfikir kreatif adalah salah satu aspek penting dalam pemebelajaran, maka guru harus pandai dalam memilih cara, teknik, strategi, pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran, model pembelajaran mana yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena setiap konsep

akan lebih mudah untuk di pahami dan diingat bila disajikan dengan menggunakan metode dan cara yang tepat. Tabel 1.3 Rata-Rata Nilai Kelas XI Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMKN 2 Garut Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015 NO KELAS RATA-RATA NILAI ASPEK KETERAMPILAN 2013-2014 2014-2015 Skala Kualifikasi Skala kualifikasi 1 TITL 1 3.18 B+ 2.67 B- 2 TITL 2 3.21 B+ 2.71 B- 3 TITL 3 2.95 B 2.54 C+ 4 TITL 4 2.76 B 2.53 C+ 5 MM 1 3.33 B+ 2.82 B- 6 MM 2 3.10 B 2.75 B- 7 MM 3 3.52 A- 3.04 B Sumber: Nilai Raport Smester 1 ganjil SMKN 2 Garut Metode pembelajaran yang tepat dirasa dapat memberikan kontribusi positif terhadap keterampilan berpikir kreatif, sedangkan metode pembelajaran yang ada di SMKN 2 Garut masih menggunakan metode Konvensional. Seperti yang diungkapkan Gulo (2004:140) bahwa metode pembelajaran konvensional memiliki kelemahan, sebagai berikut : a. Metode-metode Konvensional cenderung pada pola strategis ekpositorik yang berpusat pada guru. Pola interaksi cenderung pada komunikasi satu arah. Sehingga sukar bagi guru untuk mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa memahami informasi yang telah disampaikan. b. Metode-metode konvensional cenderung menempatkan posisi peserta didik sebagai pendengar dan pencatat. c. Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah. Dilihat dari segi taksonomi tujuan pengajaran, konvensional hanya mampu mengembangkan kemampuan siswa pada tingkat pengetahuan sampai pemahaman. Adanya kelemahan-kelemahan dalam metode pembelajaran konvensional, maka untuk saat ini diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, peran guru adalah sebagai fasilitator.

Guru harus mampu membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap materi. Menurut Beyer dalam Lang dan Evans (2006:444) mengatakan bahwa guru dapat menyediakan lingkungan belajar di kelas yang memungkinkan peserta didik terlibat di dalamnya. Dalam memberikan materi pelajaran guru harus mampu mengintegrasikan panduan yang jelas dalam proses pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam proses berpikir. Guru dituntut agar bisa memotivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Dalam hal ini, guru harus terampil dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Untuk membahas fenomena di atas teori belajar konstruktivisme yang merupakan teori yang menunjang dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu konstruktivisme merupakan teori tentang bagaimana siswa mengkonstruk dan membangun pemikiran mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan pendapat siswa sendiri dalam penyelesaian masalah. Salah satu metode pembelajaran yang mengakar pada teori konstruktivisme adalah discovery learning yang merupakan metode dimana siswa harus memecahkan dan menemukan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dengan di landaskan memalui pengetahuan awal yang mereka punyai. Menurut Moedjiono (1992:87) metode pembelajaran penemuan (Discovery Learning) memberika peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar siswa, karena metode pembelajaran penemuan discovery learning ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan ketelibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar 2. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup. 3. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang di perlukan bagi para siswa. 4. Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.

Model pembelajaran penemuan (discovery learning) menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif. Oleh karena itu discovery learning menuntut peserta didik untuk berfikir kreatif. Model ini melibatkan peserta didik dalam kegiatan intelektual, sikap, keterampilan psikomotorik dan menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Saat ini banyak berkembang metode - metode dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan siswa untuk belajar aktif. Berbagai pendekatan tersebut juga mengupayakan agar pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat pada siswa (student oriented) hal ini sesuai dengan pernyataan (Hasratuddin, 2010:21) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berdasarkan kondisi yang ada di SMKN 2 Garut permasalahan tentang kreativitas dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Untuk itu, perlu pembinaan tentang kreativitas siswa dalam Permbelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan diterapkannya metode discovery learning. Menurut Markaban (2006 : 4) penggunaan metode discovery learning dalam belajar dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, kemampuan komunikasi siswa dan kemampuan berfikir kreatif siswa. Didalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat berfikir lebih kreatif untuk mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006 : 9). Penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, memungkinkan terjadi proses interaksi dengan tujuan untuk saling mempengaruhi berpikir masing-masing. Guru memancing cara berpikir siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkonstruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk

memecahkan masalah (Markaban, 2006 : 11). dengan metode discovery learning siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan (Markaban, 2006: 15). Hal itu sejalan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan metode discovery learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan kteatifitas pada saat eksperimen dan menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran, sebelum guru dalam memberikan pelajaran dan dalam memulai menentukan metode belajar yang tepat bagi siswanya melihat dari gaya kognitif siswa tersebut apakah menggunakan kecenderungan gaya kognitif independent field atau gaya kognitif dependen field. Hal ini dilakukan agar guru mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam belajar terutama dalam belajar berfikir kreatif. Untuk itu kemampuan berfikir kreatif siswa dengan metode discovery learning akan lebih terlihat apabila dilihat juga gaya kognitif siswanya apa menggunakan independent field atau dependen field. Metode belajar yang dianggap penting dalam pembentukan keterampilan berpikir kreatif juga di pengaruhi oleh adanya gaya kognitif. Gaya kogitif merupakan cara bagaimana seseorang mengelola informasi ke dalam pikirannya sehingga dalam pembelajaran sebelum menentukan model pembelajaran mana yang akan di gunakan sebaiknya guru harus melakukan pengetesan tentang gaya kognitif terlebih dahulu seperti yang telah di paparkan oleh L.B. Resnick and A. Collins (1996:121) yang mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan karateristik proses kognitif siswa. Dengan demikian, meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan disusun hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang gaya kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut, guru

atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif siswa tersebut dan dapat di sesuaikan dengan metode yang tepat dan menunjang bagi siswa. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian terhadap keterampilan berpikir kreatif dan hasil penelitian ini akan dituangkan ke dalam tesis yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Membentuk Keterampilan Berfikir Kreatif dilihat dari Gaya Kognitif siswa SMKN 2 Garut di Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah ada perbedaan keterampilan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran discovery learning? 2. Apakah ada perbedaan keterampilan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sebelum dan sesudah menggunakan metode ekspository? 3. Apakah penggunaan metode pembelajaran Discovery learning dan Eksplository mempengaruhi keteramilan berfikir kreatif siswa kelas XI jurusan multimedia? 4. Apakah Gaya kognitif tiap siswa berpengaruh terhadap keterampilan berfikir kreatif dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan? 5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran discovery learning dan ceramah Tanya jawab dengan Gaya Kognitif terhadap keterampilan berpikir kreatif? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas, maka tujuan dari peneliian ini adalah : 1. Adanya perbedaan keterampilan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran discovery learning 2. Adanya perbedaan keterampilan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sebelum dan sesudah menggunakan metode konvensional 3. Penggunaan metode pembelajaran Discovery learning dan Eksplository mempengaruhi keteramilan berfikir kreatif siswa kelas XI jurusan multimedia 4. Gaya kognitif tiap siswa berpengaruh terhadap keterampilan berfikir kreatif dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan 5. Adanya interaksi antara metode pembelajaran discovery learning dengan Gaya Kognitif 1.4 Manfaat dan Signifikasi Penelitian Secara garis besar manfaat penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pendidikan tentang model pembelajaran Penemuan Discovery Learning terhadap kemampuan berpikir kritis. b. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang sejenis. c. Sebagai kontribusi memberikan wawasan penelitian dalam proses pembelajaran oleh guru dan menumbuhkan teori-teori yang ada. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya : a. Bagi siswa.metode pembelajaran discovery learning ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi guru.pembelajaran prakarya dan kewirausahaan dengan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa. c. Bagi peneliti. Metode Pembelajaran discovery dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana menerapkan pembelajaran penemuan (discovery learning) untuk meningkatkan keterapilan berfikir kreatif siswa. 3. Manfaat Kebijakan Manfaat dari hasil penelitian ini terhadap kebijakan dalam hal pendidikan adalah diharapkan dapat melahirkan kebijakan baru berupa metode pembelajaran yang dapat menunjang bagi pembentukan berpikir kreatif.mengetahui seberapa kritis masalah ini harus di kaji dan dampak dari masalah rendahnya keterampilan berpikir kreatif ini akan berdampak pada masa depan lulusan SMK itu sendiri yaitu dengan tidak adanya keterampilan berfikir kreatif siswa SMK tidak akan mampu bersaing pada dunia kerja di masa yang akan datang. 4. Manfaat sosial Manfaat dari hasil penelitian ini berhubungan dengan pembelajran prakarya dan kewirausahaan yang ada di SMK, yaitu membentuk pola

berfikir kreatif yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sosial siswa di saat sekarang dan di masa yang akan datang. 1.5 Stuktur Organisasi Proposal Tesis Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab pertama menyajikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah penelitian yang akan diteliti dengan didasari oleh fenomena dan fakta yang terjadi berupa pentingnya kreatifitas pada masa sekarang dengan fakta berupa adanya pasar bebar yang dimulai tahun 2015 dan persaingan yang akan terjadi yang merupakan efek dari adanya pasar bebas. Dan fakta berupa pola pembelajaran yang masih meggunakan metode konfensional yang dinilai tidak menunjang untuk pembentukan berpikir kreatif Bab 1 juga terdapat perumusan masalah berupa pentingnya masalah kreativitas untuk siswa dan kegunaannya di masa yang akan datang bagi diri siswa sendiri. Dari rumusan permasalahan maka di buatlah tujuan penelitian yang berupa harapan dan jawaban dari rumusan masalah yang ada di atas. Serta manfaat penelitian yang didalamnya mengcangkup berbagai aspek dari mulai tujuan secara teoritis, praktis, kebijakan dan sosial, dan sistemetika penulisan. Dalam bab ke dua terdapat pembahasan tentang teori yang digunakan dan relevan untuk penelitian yang akan dilakukan. Teori yang ada di dalam bab 2 ini merupakan dasar yang relevan digunakan sebagai landasan atas kerangka berfikir dan hipotesis. Adapun teori yang terdapat dalam bab 2 dimulai dari teori tentang belajar, teori belajar konstruktivisme yang di kemukakan oleh berbagai ahli di bidang teori belajar. Faktor-faktor yang memepengaruhi proses belajar mengajar seperti faktor yang berasal dari internal maupun eksernal. Teori tentang discovery learning dan langkah- langkahnya dan teori tentang metode konvensional yang biasa di di gunakan dalam proses pembelajaran yang merupakan metode pembanding dengan metode discovery learning. Dalam bab 2 ini juga dibahas bagaimana keterampilan berpkir kreatif dan apa aspek berpikir kreatif itu. Pada bab ketiga ini diuraikan tentang subjek penelitian yang menggunakan 1 kelas kontrol dengan metode eksplository dan 1 kelas eksperimen dengan menggunakan metode discovery learning, metode dan desain penelitian yang berupa ekperimen yang terdiri dari 1 kelas eksperimen yang terdiri dari kelas

jurusan multimedia. Didalam bab 3 juga terdapat operasional variabel, teknik pengumpulan data, rancangan analisis data, dan prosedur penelitian. Pada bab keempat diuraikan tentang pembahasan rumusan masalah dengan perhitungan statistik dan di jelaska hasil dari perhitungan tersbut dengan menggabungkan atau menjelaskan bedasarkan teori yang ada dan menungjang. Perhitungan hipotesinya menggunakan uji beda dua rata- rata untuk hipotesis ke satu dan ke dua, tetapi untuk hipotesis ke 3, 4, dan lima menggunakan uji interaksi a nova dua jalur. Pada bab kelima berisi kesimpulan tentang keseluruhan penelitian yang dilakukan juga saran bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Di dalam bab lima juga dikemukakan tentang temuan yang terjadi dalam penelitian agar dapat di jadikan dasar penelitian yang lebih lanjut.