BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

TITIK ARIYANI HALIMAH A

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini dikarenakan, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE SNOW BALL DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karya sastra, baik karya sastra lama maupun karya sastra baru. Kondisi yang

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Proses pembelajaran menggambar ragam hias merancang kriya tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait dengan ketersediaan karya sastra. Sistem pengajaran, kurikulum yang kurang memberi ruang terhadap sastra, dan kemampuan guru. Lilitan berbagai masalah ini akan saling terkait satu sama lain dan sulit ditentukan ujung pangkalnya. Oleh karena itu, banyak pihak selalu berasumsi bahwa pembelajaran sastra di sekolah suram dan hampir gagal. Sarumpaet (2002:59), mengatakan hal itu terjadi kemungkinan besar karena penerapan model pembelajaran sastra masih begitubegitu terus, ketidakberhasilan pembelajaran sastra antara lain disebabkan oleh ketimpangan apresiasi sastra yang disampaikan. Dalam hal ini, memang kemampuan pengajar sastra patut dipertanyakan. Sejalan dengan pendapat di atas kegagalan pembelajaran sastra juga menunjukkan bahwa kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara belum sepenuhnya terimplementasikan. Padahal kedudukan semacam itu mengandung imperatif yang mengikat. Artinya, Bahasa Indonesia harus berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, implikasi konkretnya, Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa

2 pengantar dalam dunia pendidikan, di samping sebagai substansi yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, yang muara akhirnya adalah menempatkan fungsi strategis Bahasa Indonesia dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional, terutama dalam dua perspektif yaitu edukatif dan kultural. Edukatif maksudnya pelaksanaan pengajaran bahasa dan sastra diharapkan mampu mencapai tingkatan yang terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Menuju kehidupan yang lebih modern dan beradab. Sementara itu perspektif kultural, pengajaran dibidang itu seharusnya mampu mencapai tingkatan kontributif sebagai unsur pembentuk jati diri dan kemandirian bangsa (Sayuti, 2003). Pada hakikatnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi sastra. Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra dinyatakan bermakna apabila tujuan tersebut tercapai, yakni berkembangnya keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, serta tumbuhnya apresiasi sastra secara baik dikalangan siswa. Dengan kata lain, untuk mencapai kebermaknaannya pembelajaran bahasa dan sastra sudah seharusnya lebih diarahkan pada pembinaan keterampilan berkomunikasi dalam berbagai situasi, serta pembinaan sikap kritis dan menghargai teks-teks sastra. Tujuannya karya sastra tidak lagi terpencil dari masyarakatnya,

3 masyarakat dalam hal ini, dapat memetik hikmah dari karya-karya sastra berupa nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai moral, yang pada gilirannya dapat mempertinggi derajat budi pekerti. Besarnya peranan pembelajaran sastra bagi kepentingan pendidikan pada umumnya diungkapkan oleh Yus Rusyana (1984 : 313) bahwa untuk kepentingan pendidikan, tujuan pembelajaran sastra tentulah merupakan bagian dari tujuan pendidikan keseluruhannya, karena proses belajar dan mengajarkan sastra merupakan bagian dari proses pendidikan. Selanjutnya pembelajaran apresiasi sastra novel bertujuan agar para siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra novel untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Sejalan dengan pendapat di atas, dikemukakan pula dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bahwa fungsi utama sastra adalah sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan kontruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Adapun pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi karya sastra (Depdiknas, 2003 : 4).

4 Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan dan menjawab tantangan atas ketidakberhasilan pengajaran sastra tersebut. Diantaranya pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan manajemen sekolah. Pada hakekatnya tujuan pembelajaran sastra di Indonesia adalah untuk mengembangkan keterampilan berbahasa serta menumbuhkan apresiasi sastra. Tentu dapat dimaklumi mengapa apresiasi sastra menjadi tujuan utama yang harus dicapai dalam pengajaran sastra. Tercapainya tujuan tersebut juga akan berpengaruh besar pada kehidupan sastra, misalnya karya-karya sastra tidak dapat terpencil di masyarakatnya, siswa dapat memetik hikmah dari karya sastra yang berupa nilai-nilai kemanusiaan atau nilai moralnya, yang pada gilirannya dapat mempertinggi derajat budi pekerti (Sayuti, 2003). Sepintas memang pembelajaran sastra kurang bermanfaat bagi anak didik, karena sastra tidak bersifat praktis seperti halnya Ilmu Kedokteran, ekonomi, fisika, matematika dan sebagainya. Namun apabila kita analisis melalui pendekatan kontekstual ternyata pengajaran sastra mampu memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

5 situasi dunia-dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Depdiknas, 2002 : 1). Pendekatan kontekstual ini pun dapat diterapkan dalam pembelajaran apresiasi novel. Dengan begitu siswa sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti, serta menemukan keteladanan lewat teks yang dibacanya. Untuk itu tidak ada salahnya sekolah mencoba menerapkan pendekatan kontekstual, kinerja kontekstual kemungkinan akan mengatasi situasi krisis pembelajaran sastra yang selama ini sering sekedar ceramah dengan teori dan judul-judul karya sastra beserta nama penulisnya dengan kata lain, pendekatan kontekstual akan mengobati luka parah sekitar pembelajaran sastra di sekolah. Mengacu kepada uraian di atas, penulis tertarik untuk menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran satra berupa novel. Novel tersebut diharapkan sesuai dengan minat baca dan kebutuhan siswa serta menemukan keteladanan lewat teks yang

6 dibacanya, novel itu diharapkan dapat melengkapi bahan apresiasi sastra di SMP. Yang menjadi objek penelitian adalah novel remaja Indonesia karya Nh.Dini. Alasan memilih novel Nh.Dini berdasarkan pertimbangan terdapat dalam kurikulum 2004 SMP kurikulum berbasis kompetensi ( KBK), buku paket siswa terbitan Depdiknas, serta sesuai dengan aspek kebahasaan, kematangan jiwa, dan latar belakang kebudayaan para siswa(rahmanto, 1988: 27). Selanjutnya Rahmanto menyebutkan bahwa aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang (1988:27). Kematangan jiwa sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Latar belakang budaya dalam karya satra meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dilingkungannya, seperti: geografi, sejarah, iklim. Cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, nilai-nilai moral, etika dan sebagainya (Nurgiantoro, 1988 : 31). Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi

7 novel. Penulis merasa tertarik dan perlu mengetahui secara pasti tentang keberhasilan siswa dalam meningkatkan apresiasi novel dengan pendekatan kontekstual sebagai landasan dalam pemilihan bahan dan model pembelajaran kajian novel di sekolah menengah pertama. 1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Batasan Masalah Membatasi masalah terhadap persoalan yang akan diteliti penting artinya. Hal ini dapat membantu penulis supaya mudah menentukan arah penelitian dan menempatkan segala sesuatu yang diperlukan untuk merumuskan sesuatu yang diperlukan untuk merumuskan persoalan, baik tenaga, waktu maupun biaya. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yaitu Penggunaan pendekatan kontekstual bagi peningkatan hasil siswa dalam pembelajaran apresiasi novel. Novel dibatasi yaitu Pertemuan Dua Hati, Tirai Menurun, dan Namaku Hiroko karya Nh.Dini Ketiga novel tersebut digunakan untuk tiga siklus pembelajaran. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada masalah sebagai berikut 1. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam pembelajaran apresiasi novel?

8 2. Apakah pendekatan kontekstual efektif digunakan dalam pembelajaran apresiasi novel? 3. Apa respon siswa dan guru terhadap penerapan pendekatan kontekstual? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan umum dari penelitian adalah ingin mengetahui kemampuan siswa dalam mengapresiasi novel melalui pendekatan kontekstual. Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian itu untuk mendeskripsikan : 1. Peningkatan hasil siswa dalam pembelajaran apresiasi novel dengan pendekatan kontekstual. 2. Keefektifan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi novel. 3. Respon siswa dan guru terhadap penerapan pendekatan kontekstual. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berdampak positif terhadap pembelajaran apresiasi sastra khususnya novel.

9 Secara khusus manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1) Dapat memberikan alternatif bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi novel. 2) Pendekatan kontekstual dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran apresiasi novel. 3) Dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran apresiasi novel. 1.5 Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti (Surakhmad, 1980 : 40). Pelaksanaan penelitian ini bertolak dan anggapan dasar sebagai berikut. 1. Pengajaran sastra dalam hal ini novel merupakan bagian dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang harus dilaksanakan atau diajarkan secara sungguh-sungguh. 2. Fungsi utama sastra adalah sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif baik secara lisan maupun tertulis. 3. Pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan hasil siswa dalam menikmati, menghayati dan memahami karya sastra.

10 4. Novel karya Nh. Dini dapat dijadikan model pembelajaran apresiasi sastra di SMP. 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah-istilah sebagai berikut : 1. Penggunaan adalah suatu cara, proses perbuatan menggunakan. 2. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuan komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic assessment). 3. Peningkatan adalah kegiatan atau usaha siswa dalam pembelajaran apresiasi novel lebih baik dari sebelumnya. 4. Hasil adalah perolehan yang dicapai atau dikerjakan dalam penguasaan pengetahuan atau keterampilan. 5. Pembelajaran adalah proses atau cara yang dilakukan dalam mempelajari sesuatu.

11 6. Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap sastra. 7. Novel adalah jenis karangan yang berbentuk prosa fiktif dengan panjang tertentu, menceritakan kehidupan manusia sehari-hari beserta watak dan lingkungan tempat tinggalnya disajikan dengan serangkaian peristiwa yang saling menjalin sampai pada perubahan nasib pelakunya.