BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MELAKUKAN WAWANCARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 2010). Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem serta salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H 1

2 ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013). Pemanfaatan pelayanan kesehatan tiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh perilaku kesehatan menurut Green (1980) ditentukan oleh 3 faktor yaitu: faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, nilai, kepercayaan, tingkah laku dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik seperti tersedianya sarana kesehatan dan obat-obatan; faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam sikap petugas kesehatan, guru, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan dan sikap masyarakat sangat penting untuk mendasari terbentuknya suatu perilaku. Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu untuk terbentuknya suatu tindakan. Pengetahuan juga

3 dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan (Budiharto, 2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013, Puskesmas merupakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu bentuk pelayanan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan di poli gigi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakanbagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, dan penyembuhan terbatas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi oleh dokter gigi, pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi. Pelayanan medis gigi dilakukan berupa tindakan pengobatan dan penyembuhan seperti pencabutan, penambalan dll, sedangkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara komprehensif kepada individu, keluarga, dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup berfokuskan kepada promotif, preventif, dan kuratif dasar (Budiharto, 2010). Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah penyakit gigi dan mulut, namun pada umumnya masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat berkunjung bila sudah mengalami sakit gigi. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang memanfaatkan pelayanan

4 kesehatan di Puskesmas. Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak saja berupa pencabutan gigi dan penambalan gigi tetapi masyarakat harus berkunjung minimal 6 bulan sekali (Depkes, 2012). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sebesar 25,9 %. Provinsi yang mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi yaitu provinsi Sulawesi Selatan 36,2%, dan prevalensi masalah gigi dan mulut terendah provinsi Lampung (15,3%) akan tetapi yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi tertinggi provinsi Aceh (45,9%) dan yang terendah adalah provinsi Sulawesi Tengah (18,0%). Profil Kesehatan Sumatera Utara (2013), Jumlah puskesmas sebanyak 569 unit. Jenis pemanfaatan pelayanan kesehatan yamg dilakukan oleh Puskesmas yaitu pelayanan tambalan/tumpatan gigi tetap dan pelayanan pencabutan gigi tetap. Pelayanan tambalan/tumpatan gigi tetap yang tertinggi di Kabupaten Serdang Bedage yaitu 20.320 orang dengan jumlah Puskesmas 20 unit, sedangkan Kota Medan terletak pada urutan ke 3 tertinggi dari pelayanan tumpatan gigi tetap yaitu 1128 orang dengan jumlah Puskesmas 39 unit. Untuk pelayanan tambalan/tumpatan gigi tetap yang terendah di Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Padang Lawas, Kota Tanjung Balai yaitu 0. Pelayanan pencabutan gigi tetap yang tertinggi di Kota Medan yaitu 19803 orang, sedangkan pelayanan pencabutan gigi tetap yang terendah di Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Nias Barat yaitu 0.

5 Profil Kesehatan Kota Medan, penyakit gigi dan Mulut berada pada urutan ke 10 yaitu 3,1% dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas kota Medan. Jenis pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas yang tertinggi pada tindakan penambalan/tumpatan gigi tetap yaitu Puskesmas Helvetia (242 orang) dan terendah adalah Puskesmas Rantang, Puskesmas Medan Denai, Puskesmas Bromo, Puskesmas Teladan yaitu (0), sedangkan pada Puskesmas Medan Tuntungan tindakan penambalan terletak pada urutan tertinggi ke 11 dari 39 Puskesmas. Untuk tindakan pencabutan gigi tetap yang tertinggi yaitu Puskesmas Desa Balang (1563 orang) dan yang terendah yaitu Puskesmas Simpang Limun (47 orang), sedangkan pada Puskesmas Medan Tuntungan tindakan pencabutan terletak pada urutan ke 29 dari 39 Puskesmas di Kota Medan. Penelitian Nurmala Situmorang (2004) yang di kutip oleh Nani (2007) menunjukkan bahwa dari 360 responden ditemukan hanya 10% yang berobat gigi ke sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan yang lainnya pergi ke sarana pelayanan kesehatan lain.dalam penelitian juga ditemukan 90% yang menderita karies gigi. Hal ini menunjukka bahwa tingginya penyakit gigi dan mulut belum diimbangi dengan pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang telah disediakan Puskesmas. Hasil penelitian Ekariny (2012) menunjukkan kejadian karies atau lubang gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) adalah sebesar 66,43%. Tingginya angka karies gigi ini disebabkan oleh kurang signifikannya dampak pendidikan kesehatan gigi terhadap perubahan perilaku kesehatan murid.

6 Hasil penelitian Nani (2007) yang dilakukan pada 7 informan (orang tua)diketahui bahwa pengetahuan informan tentang pemeliharaan sudah cukup baik dimana informan sudah mengetahui bahwa menyikat gigi dan menghindari makanan manin-manis adalah salah satu cara untuk memelihara kesehatan gigi. Namun tindakan informan masih kurang dalam memberikan perhatian terhadap pemeriksaan gigi ke dokter gigi minimal sekali enam bulan. Profil Puskesmas Medan Tuntungan, jumlah kunjungan pasien yang berobat ke poli gigi tahun 2013 yaitu 1229 orang dan tahun 2014 jumlah kunjungan pasien mengalami penurunan menjadi 1206 orang. Adapun data tindakan pelayanan kesehatan gigi tahun 2014 yaitu: tambalan/tumpatan tetap pada gigi tetap 28 orang, tambalan/tumpatan tetap pada gigi sulung 6 orang, pencabutan gigi tetap 178 orang, pencabutan gigi sulung 152 orang, tambalan/tumpatan sementara (pengobatan pulpa) 354 orang, pengobatan periodontal 197 orang, pengobatan abces 185 orang, scelling 30 orang, rujukan 76 orang. Profil Puskesmas Medan Tuntungan, Puskesmas Medan Tuntungan melaksanakan kegiatan UKGS sekali dalam setahun yaitu pada saat ajaran baru masuk sekolah. UKGS dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar Medan Tuntungan (12 SD/MI). Data yang diperoleh pada tahun 2014 jumlah murid SD/MI 1221 orang dan kejadian karies gigi anak masih cukup tinggi yakni 791 anak mengalami lubang gigi dan penyakit gigi lainnya serta mendapat tindakan perawatan Puskesmas. Menurut Depkes RI 2010 menyebutkan bahwa frekuensi pembinaan UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun, minimal 75% murid SD

7 mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik dasar dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapat perawatan lanjutan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Medan Tuntungan yaitu tenaga kesehatan poli gigi hanya memiliki 2 dokter gigi dan tidak memiliki perawat gigi sehingga dalam pelayanan di poli gigi dan UKGS, dokter gigi merangkap semua kegiatan yaitu mulai dari SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan kesehatan gigi (anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, rencana perawatan) dan melakukan kegiatan yang seharusnya tugas perawat gigi yaitu melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi. Kebanyakan pasien datang ke poli gigi Puskesmas yaitu yang mempunyai keluhan sakit gigi, pasien pencabutan gigi dan penambalan. Pasien yang kontrol kesehatan gigi tiap 6 bulan sekali tidak ada dan tindakan penambalan untuk kondisi lubang gigi yang sangat kotor tidak dapat dilayani karena prasaranan tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat atau menganjurkan untuk pergi berobat ke praktek dokter gigi swasta. Berdasarkan alasan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015 untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat dalam

8 pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan 2015. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui variabel demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan) 2. Untuk mengetahui tingkat kategori akses pelayanan kesehatan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015. 3. Untuk mengetahui tingkat kategori pendorong untuk bertindak dari keluarga. Teman, petugas kesehatan, dan media cetak/elektronik yang dimiliki 4. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan masyarakat terhadap ancaman yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut sehingga memanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan dan tahun 2015. 5. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015 6. Untuk mengetahui tingkat kategori sikap masyarakat terhadap kerentanan dan keseriusan yang dirasakan pada panyakit gigi dan mulut masyarakat sehingga

9 memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015. 7. Untuk mengetahui tingkat kategori tindakan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Puskesmas untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 3. Sebagai pengalaman bagi penulis dalam meneliti masalah kesehatan. 4. Menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.