II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

PENGEMBANGAN LKS DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

I. PENDAHULUAN yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara,

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh. Nanda Risanti Dr. Abdurrahman Adisaputera, M.Hum. Abstrak. Kata kunci: Model Pembelajaran Saintifik, Teks Laporan Hasil Observasi.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar, digunakanlah LKS. LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS tersebut siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi, selain itu juga siswa dapat menemukan arahan yang tersetruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi yang diberikan tersebut.(lestari,2013: 6)

7 Pada proses kegiatan penyelidikan tentu dibutuhkan LKS sebagai panduan siswa untuk pengembangan semua aspek. Hal ini dijelaskan oleh Trianto (2010: 11) yang menyatakan bahwa: LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS berisi lembaran kegiatan yang berfungsi sebagai penuntun bagi siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran. Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002: 656) yang menyatakan bahwa: LKS adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topikyang dibahas dan disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi siswa. LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan demikian mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya. Tujuan dan manfaat menggunakan media belajar LKS adalah: a. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep. b. Mengaktifkan peseta didikdalam proses belajar mengajar. c. Melatih pesertadidik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. d. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran.

8 e. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. f. Membantu pesertadidik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar. g. Membantu pesertadidik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep -konsep melalui aktifitasnya sendiri.disamping itu LKS juga dapat mengembangkan keterampilan proses,meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Lembar kerja siswa mempunyai fungsi antara lain: a. Untuk tujuan latihan Siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerjaseperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan. b. Untuk menerangkan penerapan (aplikasi) Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.

c. Untuk kegiatan penelitian 9 Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistik d. Untuk penemuan Dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnyadapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana. e. Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka Penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikut sertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu. Berdasarkan definisi di atas, LKS adalah selembar kertas untuk: (1) menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain; (2) mencatat data hasil pengamatan; dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. LKS berfungsi dalam mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat. Selain itu, LKS merupakan suatu media penunjang dalam proses pembelajaran yang terdapat pemahaman pelaran yang didapat oleh siswa, serta sebagai evaluasi belajar siswa. Langkah-langkah dalam penyusunan LKS terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Melakukanan alisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu. b. Menganalisis silabus dan memilih alternative kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator. c. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar (pembukaan, inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan penutup). d. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP. Rahmawati (2006: 25)

Dalam penyusunan LKS, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar LKS 10 dikatakan baik menurut Rohaeti dan Padmaningrum (2008: 21) syarat LKS antara lain: (1) syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan. komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa; (2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS; dan (3) syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS. Terdapat beberapa petunjuk yang harus diperhatikan untuk membuat atau menentukan sebuah LKS yang baik. Jones dalam Andayani (2005: 9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah: a. Bahasanya komunikatif LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang menarik, tidak membingungkan siswa dan mudah dimengerti. b. Format dan gambar harus jelas Format yang dipakai meliputi tampilan, penggunaan animasi dan gambar background yang sesuai dengan materi. c. Mempunyai tujuan yang jelas Dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS. d. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi. Dalam LKS ini siswa dilatih mencari dan menemukan jawaban. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa LKS yang baik harus: a. Bersifat universal artinya dapat digunakan dengan siswa yang lamban maupun pandai. b. Memiliki tujuan yang jelas

c. Menarik agar siswa termotivasi untuk mengerjakannya 11 d. Lebih menekankan pada proses penemuan konsep e. Bahasa yang digunakan harus komunikati sehingga siswa mudah dalam memahami isi LKS. B. Pendekatan Ilmiah ( Scientific Approach ) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pengertian pendekatan ilmiah dikemukakan oleh Rahmat (2013) yang menyatakan bahwa pendekatan ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu, karena itu menurut banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif ), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif ) siswa. Penerapan Pendekatan Ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

12 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif,atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik system penyajiannya. (Kemdikbud, 2013:2-3) Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah adalah suatu cara untuk mendalami suatu masalah dalam bidang keilmuan yang dapat mengembangkan sikap (afektif), keterampilan (psikomotor) dan pengetahuan (kognitif). Pendekatan ilmiah (scientific approach) menurut Kemendikbud (2013:20-28) dalam pembelajaranmemiliki beberapa tahap meliputi: (1) Mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) melakukan eksperimen, (5) mengkomunikasikan. 1. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi

pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran 13 memiliki kebermaknaan yang tinggi. Konsep pembelajaran bermakna dapat dirancang sebelumnya oleh guru. 2. Menanya Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.fungsi dari menanya adalah membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan pendekatan ilmiah dapat mengasah kemampuan siswa tidak

14 hanya dalam berpikir tetapi juga menuangkan pemikirannya dalam kata-kata dengan bahasa yang baik dan benar. 3. Menalar Bagian ketiga dari pendekatan ilmiah adalah menalar, menalar atau penalaran merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar dalam Kurikulum 2013 merupakan padanan dari associating bukan terjemahan reasoning. 4. Melakukan Eksperimen Bagian selanjutnya adalah melakukan eksperimen ini tentu saja harus diiringi dengan penggunaan metode ilmiah dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta sikap ilmiah. 5. Mengkomunikasikan Sedangkan yang terakhir adalah mengkomunikasikan, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen. Jadi, tahap-tahap dalam pendekatan ilmiah atau scientific approach meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba/melakukan eksperimen dan mengkomunikasikan. C. Keterampilan Berpikir Kreatif Munandar (2009) mengatakan bahwa berpikir kreatif juga disebut berpikir divergen ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan

informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan 15 kesesuain. Coleman dan Hammen dalam Sukmadinata (2004: 177) dijelaskan bahwa: Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Siswa dapat dikatakan berpikir kreatif jika memenuhi indikator-indikator dan ciriciri berpikir kreatif. Menurut Sund dalam Slameto (2010: 147) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru c) Panjang akal d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti e) Cenderung lebih menyukai tugas yang sulit f) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan g) Memiliki dedikasi bergairah secara aktif dalam melaksanakan tugas h) Berpikir fleksibel i) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak j) Kemampuan membuat analisis dan sintesis k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti l) Memiliki daya abtraksi yang cukup baik m) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

16 Ciri-ciri kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memilki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kreatif memiliki ciri-ciri yang dijelaskan oleh Willian dalam Parwati (2005: 12). Ciri-ciri berpikir kreatif adalah: 1) Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk membangkitkan sebuah ide sehingga terjadi peningkatan solusi atau hasil karya, 2) Fleksibelitas (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu produk, persepsi, atau ide yang bervariasi terhadap masalah, 3) Elaborasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau menumbuhkan suatu ide atau hasil karya, 4) Orisinalitas (originality) yaitu kemampuan menciptakan ide-ide, hasil karya yang berbeda atau betul-betul baru, 5) Kompleksitas (complexity) yaitu kemampuan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil karya yang sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi, 6) Kebaranian mengambil resiko (risk-taking) yaitu kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko, 7) Imajinasi (imagination) yaitu kemampuan untuk berimajinasi, menghayal, menciptakan barang-barang baru melalui percobaan yang dapat menghasilkan produk sederhana, dan 8) Rasa ingin tahu (curiosity) yaitu kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui tentang sesuatu lebih jauh. Sedangkan menurut Guilford dalam Munandar (2009) menjelaskan ada lima indikator keterampilan berpikir kreatif yaitu: 1. Kepekaan (problem sensivity)adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan. Situasi atau masalah 2. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan

17 3. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 4. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang. 5. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata. Agar kreativitas anak dapat terwujud dibutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik). Bagaimana meningkatkan kreativitas yang masih terpendam dalam diri siswa. Wankat dan Oreovoc dalam Wena (2009: 138-139), bahwa untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan: a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative), b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach student some creativity methods), dan c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa (accept the result of creative exercises). Dalam usaha mendorong agar siswa menjadi kreatif (tell student to be creative) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Mengembangkan beberapa pemecahan masalah yang kreatif untuk suatu masalah, b. Memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah, dan membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu masalah. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa perlu dilakukan beberapa hal antara lain: (1) mendorong siswa menjadi kreatif dalam pemecahan masalah, (2) mengajari siswa dengan beberapa metode untuk kreatif dalam pemecahan masalah, dan (3)

menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Dengan demikian kreativitas 18 siswa dapat ditumbuhkembangkan dalam berbagai cara dalam pemecahan masalah, dan peranan guru hanya memberikan dorongan, motivasi dan memfasilitasi siswa dalam usaha peningkatan kemampuan berpikir kreatif khususnya dalam pembelajaran eksakta. Siswa juga dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya, kemandirian dalam belajar, berimajinasi, berani mengambil resiko dalam menghadapi berbagai tantangan, serta bekerja keras dalam mengatasi berbagai permasalah yang dihadapinya.