BAB I PENDAHULUAN. dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa. harta benda dari si pewaris kepada ahli waris.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

GUGATAN WARISAN DAN PEMBAGIANNYA DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA. (Studi Putusan No. 85/pdt.G/1996/PA.Ska)

بسم االله الرحمن الرحیم

A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

Aplikasi Perhitungan Mawaris Untuk Kasus Standar Dan Kasus Al-Gharawain Berbasis Desktop Menggunakan C++ Qt

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. hokum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. yang lengkap dan sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan untuk

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam telah menerangkan dan mengatur hal-hal ketentuan yang

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sehari -hari. Masalah ini sering muncul karena adanya salah satu pihak yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB I PENDAHULUAN. perebutan harta warisan. Islam sebagai agama rahmatan li al- a>lami>n sudah

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembagian harta warisan dengan aturan yang sangat adil sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi.

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa kelahiran akan menimbulkan akibat-akibat hukum, seperti timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tak bisa dipungkiri, masalah kewarisan merupakan salah satu masalah penting dalam kehidupan manusia. Kewarisan bisa timbul karena adanya tiga hal. Pertama adanya orang yang meninggal dunia, yang disebut dengan pewaris, Kedua, adanya harta peninggalan, yang merupakan harta kekayaan si pewaris. Dan yang ketiga, adanya orang yang menerima harta warisan, yang disebut dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa harta benda dari si pewaris kepada ahli waris. Di Indonesia, negeri yang mayoritas penduduknya muslim, ada beberapa sistem kewarisan yang berlaku. Yang tertua adalah sistem kewarisan menurut hukum adat. Hukum waris adat selalu hidup, karena menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat, serta bersifat dinamis dan akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan masyarakatnya. 1 Sistem kewarisan menurut hukum adat ini bisa berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, yaitu mempunyai corak dan sifat-sifat tersendiri yang khas Indonesia, berbeda jauh dengan hukum Islam maupun hukum barat. 2 Ada sistem kewarisan yang Individual, ada sistem kewarisan yang 1 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, h. 34. 2 Sebab perbedaaanya terletak pada latar belakang alam fikiran bangsa Indonesia yang berfalsafah pancasila dengan masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Latar belakang itu pada 1

2 kolektif, dan sistem kewarisan mayorat. 3 Juga dalam hukum waris adat akan ditemukan bentuk masyarakat adat yang patrilineal, berakibat hanya keturunan laki-laki saja yang berhak tampil sebagai ahli waris, sedangkan dalam bentuk matrilineal hanya wanitalah yang berhak tampil, walaupun ada variasi dari kedua sistem tersebut, dan bilateral atau parental, yakni pada prinsipnya baik laki-laki maupun wanita dapat tampil sebagai ahli waris dari harta peninggalan ibu bapaknya. 4 Dan kewarisan Islam berbeda jauh dengan hukum adat yang tidak mengenal azaz "ligitieme portie" atau bagian mutlak yang menuntut harta waris dibagi kepada ahlinya. Salah satu syariat yang diatur dalam ajaran Islam adalah pemindahan harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerima bagian harta dari pewarisnya. 5 Tata cara pembagian harta warisan dalam Islam telah diatur dengan sebaik-baiknya. Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. 6 dasarnya adalah kehidupan bersama yang bersifat tolong-menolong guna mewujudkan kerukunan, keselarasan, dan kedamaian hidup. Hilman Hadi Kusuma, Hukum Waris Adat, h. 9. 3 Sistem kewarisan Individual yaitu sistem kewarisan yang menentukann para ahli waris mewarisi secara perorangan. Kolektif, yaitu sistem yang menentukan para ahli waris mewaris harta peninggalan secara bersama-sama, sebab harta peninggalan yang diwarisi itu tidak dapat dibagi-bagi pemilikannya kepada masing-masing ahli waris. Mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa harta peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak, yang mana terdapat mayorat laki-laki dan mayorat perempuan, yaitu apabila keturunan laki-laki atau perempuan yang tertua atau sulung merupakan ahli waris tunggal dari pewaris. Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, h. 42-43 4 Ibid., h. 41-42. 5 Hilman Hadi Kusuma, Hukum Waris Adat, h. 10. 6 M. Ali al-shabuni, Al-Mawarits Fi al-syari at Al-Islamiyah ala Dhau' al-kitab Wa al- Sunnah, alih bahasa A. M. Basalamah, h. 32.

3 Pembagian masing-masing ahli waris baik itu laki-laki maupun perempuan telah ada ketentuannya dalam al-qur'an. Firman Allah swt: 7 "Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibubapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan." 7 Dalam syariat Islam telah ditetapkan bahwa bagian ahli waris laki-laki lebih banyak dari pada bagian perempuan, yakni ahli waris laki-laki dua kali bagian ahli waris perempuan. Firman Allah swt: "Allah mensyari atkan bagi mu tentang (pembagian pusaka untuk) anak - anakmu, yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan dua orang anak perempuan " 8 7 Departemen Agama (DEPAG), Al-Quran dan Terjemahnya, h. 116. 8 Ibid., h. 101-102.

4 Allah swt menjanjikan surga bagi orang-orang yang beriman yang mentaati ketentuan-nya dalam pembagian harta warisan dan ancaman siksa bagi mereka yang mengingkari-nya. Firman Allah swt: 14 13 "(Hukum-hukum) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah, barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya, sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang menudurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-nya niscaya Allah memasukannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." 9 Ayat di atas dengan jelas menunjukkan perintah dari Allah swt, agar umat Islam dalam melaksanakan pembagian harta waris berdasarkan hukum yang ada dalam al-qur'an. Rasulullah saw mempertegas lagi dengan sabdanya: 9 Ibid., h. 103.

5 Dari Ibnu Abbas berkata: bersabda Rasulallah saw. Bagilah harta warisan di antara ahli waris sesuai dengan ketentuan kitaballah. (HR. Muslim). 10 Bagi umat Islam melaksanakan ketentuan yang berkenaan dengan hukum kewarisan merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan, karena itu merupakan bentuk manifestasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Agama Islam sebagai agama samawi yang bersumber dari Allah swt, mengandung ajaran yang sangat luas dengan 3 (tiga) kom ponen utama yaitu aqidah, syariah dan akhlaq. Ketiga komponen itu berkaitan sangat erat dan merupakan suatu totalitas yang bertumpu pada Tauhid sebagai fondasi dalam struktur agama Islam. Ketiga komponen tersebut mencakup dua macam hubungan interrelasi yaitu hablun minallah (hubungan antara manusia dengan Allah swt) dan hablun minannas (hubungan manusia dengan sesama manusia). Kedua macam hubungan itu diwujudkan dalam bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah swt, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu semata-mata untuk mengabdi kepada Allah swt. Agama Islam tidak hanya mengatur aspek-aspek ubudiyah murni ( ibadah), tetapi juga mengatur aspekaspek kemasyarakatan (muamala h). Salah satu aspek kemasyarakatan yang sangat penting adalah pengaturan tentang kewarisan (al-fara>id). 11 10 Imam Ibi> Husain Muslim bin Hajja>j ibnu Muslim al-qusyairi an-nisaburi, Sahih Muslim,Juz V, h. 60. 11 Asas yang paling utama dalam kewarisan Islam adalah ketauhidan atau prinsip ketuhanan yang didasarkan pada keimanan yang kuat kepada Allah swt. dan Rasul saw, artinya beriman pada ajaran-nya yang termuat dalam al-qur'an dan as-sunnah, dengan melaksanakan

6 Al-Qur an telah menggariskan secara rinci seperangkat ayat-ayat hukum kewarisan antara lain surat al-nisa ayat 11, 12 dan 176. Dalam ayat-ayat tersebut telah ditentukan porsi atau bagian secara pasti (muqaddar) bagi masingmasing ahli waris sebagai z awil furud{ yang dinyatakan dengan angka-angka pecahan yaitu 1/8, 1/6, 1/4, 1/3, 1/2, dan 2/3. Disamping itu ada bagian besaran yang tidak pasti yang disebut dengan al- As}abah. As}abah adalah besaran sisa bagian setelah diambil besaran bagian yang pasti oleh z awil furud{ sesuai dengan ketentuan masing-masing. 12 Hubungan darah ( nasab) dan hubungan perkawinan merupakan dua faktor yang dominan menempatkan seseorang sebagai ahli waris. 13 Sebagai ajaran, Hukum Kewarisan Islam ( al-fara>id) menuntut umat Islam untuk menjadikannya pedoman dalam pembagian kewarisan. Bila di kalangan umat Islam terjadi kematian dan yang mati itu meninggalkan harta, maka dalam hal kemana dan bagaimana caranya peralihan harta orang yang mati itu, umat Islam wajib merujuk kepada ajaran agama yang sudah digariskan dalam nas} al-qur an dan al-sunnah, sebagaimana yang berlaku dalam bidang yang lain seperti salat, puasa dan sebagainya. Ketaatan umat Islam pada ajaran ini (al-fara>id}) merupakan tolok ukur dari kadar keimanannya. Bila ia berbuat sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam tentang hukum waris Islam merupakan wujud ketaatan yang mutlak kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, h. 19-20. 12 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 40. 13 Otje Salman, Kesadaran Hukum, h. 69.

7 kewarisan itu, maka ia akan mendapat pujian dari Allah swt, dan akan mendapat pahala yang besar, namun sebaliknya, jika ia menyimpang dari ketetapan Allah swt dalam soal kewarisan ini, maka Allah mencelanya dan mengancam akan memasukkan dalam neraka sebagaimana dijelaskan dalam surat al-nisa' ayat 14 di atas. Pembagian harta warisan dapat juga dilakukan dengan cara bagi rata, artinya masing-masing ahli waris mendapat bagian yang sama dari harta warisan tanpa memandang apakah ahli warisnya itu laki-laki atau perempuan dengan jalan berdamai berdasarkan kesepakatan bersama antara ahli waris sebagaimana disebutkan pada ketentuan Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan setelah masing-masing menyadari bagiannya. 14 Pasal 176 Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separuh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak lakilaki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan. 15 Pasal 179, Duda mendapat separuh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat seperempat bagian. Pasal 180 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI), (DEPAG RI, 2001), h. 86. KHI merupakan kodifiasi hukum sebagai perwujudan pelaksanaan hukum islam tentang perkawinan, kewarisan, dan perwakafan yang di instruksikan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991. 15 Ibid., h. 84.

8 Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak maka janda mendapat seperdelapan bagian. 16 Pengetahuan dan pemahaman mayoritas masyarakat muslim di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya kurang memperhatikan pentingnya hukum kewarisan Islam sebagai bagian dari ajaran agama Islam. Pembagian harta waris masyarakat Kejawan Lor masih mempertahankan tradisi, diantaranya adalah: menggunakan pembagian harta warisan dengan cara bagi rata antara ahli waris berdasarkan perdamaian (musyawarah) yang diserahkan dan dibagi rata oleh tokoh adatnya, mewariskan seluruh harta pewaris kepada ahli waris keturunan perempuan tertua saja yang kadang mewasiatkan seluruh harta agar diberikan kepada ahli waris keturunan perempuan yang tertua. Mereka beranggapan keturunan perempuan lebih lemah dalam mendapatkan kebutuhan hidupnya, berbeda dengan laki-laki yang lebih punya kemampuan mencari nafkah sendiri. Tetapi dengan cara tersebut malah lebih sering menimbulkan masalah dibanding dengan yang dilakukan sebagaimana dengan ketentuan hukum al-fara>id. Permasalahan yang muncul berakibat bagi keturunan (keluarga) yang seharusnya berhak mendapat bagian tidak mendapatkannya, sehingga yang awalnya sepakat ternyata akhirnya mengingkari akan pembagian harta warisan tersebut, maka timbullah rasa kecemburuan di antara ahli waris dan rengganglah hubungan kekeluargaan yang mereka miliki. 16 Ibid., h. 85.

9 Melihat adanya praktik yang demikian pada sebagian Masyarakat muslim Kejawan Lor yang ada di Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya dalam pembagian harta waris, penulis tertarik melakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui latar belakang, sejarah dan sistem kewarisan tersebut. B. Rumusan Masalah Untuk memudahkan serta terarahnya penelitian ini, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana kebiasaan pembagian waris di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya? 2. Mengapa anak perempuan sulung selalu mendapatkan bagian lebih besar? 3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kebiasaan memberikan bagian waris lebih besar kepada anak perempuan sulung tersebut? C. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap penelitian terdahulu yang penulis lakukan, berkaitan dengan masalah waris, ditemukan penelitian sebelumnya yang membahas masalah waris, namun demikian aspek dan lokasi yang dibahas berbeda dengan persoalan yang penulis angkat dalam penelitian ini. Penelitian tersebut adalah: 1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pembagian Harta Waris Di Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo oleh Achmad Mansyur,

10 skripsi fakultas Syari'ah tahun 2008. Permasalahannya yaitu: pembagian waris di sebagian keluarga masyarakat Desa Sedati Agung dilakukan dengan menyamakan bagian anak laki-laki dan perempuan. Harta di bagi ketika pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal. Pelaksanannya di lakukan dengan musyawarah antara ahli waris tanpa meminta fatwa waris ke Pengadilan Agama. 2. Kasus yang ke dua adalah tinjauan hukum Islam terhadap pembagian harta waris didesa tambak rejo kecamatan waru kabupaten Sidoarjo oleh Aminatus Sholihah skripsi fakultas Syariah tahun 2001, permasalahanya yaitu anak dapat menerima seluruh harta waris jika seorang diri dan mendapat sama rata jika bersama anak yang lain. Demikian juga memperoleh bagian sama rata, jika anak bersama saudara laki laki atau perempuan. Istri dan suami dapat harta dari harta bersama jika salah satunya meninggal tanpa meninggalkan seorang anak. 3. Kasus yang ke tiga adalah tinjauan hukum Islam terhadap tradisi pembagian harta waris di Desa Kerkep Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri oleh Anil Kusnaini Syariah 2005 permasalahanya yaitu anak adopsi mempunyai hak yang sama dalam hak mewaris. Dari tiga penelitian di atas, aspek yang dibahas tampak berbeda, demikian pula lokasinya. Pada kasus yang pertama membahas aspek penyamaan bagian waris anak laki-laki dan perempuan yang di bagi ketika pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal, kasus ke dua membahas dari aspek penerimaan seluruh harta waris seorang anak jika seorang diri dan mendapat sama rata jika bersama anak atau saudara, dan kasus keiga membahas aspek kesamaan hak anak adopsi dalam

11 pembagian harta waris. Sedangkan penulis membahas dari aspek pembagian seluruh harta waris kepada seorang anak sulung perempuan. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis bertujuan untuk: 1. Mengetahui praktik pembagian harta waris masyarakat Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. 2. Mengetahui alasan Masyarakat Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya terhadap bagian waris anak perempuan sulung yang selalu mendapatkan bagian lebih besar. 3. Mengetahui ketentuan Hukum Islam tentang praktik pembagian harta warisan Masyarakat Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. E Kegunaan Hasil penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan informasi tentang praktik pembagian harta warisan Masyarakat Muslim Desa Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. 2. Aspek Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pedoman bagi masyarakat Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya, khususnya tokoh agama dan penegak hukum dalam rangka

12 memperjelas dan menyempurnakan aturan tentang ketentuan pembagian harta waris menurut hukum Islam. 3. Aspek Akademis, penelitian ini adalah sebagai tugas akhir dan kelengkapan syarat untuk memenuhi gelar strata satu F. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian terhadap judul ini, maka diberi batasan operasional sebagai berikut: 1. Hukum Islam adalah Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan al-qur an dan as-sunnah atau disebut juga hukum Syara. 17 2. Yang dimaksud kebiasaan pembagian harta waris adalah cara-cara yang biasa digunakan atau sebagai pedoman masyarakat dalam pembagian harta warisan 3. Yang dimaksud pembagian harta waris adalah pelaksanaan membagi-bagikan harta warisan kepada masing-masing ahli waris yang berhak menerimanya. 4. Yang dimaksud Kejawan Lor adalah nama salah satu desa yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang masih berpegang teguh pada hukum adatnya dalam pembagian harta warisan yang ada di Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. 17 M. Dahlan Y Al-Barry dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelelektual, h. 333.

13 Yang dimaksud dengan judul tersebut adalah kebiasaan masyarakat yang membagi harta waris di kejawan lor dalam tinjauan hukum Islam. G. Metode Penelitian 1. Data Yang Dikumpulkan Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang praktek kebiasaan pembagian waris di Desa Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya 2. Sumber Data a. Sumber Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara kepada masyarakat dan para tokoh masyarakat, terutama tokoh adat masyarakat Kejawan Lor. b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua buku, dokumen, tulisan yang ada kaitannya dengan bahasan penelitian ini. 18 3. Teknik Pengumpulan Data Karena penelitian skripsi ini berupa studi lapangan, maka teknik pengumpulan data sepenuhnya menggunakan cara penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Data yang diperoleh dari sumber-sumber data di atas adalah dengan cara Interview (wawanc ara), 18 Ibid.,.

14 yaitu dengan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian, yaitu dengan tokoh-tokoh setempat dan masyarakat. 4. Teknis Analisis Data Teknik pembahasan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan pola pikir deduktif dengan teknik analisis deskriptif, sebagai berikut: a. Deduktif adalah penalaran yang berpangkal dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu pengetahuan baru yang bersifat khusus dan terkadang dijumpai konflik norma hukum dengan hukum yang lainnya. 19 Yakni dengan mengetahui aturan hukum waris yang umum diterapkan oleh masyarakat muslim, kemudian melakukan identifikasi kebiasaan pembagian waris dalam masyarakat muslim di Kejawan Lor untuk melahirkan suatu pemahaman baru menurut kekhususan dan kekonkretannya. b. Analisis deskriptif adalah menganalisa secara kritis terhadap data yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, dan pokok perhatiannya pada pengukuran dari satu atau lebih variabel atau sampel dalam suatu kelompok penduduk tertentu. 20 Yakni memaparkan data tentang kebiasaan masyarakat Kejawan Lor yang membagi masalah waris 19 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, h. 4., juga lihat h. 18. 20 Ibid, h. 25-26.

15 dengan hukum adat, kemudian menganalisis isi dari data yang telah disusun agar lebih jelas dan sistematis. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, sebagai berikut: Bab I merupakan langkah-langkah penelitian yang berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan. Bab II merupakan landasan teori yang akan dijadikan landasan analisis terhadap masalah pembagian waris di daerah penelitian yang berisi: pengertian Kewarisan Islam, dasar hukum kewarisan Islam, asas-asas Hukum Kewarisan Islam, rukun dan syarat kewarisan, sebab-sebab kewarisan, pembagian warisan menurut Hukum Islam. Bab III menyajikan data dari hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai praktek kebiasaan pembagian waris di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. Bab IV merupakan analisa data tentang landasan hukum waris Islam terhadap praktek pembagian waris di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan Bulak Surabaya. Bab V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran-saran.