VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

dokumen-dokumen yang mirip
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

Pengertian Produk Domestik Bruto

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. pertemuan kedua (matrikulasi) 1

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SEKTOR PADA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA ANGKUTAN DI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

SURAT PERNYATAAN. Bogor, Juli Adi Hadianto NRP A

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 2, September 2017

DAMPAK SEKTOR PERTAMBANGAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN LUWU TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

V. PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA PADA PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

ANALISIS STRUKTUR DAN PERILAKU EKONOMI UNTUK MENENTUKAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI PROPINSI JAWA TIMUR ABSTRACT

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peran yang penting sebagai motor penggerak

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2013

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

Transkripsi:

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN 7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan output, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja, namun hal lain yang juga penting adalah apakah sektor tersebut memiliki daya dukung yang kuat terhadap pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilirnya (forward and backward linkage). Menurut Millier dan Blair (1989), forward and backward linkage digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian (sebuah negara). Bacward linkage suatu sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit final demand pada sektor tersebut terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian. Forward linkage menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit final demand suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian. Sektor yang memiliki indeks bacward dan forward linkage yang kuat jika bernilai lebih dari satu ( > 1). Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini akan dibahas secara khusus seberapa kuat keterkaitan sektor-sektor berbasis kehutanan dengan sektor perekonomian lainnya. Artinya apakah sektor-sektor berbasis kehutanan tersebut mampu menjadi sektor kunci (key sector) dalam mendorong perekonomian nasional. Analisis ini sangat penting untuk mengetahui peranan sektor-sektor

104 berbasis kehutanan yang sedang mengalami fase dekonstruktif selama hampir satu dekade terakhir, dimana kontribusi output sektor berbasis kehutanan terus mengalami penurunan terhadap output nasional, baik untuk sektor hulu (sektor kehutanan) maupun sektor hilirnya (sektor industri kayu). Tabel 22. Indeks Forward dan Backward Linkages Sektor Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 2008 Sektor Backward Forward Linkages Linkages Industri Pulp 1.35 1.58 Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan 1.14 0.66 Industri Kayu Lapis 1.02 1.00 Industri Kayu Gergajian 0.87 1.15 Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) 0.73 1.16 Sumber : Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008 (diolah) Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor berbasis kehutanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kuat dengan sektor perekonomian lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 22. Adanya keterkaitan yang kuat ke depan maupun ke belakang pada sektor industri pulp dan kayu lapis, menunjukkan peran strategis sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan sektor hulu hilirnya. Dilihat dari keterkaitan ke depan, terlihat bahwa semua sektor berbasis kehutanan kecuali sektor industri mebel dan kerajinan kayu-rotan, memiliki indeks forward linkages lebih besar dari satu (>1) atau memiliki keterkaitan kuat dengan sektor hilirnya. Kuatnya keterkaitan ke depan ini disebabkan output sektor tersebut merupakan row material untuk sektor lainnya maupun sektor berbasis kehutanan sendiri. Dengan kata lain, produk sektor berbasis kehutanan lebih bersifat intermediate input yang akan digunakan untuk proses produksi lebih lanjut.

105 Sementara itu dilihat dari keterkaitan ke belakang, terlihat bahwa sektor industri pulp, industri mebel dan kerajinan kayu-rotan serta sektor industri kayu lapis memiliki indeks backward linkages lebih besar dari satu (>1) atau memiliki keterkaitan kuat dengan sektor hulunya. Kuatnya keterkaitan ke belakang ini disebabkan sektor-sektor tersebut merupakan sektor berbasis sumberdaya alam dimana input produksinya sulit disubstitusikan dengan input lain. 7.2. Komposisi Penggunaan Input Output Sektor Berbasis Kehutanan Besarnya keterkaitan suatu sektor perekonomian baik ke depan maupun ke belakang dapat dilihat dari struktur penggunaan input output sektor yang bersangkutan oleh sektor lain. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana keterkaitan ke depan maupun ke belakang sektor-sektor berbasis kehutanan berdasarkan struktur penggunaan input-output. Pada Gambar 19 terlihat bahwa sektor kehutanan memiliki keterkaitan kuat ke depan terutama dengan sektor bangunan dan sektor-sektor pada industri kehutanan. Keterkaitan ke depan dengan sektor bangunan karena output sektor kehutanan seperti kayu banyak digunakan sebagai bahan material utama dalam sektor bangunan. Sementara itu, adanya keterkaitan ke depan yang kuat sektor kehutanan dengan sektor industri kehutanan disebabkan karena komoditas kayu merupakan bahan baku utama untuk menghasilkan output pada sektor industri kehutanan. Sementara itu, sektor kehutanan memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat terutama dengan sektor industri mesin dan alat angkutan, perkebunan, migas, angkutan dan bangunan. Penggunaan input yang berasal dari industri mesin dan alat angkutan digunakan sebagai alat atau mesin pemotong kayu, input dari

106 industri migas digunakan sebagai bahan bakar mesin dan alat pemotong, input dari sektor angkutan sebagai jasa transportasi untuk mengangkut kayu hasil tebangan, dan input dari sektor bangunan dalam bentuk sarana prasarana seperti pembangunan jalan, instalasi listrik, dan sebagainya. Bangunan 43.7 Industri Mebel dan Kerajinan Kayu- 18.2 Industri Kayu lapis Industri Kayu gergajian Industri Pulp 2.4 13.7 13.7 Forward Linkage Industri Alat Angk, Mesin,Peralatan 18.2 Perkebunan 17.1 Industri Migas Angkutan Bangunan 12.0 9.0 8.9 Backward Linkage 0 10 20 30 40 50 Komposisi Penggunaan Input-Output (%) Sumber : Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008 (diolah) Gambar 19. Backward dan Forward Linkages Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input Output Tahun 2008 Sementara itu pada Gambar 20 terlihat bahwa untuk sektor industri kehutanan, dalam hal ini industri kayu gergajian, kayu lapis, industri mebel dan kerajinan kayu-rotan dan industri pulp memiliki keterkaitan ke depan yang kuat terutama dengan sektor bangunan dan sektor industri kehutanan sendiri. Keterkaitan ke depan dengan sektor bangunan karena sebagian besar output sektor industri kehutanan seperti kayu lapis, kayu gergajian dan barang kerajinan dari kayu banyak digunakan sebagai bahan baku bangunan, khususnya untuk bangunan tempat tinggal, gedung dan lainnya. Sementara keterkaitan

107 dengan sektor industri kehutanan sendiri terutama antara industri kayu gergajian dan industri kayu lapis sebagai sektor hulu dengan industri mebel dan kerajinan kayu sebagai sektor hilirnya. Output kayu lapis dan kayu gergajian adalah bahan baku utama pembuatan mebel dan kerajinan dari kayu. Lebih lanjut keterkaitan ke depan industri kehutanan dengan industri barang dari kertas, disebabkan oleh penggunaan pulp sebagai bahan baku utama industri barang dari kertas. Keterkaitan industri kehutanan dengan sektor perdagangan dan industri logam berkaitan dengan jasa pemasaran dan penggunaan output industri kehutanan untuk proses produksi dalam industri logam. Sedangkan dilihat dari sisi keterkaitan ke belakang, sektor-sektor industri kehutanan memiliki keterkaitan yang kuat terutama dengan sektor kehutanan dan industri kehutanan sendiri. Keterkaitan dengan sektor kehutanan karena bahan baku utama pembuatan kayu gergajian, kayu lapis, mebel dari kayu dan pulp adalah kayu bulat yang berasal dari sektor kehutanan. Sementara keterkaitan dengan sektor industri kehutanan sendiri terutama antara industri kayu gergajian dan industri kayu lapis dengan industri mebel dari kayu. Bahan baku pembuatan mebel dan kerajinan dari kayu sebagian besar merupakan kayu gergajian dan kayu lapis. Sedangkan input yang berasal dari sektor perdagangan dan angkutan digunakan dalam bentuk jasa pemasaran dan pengangkutan bahan baku ke lokasi industri atau pabrik pengolahan kayu olahan. Kemudian penggunaan input yang berasal dari industri kimia digunakan sebagai bahan baku pembuatan kayu lapis, pulp, kayu gergajian serta mebel dan kerajinan dari kayu. Hasil selengkapnya

108 bagaimana keterkaitan ke belakang yang kuat sektor-sektor industri kehutanan dapat dilihat pada Gambar 20. Bangunan Industri Kehutanan Industri barang dari kertas, karton Perdagangan Industri Logam Dasar, Besi & Baja 3.4 2.5 11.4 31.8 Forward Linkage 47.7 Industri Kehutanan Kehutanan Perdagangan Angkutan Industri Kimia, Pupuk & Barang dari 11.5 9.2 8.4 32.1 18.5 Backward Linkage 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 Komposisi Penggunaan Input-Output (%) Sumber : Tabel Input Output Indonesia Tahun 2008 (diolah) Gambar 20. Backward dan Forward Linkages Sektor Industri Kehutanan Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input Output Tahun 2008