I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan suatu sisi kehidupan yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membuka islamic division di bank tersebut. Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian dunia terutama disektor moneter dan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB l PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimppun dana dari masyarakat dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free-banking. dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. secara praktik operasionalnya. Dalam beberapa penelitian dan kajian, ekonomi islam

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terbuka, oleh sebab itu Indonesia tak luput dari dinamika pasar keuangan global.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum) Islam. Menurut Schaik (2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Pada saat krisis moneter 1998 dan krisis keuangan global 2008 telah menyebabkan kebangkrutan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Berbanding terbalik dengan bank syariah yang justru mampu bertahan dari krisis tersebut dan menunjukan kinerja yang meningkat. Hal inilah yang mendorong mulai dilirik sistem ekonomi syariah sebagai salah satu alternatif bagi sistem ekonomi Indonesia. Apabila ekonomi syariah diterapkan secara maksimal didukung oleh instrumen keuangan dan produkproduk hukum yang menaunginya, maka diharapkan ekonomi syariah akan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang kuat secara ekonomi dan berbasis kerakyatan. Untuk itu sangat dibutuhkan peran serta seluruh elemen masyarakat mulai dari pemerintah maupun masyarakat sebagai pelaku dan user. 1

Berdasarkan hasil kajian Tim BEINEWS (2004) menunjukkan bahwa ada lima faktor yang memicu perkembangan perbankan syariah di Indonesia, sekaligus menjadi pembeda antara perbankan syariah dan perbankan konvensional, yaitu: (1) market yang dianggap luas ternyata belum digarap secara maksimal dimana bank syariah tidak hanya dikhususkan untuk orang muslim karena di sejumlah bank terdapat nasabah nonmuslim, (2) sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem bunga yang dianut bank konvensional (review pada waktu krisis ekonomi-moneter), (3) return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana bank syariah lebih besar daripada bunga deposito bank konvesional, (4) bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi bekerja sama atas dasar kemitraan, seperti prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah), serta prinsip sewa (ijarah), (5) prinsip laba bagi bank syariah bukan satu-satunya tujuan karena bank syariah mengupayakan bagaimana memanfaatkan sumber dana yang ada untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Dukungan pemerintah dalam perkembangan perbankan syariah ditandai dengan adanya UU No 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Nasional dan UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, adanya Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Perbankan Syariah, dan juga adanya Forum Komunikasi Ekonomi Syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah dan penyelenggaraan berbagai festival ekonomi syariah yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia. Dengan adanya dukungan pemerintah, maka diharapkan pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara 2

lebih cepat lagi. Indikator utama perbankan syariah sampai dengan bulan November 2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Utama Perbankan Syariah Tahun 2004-2008 (dalam Milyar Rp) Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 Aset (Rp) 15.210 20.880 26.722 33.013 47.179 Pembiayaan yang Diberikan (Rp) 14.793 20.222 25.927 32.304 38.529 Dana Pihak Ketiga (Rp) 12.914 17.296 22.337 27.948 34.422 Financing to Deposit Ratio (%) 114.55 116.91 116.07 116.66 111.93 Sumber: Bank Indonesia, 2008 Berdasarkan Tabel 1, kinerja perbankan syariah dari Tahun 2004-2008 mengalami pertumbuhan, beberapa indikator mengalami peningkatan yakni asset sebesar 19-27%, dana pihak ketiga (DPK) sebesar 19-26% maupun pembiayaan sebesar 15-25%. Dengan adanya peningkatan tersebut pangsa perbankan syariah terhadap bank umum posisi November 2008 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pangsa Perbankan Syariah terhadap Total Bank Tahun 2008 (dalam Milyar Rp) Bank Syariah Keterangan Pangsa Total Bank Nominal Pasar (%) Aset (Rp) 47.179 2.05 2.303.362 Pembiayaan yang Diberikan (Rp) 38.529 2.02 1.707.876 Dana Pihak Ketiga (Rp) 34.422 2.91 1.325.323 Financing to Deposit Ratio (%) 111.93 77.60 Sumber: Bank Indonesia, 2008 Berdasarkan Tabel 2, pangsa perbankan syariah meningkat jika dibandingkan dengan Tahun 2007 yaitu aset meningkat 0.29% dari Rp.33.013,00 menjadi Rp.47.179,00, DPK meningkat 0.13% dari Rp.32.304,00 menjadi Rp.38.529,00 dan pembiayaan meningkat 0.15% dari Rp.27.948,00 menjadi 3

Rp.34.422,00. Perbankan syariah juga memiliki FDR>110% dan NPF<5% yang berarti bank syariah tergolong bank yang dinilai sehat. Melihat kinerja dan potensi seperti yang telah dikemukakan diatas, maka perbankan syariah masih memiliki peluang untuk berkembang di dunia perbankan Indonesia. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan sistem operasionalnya. Didirikan pada Tahun 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai beroperasi pada Tahun 1992 yang didukung oleh cendekiawan muslim dan pengusaha, serta masyarakat luas. Pada tahun 2008, saat krisis global melanda seluruh dunia, Bank Muamalat telah menunjukkan kinerja positif. Profit per Desember 2008 mencapai 300 milyar atau meningkat 42% dibanding Tahun 2007. Pertumbuhan laba tersebut juga diikuti pertumbuhan aset sebesar 20% atau meningkat dari Rp. 10.57 Trilliun pada Tahun 2007 menjadi Rp. 12.67 Trilliun pada Tahun 2008. Selain itu, Muamalat juga menunjukkan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 16% dari Rp. 8.69 Trilliun pada Tahun 2007 menjadi Rp. 10.07 Trilliun pada Tahun 2008. Pertumbuhan tersebut juga dialami oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 22% dari Rp. 8.62 Trilliun di 2007 menjadi Rp. 10.48 Trilliun di Tahun 2008. Hal yang menarik adalah pertumbuhan pembiayaan tersebut diikuti dengan peningkatan dukungan kepada sektor riil dengan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio) 104% namun dengan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing-NPF) yang masih terjaga di level 3.8%. 4

Hal ini menunjukkan Bank Muamalat telah mampu menjaga arus lalu lintas pendanaan dan pembiayaan dengan baik khususnya pada sektor rill. Sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat terdorong untuk selalu tampil terdepan dalam memperjuangkan ekonomi syariah yang dipercaya mampu mengentaskan masalah kemiskinan serta meningkatkan stabilitas ekonomi Indonesia. Bank Muamalat juga terus berupaya melakukan berbagai langkah terobosan dan inovasi, serta ekspansi bisnis perbankan syariah melalui penambahan jumlah cabang di berbagai pelosok tanah air, agar dapat menjadi role model bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di tanah air dan juga dunia Pada akhir Tahun 2006, Bank Muamalat membuka salah satu cabang di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Kota Kupang dan menjadi bank syariah pertama yang didirikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pembukaan kantor cabang ini untuk memenuhi permintaan pasar di daerah tersebut, selain itu pembukaan Bank Muamalat cabang Kupang juga didasari adanya optimisme para pengelola Bank Muamalat terhadap potensi Nusa Tenggara Timur khususnya Kota Kupang yang besar. Secara khusus, Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam beberapa tahun ini menunjukkan peningkatan kinerja yang menggembirakan baik dalam pertumbuhan industri, perdagangan, konstruksi, pertanian dan jasa. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III Tahun 2008 mencapai 4.65%. Pada triwulan ini, terdapat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni sektor jasa sebesar 1.26%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7.58%, serta lembaga keuangan dan jasa perusahaan 5

sebesar 6,20%. Kinerja perbankan di NTT sampai dengan triwulan III-2008, masih mampu menunjukkan perkembangan positif. Beberapa indikator utama yang menjadi acuan kinerja perbankan meningkat (posisi September 2008). Perkembangan indikator perbankan dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Bank Indonesia, 2008 Gambar 1. Grafik Perkembangan Indikator Perbankan NTT Tahun 2006-2008 Berdasarkan Gambar 1 di atas, indikator perbankan NTT mengalami peningkatan baik aset, dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit dengan peningkatan rata-rata masing-masing sebesar 4.49%, 3.75% dan 7.30%. Kondisi tersebut secara otomatis meningkatkan kinerja intermediasi perbankan NTT (LDR) menjadi 66.42%, dengan tingkat kualitas kredit (NPLs) yang cukup terkendali pada level 1.64%. Perkembangan industri perbankan yang positif dari tahun ke tahun ini, menunjukkan adanya potensi bagi Bank Muamalat untuk berkembang di NTT. Kota Kupang merupakan salah satu kota terbesar yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota yang berada di ujung barat pulau Timor, selain letaknya yang berdekatan dengan Republic Democratic of Timor Leste (RDTL) 6

juga berhadapan langsung dengan Australia bagian utara. Kondisi inilah yang menempatkan Kota Kupang sebagai pintu gerbang selatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Posisinya yang strategis ini memungkinkan Kota Kupang ke depan akan menjadi pilihan terbaik sebagai pintu gerbang masuk/keluar (Entry and Exit Gate) perdagangan arus barang/jasa baik arus lokal, regional, nasional maupun internasional. Sebaran penghimpunan dana di Nusa Tenggara Timur berdasarkan kabupaten/kota menunjukkan dana pihak ketiga (DPK) banyak terkonsentrasi di Kota Kupang. Hal tersebut menandakan bahwa kegiatan ekonomi masih terpusat di Kota Madya NTT. Posisi dana pihak ketiga (DPK) berdasarkan kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Posisi DPK menurut Kabupaten/Kota NTT Tahun 2007 (dalam Milyar Rp) Giro Deposito Tabungan Total Keterangan n % n % n % n % Kab. TTS 125 5.58 36 2.16 113 4.10 274 4.12 Kab. TTU 75 3.35 41 2.46 93 3.38 209 3.14 Kab. Belu 141 6.29 46 2.76 112 4.07 299 4.49 Kab. Alor 65 2.90 13 0.78 73 2.65 151 2.27 Kab. Flores Timur 66 2.95 56 3.37 210 7.63 332 4.99 Kab. Sikka 99 4.42 72 4.33 205 7.45 376 5.65 Kab. Ende 105 4.69 121 7.27 241 8.75 467 7.02 Kab. Ngada 49 2.19 79 4.75 107 3.89 235 3.53 Kab. Manggarai 156 6.96 88 5.29 231 8.39 475 7.14 Kab. Sumba Barat 141 6.29 33 1.98 113 4.10 287 4.31 Kab. Sumba Timur 110 4.91 38 2.28 93 3.38 241 3.62 Kota Kupang 1.055 47.10 1.040 62.5 1.146 41.63 3.241 48.69 Dati II Lainnya 53 2.37 1 0.06 16 0.58 70 1.05 Jumlah 2.240 100 1.664 100 2.753 100 6.657 100 Sumber: Bank Indonesia, 2007 7

Berdasarkan Tabel 3, Jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan di wilayah Kota Kupang adalah sebesar Rp. 3.24 triliun atau 49% dari total dana pihak ketiga, diikuti oleh Kabupaten Manggarai sebesar Rp. 475 milyar (7%) yang terpaut sangat jauh dibandingkan Kota Kupang. Persentase DPK untuk setiap Kabupaten/Kota diperlihatkan pada Gambar 2. Sumber: Bank Indonesia, 2007 Gambar 2. Persentase DPK Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2007 Total penyaluran kredit di NTT pada Tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3.29 triliun, Kota Kupang memiliki share paling dominan yaitu sebesar 29% (Rp. 959 milyar), diikuti oleh Kabupaten Belu sebesar 10% (Rp. 32 milyar), dan Kabupaten Manggarai sebesar 10% (Rp. 313 milyar), sementara share terkecil adalah Dati II lainnya sebesar 2% (Rp. 64 milyar). Persentase penyaluran kredit berdasarkan kabupaten/kota ditunjukkan pada Gambar 3. 8

Sumber: Bank Indonesia, 2007 Gambar 3. Persentase Penyaluran Kredit Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2007 Komposisi tersebut diatas menunjukkan bahwa penyaluran kredit di Nusa Tenggara Timur masih terkonsentrasi di Pulau Timor terutama di Kota Kupang dan Kabupaten Belu. Terkonsentrasinya penyaluran kredit di kedua daerah tersebut sejalan dengan dinamika kegiatan ekonomi yang relatif lebih berkembang jika dibandingkan dengan daerah lainnya, hal ini terjadi dikarenakan posisi Kota Kupang sebagai Kota Madya Provinsi NTT, sementara Kabupaten Belu merupakan daerah perbatasan dengan Republic Democratic of Timor Leste. Selain itu jumlah kantor bank yang lebih banyak dibandingkan kabupaten lain juga turut berpengaruh terhadap komposisi sebaran kredit perbankan. Perkembangan indikator perbankan yang ditunjukkan diatas dan peluang Kota Kupang sebagai sebagai pintu gerbang (Entry and Exit Gate) yang berbatasan dengan negara luar, menunjukkan adanya peluang bagi Bank Muamalat Indonesia untuk mengembangkan sistem perbankan syariah di Provinsi NTT khususnya Kota Kupang dan negara-negara yang berbatasan dengan Provinsi NTT. Keberadaan Bank Muamalat dapat membantu untuk mengelola keuangan secara professional, amanah dan halal, sehingga pertumbuhan Provinsi NTT 9

bukan hanya secara fisik material, tetapi juga secara ekonomi yang berlandaskan pada prinsip kebersamaan. Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan sistem perbankan syariah yang merupakan landasan pendirian Bank Muamalat di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, bahwa hingga akhir Tahun 2008, perbankan syariah hanya memiliki 2.05% dari total pangsa pasar perbankan secara nasional, berarti 97.95% transaksi perbankan di negara ini masih dilakukan perbankan konvensional. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan Bank Muamalat berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya pengembangan Bank Muamalat tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvesional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun karakteristik dari kedua tipe bank tersebut dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Perilaku nasabah terhadap produk perbankan dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi nasabah terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Masyarakat Kota Kupang memiliki keanekaragaman budaya, ras, dan agama, hal ini dikarenakan Kota Kupang menjadi tempat berkumpulnya pedagang dan masyarakat yang berasal dari kabupaten lain yang berada di Provinsi NTT. 10

Keanekaragaman yang luas ini memungkinkan terdapatnya berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih bank. Namun, faktor keagamaan atau persepsi yang hanya didasari oleh alasan keagamaan saja belum tentu mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap keputusan dalam menggunakan suatu jenis jasa perbankan. Selain itu aspek-aspek non-ekonomis diduga juga dapat mempengaruhi interaksi masyarakat terhadap dunia perbankan. Dengan memahami sikap dan perilaku masyarakat tersebut, maka Bank Muamalat dapat memiliki judgement yang kuat untuk mendisain strategi dan kebijakan agar lebih bersifat market driven. 1.2 Perumusan masalah Perkembangan Bank Muamalat pada dasawarsa terakhir ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hal ini dimulai ketika Bank Muamalat menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi krisis moneter pada Tahun 1998. Pengembangan potensi ekonomi syariah menjadi pilihan terbaik dalam mengentaskan kemiskinan dan memperkuat sistem ekonomi Indonesia. Menyadari akan hal itu, Bank Muamalat sebagai salah satu pelopor bank syariah Indonesia terus berusaha untuk memperkenalkan sistem perbankan syariah kepada masyarakat Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Salah satu kantor cabang Bank Muamalat yang baru didirikan terletak di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur dan menjadi pelopor perbankan syariah di daerah tersebut. Kota Kupang memiliki potensi ekonomi yang besar karena merupakan kota tumpuan perdagangan dan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur sekaligus merupakan pintu gerbang perdagangan dengan dunia 11

luar. Hal ini membuka peluang bagi Bank Muamalat untuk mengembangkan sistem perbankan syariah untuk memenuhi keinginan konsumen akan sistem perbankan tanpa bunga, sekaligus mewujudkan visi dan misi Bank Muamalat untuk menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Sudah menjadi kenyataan bahwa Indonesia adalah negara multikultur, yang terdiri dari berbagai budaya, etnis, agama, bahasa, dan identitas lainnya. Dalam kemajemukan ini, sistem perbankan syariah hadir sebagai salah satu pilihan investasi keuangan. Meskipun didasarkan pada sistem syariah Islam, akan tetapi bank syariah tidak hanya dikhususkan bagi nasabah perbankan muslim saja, jasa bank syariah juga dapat digunakan oleh nasabah perbankan nonmuslim yang menginginkan sistem perbankan tanpa bunga dan didasarkan pada prinsip bagi hasil. Potensi pasar yang luas inilah yang mendorong Bank Muamalat untuk membuka cabang di Kota Kupang yang mayoritas masyarakatnya adalah nonmuslim. Potensi nasabah perbankan Bank Muamalat di Kota Kupang berdasarkan agama yang dianut yakni sebesar 86.34% nasabah nonmuslim dan 13.67% nasabah muslim. Jumlah nasabah Bank Muamalat hingga akhir Tahun 2009 baru mencapai ± 6000 orang nasabah yang berasal dari seluruh kota/kabupaten yang ada di Provinsi NTT. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase penduduk Kota Kupang yang telah menjadi nasabah Bank Muamalat masih kurang dari 3.22% total penduduk Kota Kupang. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Muamalat masih belum mampu menyerap pasar nasabah perbankan yang ada di Kota Kupang secara maksimal. 12

Masih sangat sulit bagi nasabah perbankan untuk dapat menerima konsep perbankan syariah. Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap kondisi aktual dari nasabah perbankan tentang keberadaan Bank Mumalat dan bagaimana minat, sikap dan perilaku yang dihubungkan dengan faktor-faktor demografi, kategori nasabah dan behavioral nasabah perbankan. Diharapkan akan diperoleh informasi mengenai sikap dan perilaku nasabah perbankan terhadap Bank Muamalat untuk digunakan sebagai evaluasi dan masukan bagi program pengembangan Bank Muamalat di Indonesia khususnya Kota Kupang. Berdasarkan fenomena yang dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan empat permasalahan penelitian berikut: 1. Bagaimana segmen pasar Bank Muamalat di Kota Kupang? 2. Apakah faktor-faktor penting bagi nasabah perbankan di Kota Kupang dalam pemilihan bank? 3. Bagaimana sikap dan perilaku nasabah perbankan di Kota Kupang terhadap Bank Muamalat? 4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan Bank Muamalat yang sesuai dengan nasabah perbankan Kota Kupang? 1.3 Tujuan Penelitian Dari penjelasan pada bagian latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi segmen pasar Bank Muamalat di Kota Kupang 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi nasabah perbankan di Kota Kupang dalam pemilihan bank 13

3. Menganalisis sikap dan perilaku nasabah perbankan di Kota Kupang terhadap Bank Muamalat. 4. Merumuskan alternatif strategi pengembangan Bank Muamalat yang sesuai dengan nasabah perbankan Kota Kupang

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB