BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI LEHER PADA PEKERJA MENGGUNAKAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Di PT TUNAS ALFIN TBK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)


BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. X merupakan gabungan antara perusahaan swasta nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dimana telah diterangkan dalam Al-Quran yang artinya Dan sesungguhnya

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, manusia tak pernah lepas dari salah satu hukum alam ini yakni bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Keluhan yang sering dijumpai pada pekerja biasanya adalah musculosceletal

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit nyeri termasuk tulang, otot, ligament, sendi, dan diskus intervertebralis. Hampir setiap cedera atau proses penyakit pada struktur leher atau yang berdekatan akan menghasilkan spasme otot dan hilangnya gerak. 1 Gangguan musculoskeletal adalah gangguan pada bagian otot rangka yang disebabkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon. 2 WHO tahun 2003 melaporkan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders) adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Gangguan otot rangka dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti bagian pinggang, leher, bahu, siku, lengan, dan pergelangan tangan/tangan. 3 Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada 1 Huldani, Neck Pain (Nyeri Leher), (Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat, 2013) hlm. 4 2 Umami et al, Hubungan Antara karakteristik Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan keluhan Low Back Pain (LBP) pada Pekerja Batik Tulis, (Kalimantan: e-jurnal Pustaka Kesehatan, 2014) hlm. 73 3 Lusianawaty et.al, Hubungan Lama Kerja Dengan Keluhan Otot Rangka Leher dan ekstremitas Atas Pada Pekerja Garmen Perempuan Di Jakarta Utara, (Jakarta: Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan, Depkes RI, 2009) hlm. 13 1

2 wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria. Di Kanada, sebanyak 54% dari total penduduk pernah mengalami nyeri di daerah leher dalam 6 bulan yang lalu. Pada perawat, prevalensi nyeri di daerah leher selama 1 tahun besarnya 45,8%. 4 Penelitian berdasar pada populasi memberikan gambaran terbaik tentang prevalensi nyeri leher dalam populasi. Nyeri leher akan mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja dan melakukan activity daily living (ADL), sehingga menjadi alasan individu datang ke tempat pelayanan kesehatan profesional. Sebuah penelitian tentang prevalensi nyeri leher di Swedia menunjukkan bahwa 43% populasi dilaporkan pernah mengalami nyeri leher, lebih sering terjadi pada wanita (48%) dibandingkan pria (38%). Nyeri leher kronis, didefinisikan sebagai nyeri berlanjut lebih dari 6 bulan, lebih banyak terjadi pada wanita (22%) dibandingkan pria (16%). 5 Faktor pada pekerjaan yang berperan penting pada gangguan otot rangka adalah gerakan berulang, gerakan dengan tenaga yang kuat, penekanan, posisi kerja yang menetap atau tidak ergonomis, dan getaran. Faktor-faktor ini menyebabkan inflamasi pada tendon dan sendi, yang akan menekan dan merusak saraf, sehingga menimbulkan keluhan nyeri, kesemutan, dan kelemahan. Keluhan akibat gangguan otot rangka dapat terlokalisasi dengan 4 Huldani., Op.cit, hlm. 4 5 Guez M, Hildingsson C, Nilsson M, Toolanen G, The Prevalence Of Neck Pain: A Population- Based Study Northern Sweden, (Departement Of Orthopaedics University Hospital: Umea, Sweden, 2002)

3 jelas atau menyebar, dan urnumnya mengikuti atau sebagai akibat dari pajanan terhadap aktivitas fisik atau posisi saat bekerja. 6 Gangguan otot rangka mengakibatkan rasa nyeri dan keterbatasan fungsi pada daerah yang terkena dan merupakan penyebab utama dari keluhan, disabilitas, dan ketidakhadiran pada pekerja. 7 Penelitian Sim J et a1 pada populasi mum dewasa di North Staffordshire, UK 2006, melaporkan prevalensi nyeri leher dan ektremitas atas (age standardized dalam periode 1bulan) sebesar 44 %. Risiko terjadinya nyeri leher dan ektremitas atas meningkat pada: pekerjaan mengangkat obyek berat secara berulang (OR 1,4), posisi leher menunduk dalam waktu lama (OR 2), bekerja dengan lengan gada atau di atas tinggi bahu (OR 1,3). Risiko nyeri leher meningkat pada pekerjaan dengan posisi duduk lebih dari 95 % jam kerja (RR 2,34 95 %CI 1,05-5,21). 8 Diperkirakan 20% sampai 70% populasi pernah mengalami nyeri leher sesekali dalam hidupnya. Ditambah lagi insidensi nyeri leher meningkat tiap waktu, 10% sampai 20% populasi dilaporkan mempunyai masalah nyeri leher, dengan 54% individu mengalami nyeri leher dalam 6 bulan terakhir. Prevalensi nyeri leher meningkat oleh karena usia dan umumnya terjadi pada wanita berusia sekitar 50 tahun. 9 Di Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi orang dewasa mengeluhkan rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak 6 Lusianawaty et.al.,op.cit, hlm. 13 7 Lusianawaty et.al., Loc.cit. 8 Lusianawaty et.al., Loc.cit. 9 Rio Candra Prayoga, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cervical Syndrome E.C Spondylosis C 3-6 Di RSUD DR.Moewardi, (Surakarta: Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014) hlm. 6

4 enak di leher menjadi nyeri leher yang berat. Insidensi nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia, dimana lebih sering mengenai wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan 1,67:1. 10 Berdasarkan data departemen RI (2006), gangguan kesehatan yang dialami pekerja 40,5% dari pekerjaannya yaitu sebanyak 9482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, 16% diantaranya menderita penyakit musculoskeletal, 8% penyakit kardioviskular, 6% gangguan syaraf, 3% gangguan pernafasan dan gangguan THT sebesar 1,5%. Gangguan musculoskeletal menyebabkan kerugian pada pekerja seperti jumlah hari yang hilang akibat sakit dan besarnya biaya kompensasi yang harus dikeluarkan. 11 Rahadini (2006) melakukan survei kuesioner terhadap karyawan perkantoran di tujuh kantor perusahaan nasional di Bandung dan Yogyakarta. Responden yang dipilih adalah mereka yang dominan dengan pekerjaan komputer (duduk). Dari sekitar 200 kuesioner kembali, ditemukan tingkat prevalensi keluhan sistem otot rangka terbesar ada pada bagian leher (68,7%), bagian punggung (62,1%), dan bagian tulang belakang (60%). Nyeri dianggap proses yang normal, menurut Toxonomy Commite of the International Association for the Study of Pain (IASP) menyebutkan bahwa nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun yang potensial. Dengan adanya nyeri, maka pasien akan mengalami 10 Rio Candra Prayoga., Loc.cit 11 Umami et al., Op.cit, hlm. 73

5 penurunan produktivitas, penurunan kualitas hidup (Quality of Life) seperti gangguan ADL dan penurunan keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial. 12 Dan salah satu cara terbaik untuk mengurangi kelelahan akibat duduk adalah dengan berdiri dan berjalan sejenak disekeliling stasiun kerja setelah mengalami ketegangan otot-otot selama duduk (seperti; bekerja dengan duduk 1 jam, berdiri dan jalan 5 menit; melakukan perenggangan otot yang mengalami ketegangan, yang akan dijelaskan secara khusus pada topik ini). Namun demikian, cara tersebut sering lebih mudah dikatakan daripada dipraktekkan, tentunya dengan berbagai alasan individu. 13 Pekerja kantor disebut juga white-color worker yaitu pekerja yang banyak menggunakan daya pikiran dalam melakukan pekerjaan. Pekerja kantor memiliki tugas kerja seperti mengumpulkan/menghimpun data agar siap dipergunakan sewaktu-waktu, mencatat, mengolah data, menggandakan data, menyimpan. Pekerja kantor melakukan pekerjaannya dalam kurun waktu 7-8 jam dan sewaktu-waktu harus menghadapi lembur untuk memenuhi target pekerjaan. Pekerja di bagian kantor diharuskan melakukan pekerjaan memasukan data, menulis, membaca, dsb dan berada pada posisi kerja duduk dalam waktu yang relatif lama. Posisi kerja ini dapat menjadi faktor resiko timbulnya keluhan nyeri leher pada pekerja. Oleh sebab itu, perlu ada upaya penatalaksanaan dengan berpedoman pada aspek ergonomi. Dengan intervensi terhadap sikap kerja dan area kerja yang ergonomis, sesuai dengan 12 Rio Candra Prayoga., Loc.cit, hlm. 6 13 Tarwaka, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat Kerja, (Surakarta: Harapan Press, 2013) hlm. 82-84

6 jenis pekerjaan agar dapat mengurangi beban kerja, keluhan subjektif, dan kelelahan serta meningkatkan produktifitas kerja. Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2015 di PT Tunas Alfin Tbk dengan mewawancarai 10 orang pekerja mengenai keluhan yang timbul akibat sikap kerja duduk, ditemukan keluhan nyeri/sakit di daerah leher pada 6 dari 10 pekerja. 3 dari 6 pekerja tersebut menceritakan keluhannya setelah melakukan pekerjaan dengan sikap kerja duduk lebih dari 2 jam, sedangkan 2 pekerja lain melakukan pekerjaan dengan sikap kerja duduk lebih dari 1 jam, dan sisanya yaitu 1 pekerja melakukan pekerjaan dengan sikap kerja duduk lebih dari 3 jam. Setelah melakukan wawancara penulis melakukan observasi sementara selama 3 hari dengan mengamati para pekerja kantor saat bekerja, dan didapatkan sebagian besar pekerja di dominasi oleh pekerja berjenis kelamin wanita yang sudah berpengalaman, usia produktif serta sudah menikah. Dari hasil observasi sementara ini diketahui bahwa dari 35 pekerja, 18 pekerja diantaranya melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi menggunakkan sikap kerja duduk yang statis di depan komputer dalam jangka waktu lebih dari 1 jam. Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan uji validitas kepada 30 orang pekerja PT Tunas Alfin Tbk untuk menguatkan analisa awal dalam mengangkat topik penelitian ini, dari uji validitas ini ditemukan hasil yang valid. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Leher Menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Pekerja di PT Tunas Alfin Tbk.

7 1.2 Identifikasi masalah Kelompok profesi pekerja pada bagian kantor memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap keluhan nyeri leher, terkait pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja duduk. Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat risiko terjadinya nyeri leher pada pekerja kantor, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah sikap kerja duduk pada pekerja dilakuan secara statis (tetap) selama ± 7 jam kerja/hari dalam melakukan pekerjaannya. 2. Apakah pekerja kantor memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap timbulnya keluhan nyeri leher, terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja duduk. 3. Sejauh mana hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk. 1.3 Pembatasan masalah Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi, hanya mengambil pembahasan hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher yang dirasakan oleh pekerja kantor. 1.4 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan sikap kerja duduk dengan

8 keluhan nyeri leher menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk? 1.5 Tujuan penelitian 1.5.1 Tujuan umum : Mengetahui hubungan Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk. 1.5.2 Tujuan khusus : a. Menganalisa sikap kerja duduk pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk. b. Menganalisa kejadian keluhan nyeri leher pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk. c. Menganalisa hubungan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri leher pada pekerja di PT Tunas Alfin Tbk. 1.6 Manfaat penelitian 1.6.1 Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian selanjutnya.