BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERAN BIMBINGAN ROHANI (BIMROH) DI KODAM V BRAWIJAYA SURABAYA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KELUARGA DITINJAU DARI PERSPEKTIF MAṢLAḤAH

BAB III SEJARAH AJARAN POKOK LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA. A. Gambaran tentang Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PNDAHULUAN. Perpustakaan 2013), h Line) tersedia di blogspot. com/2012/12/pengertianimplementasi-menurut-para.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS STATUS PENISBATAN ANAK HASIL PERKAWINAN SIRRI MENURUT MASYARAKAT HADIPOLO DITINJAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Pendapat Tokoh Agama Tentang Pernikahan Ayah dengan Anak Tiri Dusun Balongrejo Desa Badas Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS PENETAPAN JUMLAH MAHAR BAGI MASYARAKAT ISLAM SARAWAK, MALAYSIA

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk mentaati perintah. Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

Seorang Bapak Tidak Boleh Memaksa Putrinya Menikah

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

perkawinan tentang batas waktu pemberian nafkah anak pasca perceraian tersebut adalah berkaitan dengan kewajiban seorang ayah dalam hal biaya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN HAK ATAS DISKON PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ASY-SYIFA KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN MAULANA MUHAMMAD ALI TENTANG KONSEP PERNIKAHAN DALAM PERSPEKTIF KESETARAAN GENDER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sendi kehidupan dan susunan masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu,

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. perempuan mendambakan pasangan hidup yang memang merupakan fitrah manusia.

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMILIHAN CALON SUAMI DENGAN CARA UNDIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpasang-pasangan bertujuan untuk dapat menjalani kehidupan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan olah tumbuh-tumbuhan. 1 Pernikahan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA A. Pandangan Ulama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Terhadap Poligami Tanpa Meminta Persetujuan Istri Poligami adalah perbuatan seorang laki-laki mengumpulkan dalam tanggunganya dua sampai empat orang istri, tidak boleh lebih darinya. Poligami maksudnya adalah seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tetapi dbatasi paling banyak adalah empat orang. Karena melebihi dari empat berarti mengingkari kebaikan yang disyariatkan oleh Allah bagi kemaslahatan hidup suami istri. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-nya: 1. Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi: dua,tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja. (Q.S. An-nisa ayat 3). Dalam pandangan Islam poligami memang diperbolehkan akan tetapi harus memenuhu syarat-syarat yang ditetapkan dalam Islam, diantaranya harrus adil, dan harus mendapat izin dari istri pertama, namun tidak semua kalangan stuju dengan ketentuan-ketentuan tersebut, seperti lembaga dakwah yang di teliti oleh penulis yaitu Lembaga Dakwah Islam Indinesia (LDII) yang dalam penelitian ini berada di sruni kota sidoarjo, menurut salah satu tokoh 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan terjemahnya, 77. 62

63 ulama LDII, KH. Abdullah Wasian bahwa jika ingin seseor4ang ingin melakukan poligami maka seseorang tersebut tidak perlu meminta izin dari istri pertamanya, menurut beliau alasannya berpendapat seperti ini karena di dalam Al-Qur an maupun Hadist tidak dijelaskan bahwasanya kalau mau berpoligami harus meminta izin dari istri pertamanya terlebih dahulu. Beliau berpedoman pada surat an-nisaa ayat 3: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasikamu. 2 Beliau juga berpedoman pada sebuah Hadis: orang yang lebih baik adalah orang yang banyak istrinya 3 ء. خ ي ر ا ك ث ر ه ا ن ر س ا ه ر ذهر ا لا م ه Menurut pendapat beliau yang berpacu pada surat an-nisaa ayat 3, bahwa batasan orang melakukan poligami hanya 4 (empat) orang saja, selebihnya jika ingin menambah istri lagi salah satu istrinya harus diceraikan, beliau berpendapat bahwa orang yang boleh mempunyai banyak istri hanyalah Rasulullah saw. Syarat-syarat poligami menurut pendapat beliau hanya ada 2 macam, yaitu: 1. Harus berlaku adil terhadap istri-istrinya 2 Departemen Agama, Al- Qur an dan terjemahnya, 13. 3 K.H Abdullah Wasian, Wawancara, 29 Juli 2016.

64 2. Harus mampu memenuhi hak dan kewajibannya Pendapat kedua yang penulis dapat adalah pendapat dari ulama LDII yang bernama ustadz manshur, pendapat beliau juga tidak jauh berbeda dengan pendapat KH. Abdullah Wasian, beliau juga mengatakan bahwa jika ingin melakukan poligami tidak perlu meminta izin dari istri pertama, karena di dalam Al-Quran maupun hadis tidak dijelaskan secara jelas tentang aturan tersebut hanya saja kata beliau meminta izin istri pertama itu juga baik karena jika ada persoalan rumah tangga dengan istri pertama tidak sampai terjadi perceraian. Pendapat selanjutnya dari ulama LDII yang penulis wawancarai adalah ustadz hasan, beliau mengatakan bahwa poligami memang di bolehkan karna terdapat ayat yang membolehkannya, asalkan sang suami bisa berlaku adil terhadap para istri-istrinya nanti. Dan untuk tentang si suami harus izin istri pertama terlebih dahulu itu tidak perlu karena memang tidak ada hadits yang mengatakan harus izin terlebih dahulu, akan tetapi harus ada izin dari pimpinan setempat. 4 Jadi kesimpulannya dari ketiga ulama yang penulis wawancarai, ketiganya sama-sama berpendapat bahwasanya meminta izin kepada istri pertama jika ingin melakukan poligami itu tidak perlu dilakukan karena dalam Hadis maupun Al-Qur an tidak ada aturan yang menjalaskan tentang ketentuan tersebut. 4 Ustad Hasan, Wawancara, 1 agustus 2016

65 B. Analisis Maṣlaḥah Terhadap Poligami Tanpa Meminta Persetujuan Dari Istri Menurut ahli Ushul Fiqh, Maṣlaḥah yaitu suatu kebaikan yang tidak disinggung-singgung syara untuk mengerjakan atau meninggalkannya. Tetapi kalau dikerjakan akan membawa manfaat/menghindari keburukan. Menurut Syekh Abdul Wahab Khallaf, ada tiga syarat agar Maṣlaḥah dapat dijadikan Hujjah, yaitu: 1. Maṣlaḥah ḥakikat, bukan Maṣlaḥah waḥamlah (angan-angan). Yang dimaksud dengan ini adalah menetapkan orang yang mentasri kan hidup pada suatu peristiwa, mendatangkan manfaat dan membuang yang mudharat 2. Kemaslahatan umum, bukan kemaslahatan perorangan, yang dimaksud dengan ini adalah meyakinkan bahwa tasyri hukum terhadap suatu peristiwa mendatangkan manfaat untuk orang banyak. Atau membuang kemadharatan, bukan untuk kemaslahatan pribadi, atau orang yang sedikit jumlahnya. 3. Tasyri itu tidak boleh bertentangan bagi kemaslahatan hukum ini, atau prinsip-prinsip yang ditetapkan dengan nash atau ijma. 5 Bukti bahwa Maṣlaḥah dapat dijadikan Hujjah: 1. Bahwa pendapat ulama LDII tentang poligami itu Maṣlaḥah hakikat, yaitu poligami akan mendatangkan manfaat di antaranya adalah untuk memperbanyak keturunan, dan untuk mengangkat 5 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul fikih, diterjemahkan oleh Halimuddin, S.H. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 101.

66 kemuliaan wanita yang suaminya meninggal dunia atau menthalaqnya. 2. Bahwa pendapat ulama LDII tentang poligami itu kemaslahatan umum, poligami memberikan kemaslahatan bagi para wanita yang dinikahinya, bisa menolong keluarga para istri dari kesusahan. 3. Bahwa pendapat ulama LDII tentang poligami itu tidak boleh bertentangan, poligami itu memang di perbolehkan akan tetapi harus ada syarat dan rukun-rukun tertentu yang harus dipenuhi. Jika pendapat ulama LDII tentang poligami tanpa meminta persetujuan dari isteri pertama di kaikan dengan peraturan undangundang, maka sangatlah bertentangan, karena di dalam undang undang dijelaskan bahwasanya salah satu syarat poligami harus meminta izin persetujuan dari isteri pertama terlebih dahulu dan dalam perundangundangan apabila seseorang melakukan poligami tanpa meminta persetujuan istri pertama, istri kedua tidak akan mendapatkan hak Nafkah menurut Hukum di Negara Indonesia. Namun jika di analisis secara Maṣlaḥah pendapat tersebut bisa juga di katakan sebagai Maṣlaḥah karena salah satu manfaat poligami adalah mendatangkan kemaslahatan bagi wanita lain yang di tinggal mati oleh suaminya ataupun yang sedang di thalaq. Dari analisis penulis tentang analisis Maṣlaḥah terhadap pendapat ulama LDII tentang poligami tanpa meminta persetujuan dari isteri pertama di Desa Seruni sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan

67 oleh hukum, dan dapat dikatakan Maṣlaḥah baik dari segi prakteknya atau manfaatnya.