BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS.

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa dengan Metode Elimination Et Choix Traduisant La Realite (Electre)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

Volume : II, Nomor : 1, Pebruari 2014 Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa Pendidikan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS

Multi atributte decision making (madm)

PENDAHULUAN. melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) baik tingkat SMK/sederajat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dosen merupakan tenaga akademik yang bertugas merencanakan dan

Program Studi Sistem Informasi, STMIK Widya Cipta Dharma

FUZZY MADM DALAM EVALUASI PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIF WEIGHTING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Informasi Penilaian Supplier Komputer Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Dengan Simple Additive Weighting

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PESERTA KAPAL PEMUDA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

P5 Tingkatan dan Karakteristik SPK. A. Sidiq P. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA TINGKAT SEKOLAH

Abstract. Keywords: Scholarship, Fuzzy MADM, SAW, Criteria.

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DUTA MAHASISWA GENERASI BERENCANA BKKBN DENGAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA DIKLAT DENGAN FUZZY MADM

Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo 63

UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS TEKNIK SISTEM INFORMASI

PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN SELEKSI CALON TKI KELUAR NEGERI MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keputusan atau biasa disebut Decision Support System (DSS) merupakan sistem

Kata Kunci : Fuzzy MADM, SAW, kriteria, beasiswa.

Multi atributte decision making (madm) MCDM, MADM, SAW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI DI STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU DENGAN METODE SAW

APLIKASI DINAMIS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN DUA ALGORITMA

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: Yogyakarta, 20 Juni 2009

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Dosen Pembimbing Skripsi

RANCANGAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN PRODUK LAPTOP MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN KUALITAS KULIT ULAR UNTUK KERAJINAN TANGAN (STUDI KASUS : CV. ASIA EXOTICA MEDAN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA PERGURUAN TINNGI NEGERI SINAR MAS DENGAN METODE TOPSIS (STUDI KASUS: SMK NEGERI 1 GALANG)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PRODUKSI SEPATU DAN SANDAL DENGAN METODE ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITÉ

PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATRIBUTE DECISSION MAKING.

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2013) ISBN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTED DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII SINUMBRA BANDUNG

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM BANTUAN PERUMAHAN RAKYAT

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TABLET

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN METODE SAW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PENERAPAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PEMILIHAN LAPTOP

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PEMASOK NATA DE COCO DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

Paper Group Project SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Metode TOPSIS & Contoh Implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Sistem Informasi OLEH :

UKDW BAB I PENDAHULUAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rita Hamdani. STMIK Pelita Nusantara Medan Jalan Iskandar Muda No.1, Merdeka, Medan Baru, Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai alternatif untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan. untuk membangun rencana kedepan. (Turban dkk.

P5 Tingkatan dan Karakteristik SPK. SQ

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Gudang di Perusahaan dengan Metode Weighted Product

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADICTIVE WEIGHTING (SAW) STUDI KASUS PADA SMKN 1 RAWAJITU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1-1

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 1 NEGERI KATON MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA DI SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

Andri Syafrianto Teknik Informatika STMIK El Rahma

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN INSENTIF BERDASARKAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENGAN METODE TOPSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Implementasi Metode Weighted Product Untuk Aplikasi Pemilihan Smartphone Android

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Konsumen tidak hanya menginginkan produk yang berkualitas,

PENGEMBANGAN SPK PENERIMAAN ANGGOTA BARU STUDI KASUS: ORGANISASI IMSI STMIK MIKROSKIL

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI DANA BANTUAN REHABILITASI BANGUNAN UNTUK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN PRINGSEWU

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI PEMBANGUNAN MINIMARKET BARU DI KOTA BOJONEGORO DENGAN METODE TOPSIS BERBASIS GIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGENAL MINAT SISWA PADA BIDANG EKSTRAKULIKULER SEKOLAH DENGAN METODE TOPSIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KANDIDAT KEPALA DIVISI YAYASAN AIRLANGGA BALIKPAPAN DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Gunawan 1), Vidy 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Multi-Attribute Decision Making

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Guru, Decision support systems, MADM, SAW. 1. Pendahuluan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Hendrik Agus Prasetyo. Teknik Informatika UNJANI Cimahi Jl. Terusan Jendral Sudirman, Cimahi, Jawa Barat

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PELAYANAN PADA APOTEK AMONG ROGO ADILUWIH. Febriana 1, Dedi Irawan 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MANDOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK BERBASIS WEB DENGAN METODE TOPSIS

PENENTUAN PRODUK KERAJINAN UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN MADM-SAW. Fera Tri Wulandari 1*, Setiya Nugroho 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA BARU (Studi Kasus : ARENA DISC Yogyakarta)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MEMILIH LAPTOP UNTUK MAHASISWA MULTIMEDIA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak terdapat metode perankingan yang dapat digunakan untuk memecahkan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan [4] Sistem pendukung keputusan atau DSS (Decision Support System) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi-terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, di mana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002). DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan CBIS (Computer Based Information Systems) yang fleksibel, interaktif dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia. 2.1.1 Tujuan dari DSS Tujuan dari DSS adalah : 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya. 2-1

2-2 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggota untuk berada diberbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat biaya perjalanan). 2.1.2 Jenis-jenis DSS Ditinjau dari tingkat teknologinya, DSS dibagi menjadi 3, yaitu: 1. DSS spesifik DSS spesifik bertujuan membantu memecahkan suatu masalah dengan karakteristik tertentu. Misalnya DSS penentuan harga satuan barang. 2. Pembangkit DSS Suatu software yang khusus digunakan untuk membangun dan mengambangkan DSS. Pembangkit DSS akan memudahkan perancang dalam membangun DSS spesifik. 3. Perlengkapan DSS Berupa software dan hardware yang digunakan atau mendukung pembangunan DSS spesifik maupun pembangkit DSS. Berdasarkan tingkat dukungannya, DSS dibagi menjadi 6, yaitu: 1. Retrieve Information Elements Inilah dukungan terendah yang bisa diberikan oleh DSS, yakni berupa selektif terhadap informasi. 2. Analyze Entire File Dalam tahapan ini, para manajer diberi akses untuk melihat dan menganalisis file secara lengkap. 3. Prepare Reports from Multiple Files Dukungan seperti ini cenderung dibutuhkan mengingat para manajer berhubungan dengan banyak aktivitas dalam satu momen tertentu.

2-3 4. Estimate Decision Consequences Dalam tahapan ini, manajer dimungkinkan untuk melihat dampak dari setiap keputusan yang mungkin diambil. 5. Propose Decision Dukungan di tahapan ini sedikit lebih maju lagi. Suatu alternatif keputusan bisa diberikan ke hadapan manajer untuk dipertimbangkan. 6. Make Decision Ini adalah jenis dukungan yang sangat diharapkan dari DSS. Tahapan ini akan memberikan sebuah keputusan yang tinggal menunggu legitimasi dari manajer untuk dijalankan. 2.1.3 Karakteristik Standar DSS Karakteristik standar DSS adalah : 1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. 2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk individu dan kelompok. 4. Dukungan untuk keputusan dan sekuensial. 5. Dukungan disemua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi. 2.2 Pengertian MADM [2] Proses MADM dilakukan melalui 3 yaitu, penyusunan komponenkomponen situasi, analisis, dan sistesis informasi (Rudolphi,2000). Pada tahap penyusunan komponen, komponen situasi akan dibentuk tabel taksiran yang berisi identifikasi alternatif dan spesifikasi tujuan, kriteria dan tribut. Salah satu cara untuk menspesifikasi tujuan situasi adalah dengan cara mendaftarkan konsekuesnsi-konsekuensi yang mungkin dari alternatif yang telah

2-4 terindentifikasi. Selain itu juga disusun atribut-atribut yang akan digunakan. Tahap analisis dilakukan melalui 2 langkah, pertama, mendatangkan taksiran dari besaran yang potensial, kemungkinan, dan ketidakpastian yang berhubungan dengan dampak-dampak yang mungkin pada setiap alternatif. Kedua, meliputi pemilihan dari preferensi pengambil keputusan untuk setiap nilai, dan ketidakpedulian terhadap resiko yang timbul. Pada langkah pertama, beberapa metode menggunakan fungsi distribusi yang menyatakan probabilitas kumpulan attribut. Konsekuen juga dapat ditentukan secara langsung dari agregasi sederhana yang dilakukan pada informasi terbaik yang tersedia. Ada beberapa cara menentukan preferensi pengambilan keputusan pada setiap konsekuen yang dapat dilakukan pada langkah kedua. Metode yang paling sederhana adalah untuk menurunkan bobot atribut dan kriteria adalah dengan fungsi utilitas atau penjumlahan terbobot. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah MADM, antara lain: a. Simple Additive Weighting Method (SAW) Langkah langkah dari metode SAW, sebagai berikut : 1. Menetukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu C (criteria). 2. Menentukan ratting kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. 3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R. 4. Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan yaitu penjumlahan dari perkuliahan matriks ternormalisasi R dengan vector terbobot sehinga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (A) sebagai solusi.

2-5 b. Weighted Product (WP) Langkah-langkah dari metode WP, sebagai berikut : 1. Melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap terhadap semua tujuan pada setian alternatif. 2. Melakukan perangkingan alternatif-alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan. c. ELECTRE Langkah-langkah dari metode ALECTRE, sebagai berikut: 1. Normalisasi matriks keputusan. 2. Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi. 3. Menentukan himpunan concordance dan disordance. 4. Menghitung matriks concordance dan disordanc. 5. Menentukan matriks dominan concordance dan disordanc. 6. Menentukan aggregate dominance matrix. 7. Eliminasi alternatif yang less favourable. d. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Langkah-langkah dari metode TOPSIS, sebagai berikut : 1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi. 2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot. 3. Menetukan matriks solusi ideal positif dan negative. 4. Menentukan jarak antara nilai setiap aternatif dengan matriks solusi idedal postif dan negative. 5. Menetukan nilai preferensi untuk setiap alternatif D. e. Analytic Hierarchy Proccess (AHP) Langkah-langkah dar metode AHP, sebagai berikut : 1. Mendefinisikan struktur hierarki masalah yang akan dipecahkan. 2. Memeberikan pembobotan elemen-elemen pada setiap level dari hierarki. 3. Menghitung prioritas terbobot (weighted priority)

2-6 4. Menampilkan urutan/ ranking dari alternatif-alternatif yang dipertimbangkan. 2.3 TOPSIS (Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution) [2] TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang dipilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geomatris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk ssetiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadapa jarak relatifnya susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Berikut flow diagram dari perhitungan TOPSIS :

2-7 Input Kriteria Langkah 1 Proses matriks keputusan yang ternormalisasi Langkah 2 Hasil Perhitungan TOPSIS Proses keputusan terbobot ternormalisasi Langkah 3 Tampil Data Perhitungan Menentukan matriks solusi ideal positif dan negatif Langkah 4 Menentukan jarak nilai alternatif dengan solusi positif dan negatif Langkah 5 Menentukan Nilai preferensi untuk setiap alternatif Gambar 2.1 flow diagram pertihungan TOPSIS Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami komputasinya efisien dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan. 2.3.1 Prosedur TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) 1. Membuat matriks keputusan yang ternomalisasi. 2. Membuat matriks keputusan terbobot yang ternomalisasi. 3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negative. 4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan metriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negative. 5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.d.

2-8 2.3.2 Langkah-langkah Metode TOPSIS 1. Membangun normalized decision matrix. Elemen r(i j) hasil dari normalisasi decision matrix R dengan metode Euclidean length of a vector adalah : ; dengan i = 1, 2,, m; dan j = 1, 2,,n 2. Membangun weighted normalized decision matrix. Dengan bobot W = ( w1, w2,.., wn), maka normalisasi bobot matriks V adalah : 3. Menentukan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Solusi ideal dinotasikan, sedangkan solusi ideal negatif dinotasikan dapat ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi sebagai berikut: ; dengan i = 1, 2,,m dan j = 1, 2,,n. 4. Menghitung separasi. Jarak antara dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai berikut :, dengan i = 1, 2,, m Dan jarak terhadap solusi negative ideal didefinisikan sebagi berikut :, dengan i = 1, 2,, m

2-9 5. Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal. 6. Merangking alternatif. Alternatif dapat dirangking berdasarkan urutan. Maka dari itu, alternative terbaik adalah salah satu yang berjarak terpendek terhadap solusi ideal positif dan berjarak terjauh dengan solusi ideal negatif. 2.4 Metodologi Pembangunan Perangkat Lunak Prototyping [3] Prototyping merupakan metodologi pengembangan software yang menitik-beratkan pada pendekatan aspek desain, fungsi dan user interface. Developer dan User fokus pada user-interface dan bersama-sama mendefinisikan spesifikasi, fungsi, desain dan bagaimana software bekerja. Developer dan user bertemu dan melakukan komunikasi dan menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan. Developer mengumpulkan detail dari kebutuhan dan memberikan suatu gambaran dengan cetak biru (prototyping). Dari proses tersebut, akan diketahui detail-detail yang harus dikembangkan atau ditambahkan oleh developer terhadap cetak biru, atau menghapus detail-detail yang tidak diperlukan oleh user. Proses akan terjadi terus menerus sehingga produk sesuai dengan keinginan dari user. Gambar 2.2 Prototyping[3]

2-10 Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan kebutuhan, developer dan klien bertemu dan menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya. Detil kebutuhan mungkin tidak dibicarakan di sini, pada awal pengumpulan kebutuhan. b. Perancangan, perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype. c. Evaluasi prototype, klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software. Perulangan ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhan terpenuhi. Prototype-prototype dibuat untuk memuaskan kebutuhan klien dan untuk memahami kebutuhan klien lebih baik. Prototype yang dibuat dapat dimanfaatkan kembali untuk membangun software lebih cepat, namun tidak semua prototype bisa dimanfaatkan. Secara ideal, prototype adalah suatu mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dihasilkan. Pada saat prototype ini dikembangkan, pengembang berusaha menggunakan program atau tool yang ada, seperti report generator, windows manager, yang memungkinkan prototype dibuat secara cepat. Prototype berlaku sebagai sistem pengenal, bukan sebagai sistem yang benar-benar dihasilkan untuk dioperasionalkan. Sekalipun prototype memudahkan komunikasi antar developer dan klien, membuat klien mendapat gambaran awal dari prototype, membantu mendapatkan kebutuhan detil lebih baik, namun demikian prototype juga menimbulkan masalah: a. Pengguna melihat bahwa apa yang muncul dan dilihat dari prototype adalah perangkat lunak yangk akan dioperasionalkan. Pengguna tidak menyadari bahwa prototype tersebut belum dibangun dengan memperhatikan kualitas perangkat lunak beserta maintainabilitasnya. Jika disampaikan bahwa produk yang akan dioperasionalkan harus dibangun ulang sehingga produk memiliki

2-11 kualitas tinggi dan dapat dipelihara dengan baik, maka pengguna mengeluh dan bahkan meminta beberapa perbaikan untuk turut diterapkan dalam sistem yang akan dioperasionalkan. b. Pengembang sering melakukan kompromi dalam implementasi dengan maksud agar prototype segera terwujud dengan segera. Prototype dibangun menggunakan sistem operasi dan bahasa pemrograman yang tidak tepat hanya karena yang diketahui dan tersedia. Atau, suatu algoritma yang tidak efisien diimplementasikan agar segera dapat mendemonstrasikan kemampuan. Setelah suatu waktu, pengembang bisa menjadi nyaman dengan pilihanpilihan tersebut dan melupakan bahwa itu semua sebenarnya tidak tepat. Pilihan-pilihan yang jauh dari ideal terlanjur menjadi bagian integral dari sistem yang dibangun tersebut. Meskipun permasalahan ada, Prototyping dapat menjadi model yang efektif untuk rekayasa perangkat lunak. Kuncinya adalah aturan permainan harus dijelaskan di awal proyek, bahwa pengembang dan pengguna harus memiliki kesepahaman bahwa prototype dibuat sebagai sarana untuk mendefinisikan kebutuhan. Sedangkan perangkat lunak sesungguhnya dibangun dengan berdasarkan kualitas. [8]