BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. berbagai hal yang membuat kualitas hidup yang baik tidak mudah untuk dicapai. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

Prasaja, Khomarun Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi Terapi

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy

LAPORAN STATUS KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan suatu anugerah yang Tuhan berikan untuk orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. telah diamanahkan Allah SWT untuk menjalani proses kehamilan. Proses

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

Ramot Arif Banamtuan Pembimbing Dr. Catharina Dian, SpA

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI ATAKSIA DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan merupakan pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Data akurat tentang jumlah dan kondisi anak berkebutuhan khusus di Indonesia beum ada, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus (Kem Kes, 2010). Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembanganya mengalami hambatan, ganguan, kelambatan, atau memiiki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok ini lah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak mengalami proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dari dalam kandungan, masa bayi, dan balita. Setiap tahapan proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga jika terjadi masalah pada salah satu tahapan tumbuh kembang tersebut akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Tidak semua anak mengalami proses tumbuh kembang secara wajar sehingga terdapat anak yang memerlukan penanganan secara khusus. Salah satu masalah kesehatan anak berkebutuhan khusus adalah cerebral palsy (CP). Cerebral palsy (CP) digambarkan sebagai sekelompok gangguan permanen atau perkembangan pada gerakan dan postur tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, dan berhubungan dengan gangguan yang terjadi di otak janin yang sedang berkembang (Bax et al., 2005). Gangguan motorik dari CP ini sering disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, perilaku, dengan epilepsi, dan gangguan muskuloskeletal (Rosenbaum, 2007). Cerebral palsy atau static encephalopathy merupakan penyakit kronis dengan gangguan non progresisif 1

2 pada postur dan gerak yang ditandai dengan kesulitan mengontrol otot-otot yang disebabkan oleh kerusakan sistem gerak di ektstrapiramidal atau piramidal (Potts & Mandleco, 2007; James & Aswill, 2007). Kelainan cerebral palsy dapat mempengaruhi respon otot dan topografi tubuh. Respon pada otot dapat dilihat dengan adanya hipotonia, hipertonia, atethosis, ataksia, spastisitas, rigiditas dan campuran, sedangkan respon pada topografi tubuh adalah hemiplegia, diplegia dan quadriplegia (Potts & Mandleco, 2007). Masalah utama dalam semua jenis CP adalah gangguan motorik yang di sertai dengan sensorik dan kognitif. Penyebab gangguan motorik adalah perkembangan terlambat, tonus otot yang tidak normal, kelemahan otot, kurangnya kontrol postural, masalah sensorik, masalah perilaku, masalah ortopedi, normal pola pergerakan dan aktivitas refleks yang tidak normal, asimetri dan cacat. Fungsi bahwa seorang anak dengan masalah CP harus mengikuti perkembangan motorik yang normal akibat kerusakan lesi. Refleks primitif yang terhambat dalam proses perkembangan yang normal harus di hindari karena dapat menyebabkan koreksipostur dan keseimbangan pada anak (Papavasiliou, 2009). Diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh, paralisis bilateral dan merupakan salah satu bentuk cerebral palsy yang utama menyerang kedua tungkai (Dorlan, 2005). Permasalahan utama yang dialami oleh penderita CP diplegia adalah (1) adanya gangguan distribusi tonus postural (spastisitas) terutama kedua tungkai, (2) adanya gangguan koordinasi, (3) adanya gangguan keseimbangan, (4) terdapat gangguan jalan yang menyebabkan penderita mengalami gangguan fungsional. Selain itu penderita juga dapat mengalami problem penyerta seperti retardasi mental, gangguan penglihatan, gangguan intelektual serta potensial terjadi kontraktur (deformitas)(potts & Mandleco, 2007). Fisioterapi berperan penting dalam tim kesehatan secara profesional yang menangani anak-anak penyandang cacat. Sebagai seorang ahli di tim, tujuan utama fisioterapi adalah bekerja sama dengan orang tua maupun pengasuh anak, untuk membantu anak-anak mencapai potensi mereka, memulihkan fisik dan tingkat kebugaran. Sebagai seorang anak pastinya tumbuh menjadi

3 lebih tua, untuk itu fisioterapis akan menyarankan anak-anak, orang tua mereka atau pengasuh untuk melatih keterampilan, memberikan pendidikan, dan mengajarkan tanggung jawab saat waktu luang di rumah. Ketika anakanak tersebut tumbuh menjadi dewasa, fisioterapis akan terus bekerja memberikan pelayanan yang terbaikuntuk memecahkan masalah ( Kerem Gunel, 2009). Masalah yang dihadapi oleh anak cerebral palsy adalah kesulitan dalam mengkoordinasikan gerak anggota tubuh, akibatnya akan terjadi gangguan pada anggota geraknya. Adapun gangguan yang dialami mereka di antaranya, kekejangan otot baik keseluruhan maupun sebagian. Terdapatnya gerakangerakan involunter yaitu gerakan yang tidak disengaja dan tidak dapat dicegah sehingga dirasakan sangat mengganggu, tidak adanya keseimbanngan tubuh dan selalu terdapat sangat mengganggu, tidak adanya keseimbangan tubuh dan selalu terdapat salah dugaan atau salah ukuran misalnya pada waktu melangkah, gerakan-gerakan kecil yang terus menerus berupa getaran pada tangan, kepala atau mata. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada anak CP yaitu kerusakan otak yang mempengaruhi sistem dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal dan kombinasi dari karakter-karakter tersebut. Kelainan yang muncul tergantung luasnya kerusakan otak yang dialami anak, letak kerusakan di otak dan seberapa cepat penanganannya yang diberikan, kerusakan yang dialami biasanya tidak akan bertambah parah, namun dengan bertambahnya usia maka kemampuan anak yang dimiliki dapat terlihat semakin tertinggal (Brunner and Suddarth, 2002). Untuk mengatasi hal diatas maka anak cerebral palsy perlu diberikan penanganan yang dapat meningkatkan keseimbangan, keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi. Definisi menurut O sullivan keseimbangan adalah kemampuan yang mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut AnnThomson,

4 keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi keseimbangan maupun dalam keadaan statik dan dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang yang minimal. Kerusakan otot umumnya sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Neuro developmental treatment (NDT) merupakan salah satu pendekatan yang paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak dengan gangguan perkembangan. Metode ini pertama kali digunakan untuk terapi anak-anak pada kondisi cerebral palsy. Pendekatan NDT berfokus pada normalisasi otot hypertone atau hypotone. Intervensi penanganan NDT melatih reaksi keseimbangan, gerak anak, dan fasilitasi. NDT adalah metode terapi yang populer dalam pendekatan intervensi pada bayi dan anak-anak dengan disfungsi neuromotor (Uyanik and Kayihan, 2013). NDT dengan mengontrol dan menghambat gerakan abnormal dan memberikan fasilitasi dan stimulasi untuk membentuk automatik postural reactions. Terapis mengkombinasikan berbagai tehnik stimulasi untuk mengurangi kelainan postural dan fasilitasi gerak dengan tujuan mengirimkan berbagai pengalaman sensori-motor untuk melatih gerakan fungsional (Velickovik and Perat, 2004). Standing frame berfungsi untuk melatih otot-otot pada saat berdiri terutama pada otot tungkai bagian bawah (Herman, 2007). Standing mencegah timbulnya kontraktur, ketika anak tidak mampu berdiri secara independen karena peningkatan tonus otot, kelemahan atau tidak seimbangan beresiko memperpendek (kontraktur) otot-otot tungkai bawah (Paus, 2007). Standing memfasilitasi pembentukan sendi panggul, peningkatan integritas pinggul atau pencegahan subluksasi hip dan dislokasi. Peran fisioterapi pada kasus cerebral palsy secara umum adalah untuk memperbaiki postur, mobilitas postural, control gerak dan menanamkan pola gerak yang benar dengan cara mengurangi abnormalitas tonus postural, memperbaiki pola jalan dan mengajarkan kepada anak gerakan-gerakan yang

5 fungsional sehingga anak dapat mandiri untuk melaksanakan aktifitas seharihari. Peran fisioterapi sangat besar, hal ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa latihan fungsional yang dilakukan secara rutin akan dapat meningkatkan kemampuan penderita CP (Wikpedia Project, 2007). Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang efektifitas penambahan Standing Frame pada Neuro Developmental Treatment terhadap peningkatan keseimbangan berdiri pada anak Cerebral Palsy Diplegi. B. Identifikasi Masalah Cerebral palsy (CP) digambarkan sebagai sekelompok gangguan permanen atau perkembangan pada gerakan dan postur tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, dan berhubungan dengan gangguan yang terjadi di otak janin yang sedang berkembang (Bax et al., 2005). Masalah utama dalam semua jenis CP adalah gangguan motorik yang di sertai dengan sensorik dan kognitif. Penyebab gangguan motorik adalah perkembangan terlambat, tonus otot yang tidak normal, kelemahan otot, kurangnya kontrol postural, masalah sensorik, masalah perilaku, masalah ortopedi, normal pola pergerakan dan aktivitas refleks yang tidak normal, asimetri dan cacat. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan berdiri pada cerebral palsy diplegi spastic adalah pada musculoskeletal pada ekstremitas bawah yang akan menimbulkan adanya spastic, kontraktur, kelemahan otot dan daya tahan lemah sehingga kemampuan gerak terganggu dan akan mengakibatkan keseimbangan menurun. Diperlukan penanganan yang dapat meningkatkan keseimbangan tersebut. Dengan demikian keseimbangan adalah kemampuan untuk mengontrol tubuh dan center of gravity secara relative dapat menjaga postur tubuh dan gerakan yang akan diukur dengan clinical test of sensory interaction of balance yang diukur dalam satuan waktu.

6 Latihan keseimbangan bertujuan untuk agar anak-anak dapat mempertahankan badannya tetap tegak. Mendidik kembali fungsi sensomotorik dengan postur, keseimbangan dan gerakan yang tidak normal atau dilatih dengan memposisikan tubuh pada posisi yang kita anggap benar berulang-ulang kali (Fascilitation). Prinsip Neuro developmental treatment untuk mengontrol dan menghambat gerakan abnormal dan memberikan fasilitasi dan stimulasi untuk membentuk automatik postural reaction. Tujuan konsep Neuro developmental treatment memperbaiki, mencegah postur, dan pola gerakan yang abnormal. Standing frame merupakan alat bantu mobilitas bagi anak cerebral palsy, yang bertujuan untuk latihan berdiri dengan posisi yang benar. Alat ini juga berfungsi untuk melatih otot-otot pada saat berdiri terutama pada otot tungkai bagian bawah. Fisioterapi pada kasus cerebral palsy berperan untuk memperbaiki postur, mobilitas postural, kontrol gerak, dan mengajarkan pola gerak yang benar. Cara yang digunakan yaitu dengan meningkatkan keseimbangan berdiri sehingga anak dapat mempertahankan keseimbangan berdiri. C. Perumusan Masalah 1. Apakah ada efek intervensi neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi? 2. Apakah ada efek intervensi standing frame dan neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi? 3. Apakah ada perbedaan efek penambahan standing frame pada neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi?

7 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui perbedaan efek penambahan standing frame pada neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui efek intervensi neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi. b. Mengetahui efek intervensi standing frame dan neuro developmental treatment terhadap keseimbangan berdiri pada anak cerebral palsy diplegi. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada institusi mengenai efektifitas intervensi Neuro Developmental Treatment dan Standing Frame terhadap keseimbangan berdiri pada anak Cerebral Palsy Diplegi. 2. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam keseimbangan berdiri pada anak Cerebral Palsy Diplegi dan diharapkan menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut. 3. Bagi Peneliti Adanya penelitian ini, membuat peneliti dapat mengetahui sejauh mana efektifitas intervensi yang diberikan pada anak Cerebral Palsy Diplegi.