II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya. Radiasi matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai sumber energi tetapi karena pengaruhnya terhadap keadaan faktorfaktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin. Respon tanaman terhadap radiasi matahari pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu intensitas, kualitas dan fotoperiodisitas. Ketiga aspek ini mempunyai pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya, demikian juga keadaannya di alam. Radiasi matahari sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk proses metabolisme. Proses fotosintesis adalah proses metabolisme yang dilakukan oleh tumbuhan untuk merubah unsur hara menjadi zat-zat makanan. Proses metabolisme pada tumbuhan sangat memerlukan bantuan sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh radiasi sinar matahari. Selain itu, proses ini juga dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya matahari dan unsur hara yang merupakan syarat utama untuk berjalannya proses tersebut. Radiasi gamma dari sinar matahari merupakan sinar inframerah yang dapat menghambat laju fotosintesis dan pertumbuhan pada tanaman (Setiadi, 1994).

Pada daerah perkebunan, biasanya terdapat namanan lain yang ditanam secara tumpang sari diantara tanaman perkebunanya. Hal ini ditanam oleh petani untuk meningkatkan hasil pendapatan tambahan selain dari tanaman utama perkebunan. Namun dalam perkembanganya, tanaman yang tumbuh diantara tanaman lain tidak dapat berkembang secara maksimal. Hal ini berhubungan dengan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman yang berada dibawah naungan tanaman lain. Naungan adalah sesuatu yang menghalangi tumbuhan untuk mendapatkan sinar matahari secara langssung. Produksi dan komposisi botani dari pasture di bawah naungan pohon dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari (Whitman dan Litcher, 1982). Pada lahan yang memiliki naungan yang besar akan berakibat pada berkurangnya tanaman lain yang tumbuh di bawah naungan tersebut. Tanaman yang tumbuh di bawah tanaman perkebunan biasanya bermacammacam. Pada perkebunan karet yang berumur muda, biasanya terdapat beberapa tanaman lain yang ditanam diantara barisan tanaman karet. Tanaman palawija seperti jagung dan singkong yang biasanya sering ditanam oleh pemilik kebun diantara tanaman karet. Namun, tanaman yang berada dibawah perkebunan karet tidak dapat berkembang dengan baik, hal ini terjadi karena tanaman itu terpengaruh oleh kanopi tanaman karet yang menghalangi sinar matahari untuk secara langsung mengenai tumbuhan yang berada di bawah tanaman karet. Semakin besar tanaman karet makan naungan yang dihasilkan akan semakin besar dan semakin tidak baik untuk perkembangan tanaman yang berada dibawah naungan itu. Menurut Setiadi (1994), produksi tanaman dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari, umur tanam, curah hujan, dan unsur hara tanah.

Pohon karet yang memiliki kanopi yang tinggi akan memiliki naungan yang lebih besar, sehingga radiasi matahari sulit untuk menembus ke bawah naungan. Terhalangnya radiasi matahari langsung ke tanah akan menyebabkan produksi hijauan menurun. Faktor yang penting dalam tatalaksana pasture di bawah naungan adalah pengaturan tekanan penggembalaan, pemupukan yang dilakukan, jarak tanam, pengontrolan gulma, spesies yang ditanam, dan seleksi rumput serta kacang-kacangan yang cocok terhadap intensitas sinar matahari yang rendah. B. Topografi Daerah Desa Rukti Sedyo pada umumnya dataran dengan kemiringan rata-rata 4-6 meter terletak pada ketinggian 53 63 meter diatas permukaan laut denengan curah hujan berkisar 2.000 2.500 mm/th, sedangkan jumlah hari hujan pada daerah ini berkisar antara 100 150 HH (data Kecamatan Raman Utara 2009). Jenis tanah di desa ini adalah tanah Padsolik Merah Kuning. Desa Rukti Sedyo memiliki luas total 1.013 hektar, luas tersebut dibagi dengan 702 hektar sebagai persawahan dan ladang serta 311 hektar merupakan daerah pemukiman penduduk. Pada tahun 2004 terjadi alih fungsi lahan pertanian yang berupa ladang singkong dan lahan padi menjadi lahan perkebunan karet yang ditanam mandiri oleh masyarakat secara bertahap, hingga sekarang luas daerah perkebunan karet mencapai 47 hektar. Tabel 1. Jumlah luas lahan perkebunan karet Desa Rukti Sedyo. No Tanaman karet Luas lahan (hektar) 1 Praproduksi 34 2 Produksi 13 Luas total 47 ( sumber : P3A desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur 2011)

Pertanian merupakan mata pencarian utama penduduk desa ini. Pengelolaan sektor pertanian masih dengan cara tradisional namun berpotensi untuk dikembangkan melihat dari banyaknya pekerja dan lahan yang subur. Pengelolaan lahan pertanian ini pada umumnya berupa penanaman padi dengan pengairan dari irigasi yang memiliki jadwal pengairan secara bergilir, sehingga ketersediaan air selalu terjaga meskipun hujan tidak turun. Selain itu sektor perkebunan yang ada juga sangat berpotensi untuk dikembangkan meskipun luas area perkebunan yang ada masi sedikit dibanding dengan luas lahan persawahan. Selain pertanian dan perkebunan, bidang peternakan juga sangat berpotensi di desa ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ternak yang dipelihara oleh masyarakat. Dengan pekerjaan utama sebagai petani maka penduduk sangat identik dengan pemeliharaan ternak meskipun jumlah ternak yang dimiliki berjumlah sedikit. Ternak yang dipelihara rata-rata digunakan sebagai ternak pekerja untuk mengolah lahan pertanian. Ternak ruminansia di desa Rukti Sedyo mayoritas berupa sapi. Selain dimanfaatkan sebagai sumber tenaga pengolah tanah, ada juga beberapa orang yang melakukan usaha penggemukan sapi namun dalam skala kecil. Potensi peternakan ini sangat besar untuk dikembangkan berdasarkan banyaknya lahan hijauan yang ada. C. Deskripsi Tanaman Karet Karet adalah tanaman perkebunan tahunan dengan pohon berbatang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brazil, Amerika Selatan. Namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana sekarang ini tanaman karet banyak dikembangkan.

Sampai sekarang, Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia, dan Singapura tanaman karet mulai dibudidayakan pada tahun1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor tahun 1876. (Tim Karya Mandiri, 2010). Karet merupakan tanaman perkebunan dengan klasifikasi sebagai berikut: Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Family Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotiledonae : Euphorbiacere : Euphorbiales : Hevea : Hevea brasiliensis Tanaman karet berakar tunggang dan akar lateral yang menyebar ke segala arah dengan perakaran hara vertikal sebagian besar berada pada kedalaman sampai dengan 75 cm. Pada tanaman karet berumur lebih dari 5 tahun, akar primer meningkat pada jarak antara 60 cm-300 cm dan setelah itu mulai berkurang. Produktivitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dan sifat-sifat yang diturunkan pohon karet itu sendiri (genetis) (Hermaini, 2006). Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan penanaman karet adalah penyediaan bibit yang baik. Bibit prima dapat dihasilkan bila dikelola secara kultur teknis yang baik. Cara yang digunakan untuk mencapai hal tersebut diatas, maka diperlukan perencanaan yang matang meliputi : Jumlah biji yang diperlukan

Luas area bibit dan lokasi Kapan kegiatan akan dimulai Bulan berapa bibit telah siap tanam di lapangan. Dengan persiapan diatas maka keberhasilan tanaman karet lebih terjamin. (Hatta, 2006). Laelasari (2010) mengatakan bahwa, bagian tanaman karet yang dimanfaatkan adalah getahnya sehingga cara pemanenanya dilakukan dengan penyadapan. Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan sadapan pertama 130 cm dan bukaan sadapan kedua 280 cm diatas pertautan okulasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain : a. Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas ke kanan bawah, membentuk sudut 300 0. b. Tebal irisan sadap yang dianjurkan adalah 1,5-2,0 mm. c. Dalamnya irisan sadap adalah 1,0-1,5 mm dan dilakukan diantara pukul 05.30 07.00 pagi. D. Hijauan Makanan Ternak Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalam kelompok makanan hijauan ini adalah rumput (Gramineae), Leguminose dan hijauan dari tumbuhan-tumbuhan lainnya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar, hijauan sebagai bahan makanan ternak biasanya diberikan dalam dua bentuk yaitu hijauan segar dan hijauan kering (Reksohadiprodjo, 1994).

Hijauan segar berasal dari hiajaun yang diberikan dalam bentuk masih segar atau baru diambil dari lahan hijauan, yang termasuk kedalam hijauan segar antara lain adalah rumput dan leguminose. Selain itu ada juga hijauan kering berupa silage, hay, dan haylage. Hijauan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak, karena dalam hijauan mengandung banyak zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan berproduksi. Menurut Soetrisno (1991), hijauan yang tumbuh di bawah naungan kelapa sawit biasanya didominasi oleh tanaman pakis, rumput teki, kacang-kacangan, tanaman semak dan alang-alang. Usaha perkebunan menghasilkan banyak produk sampingan. Misalnya Industri kelapa sawit yang menghasilkan banyak produk samping yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Salah satu hasil samping industri kelapa sawit yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak yaitu pelepah sawit. Pelepah sawit memiliki kandungan protein kasar 15% dan berfungsi sebagai pengganti sumber serat pakan sapi. Pakan pelepah sawit masih sedikit dimanfaatkan meskipun 1 pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 22 buah pelepah sawit dan 1 buah pelepah setelah dikupas untuk pakan ternak beratnya mencapai 7 kg. Pada luas perkebunan kelapa sawit 487.146 ha berarti terdapat (7 kg x 138 x 22 x 487.146) = 10.352.826.792 kg pelepah/tahun. Jika satu ternak membutuhkan pakan 25 kg ekor -1 hari -1 berarti pelepah kebun sawit tersebut dapat menyediakan pakan ternak untuk 414 juta sapi/tahun (Aritonang, 1986). Hasil penelitian Erika (2009) menyatakan bahwa produksi pelepah sawit di PTPN VII Unit Usaha Rejo Sari sebesar 9.789,12 ton/th dengan kapasitas tampung sebesar 321,89 UT/th.

Menurut Widodo et al. (2006), ciri-ciri tanaman makanan ternak yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan; 2) mudah dicerna; 3) produksi per satuan luas tinggi; 4) mudah ditanam dan mudah berkembang biak; 5) berdaun lebat; 6) cepat dapat dipanen dan berumur panjang; 7) dapat ditanam bersama tanaman lain (compatable); 8) mudah tumbuh kembali (regrowth); 9) tahan terhadap penyakit. Menurut Lubis (1989), kualitas hijauan makanan ternak yang ada di Indonesia sangat rendah. Kadar protein yang dapat dicerna oleh ternak hanya 1,5 % dalam keadaan segar, sedangkan di Negara Belanda kadar protein hijauan yang dapat dicerna oleh ternak mencapai 3 %, sehingga sapi-sapi perah dapat menghasilkan susu 20 liter / hari dengan hanya menerima hijauan tanpa diberikan makanan penguat. Susetyo (1980) menyatakan, rendahnya kualitas hijauan di Indonesia disebabkan antara lain oleh sifat pertumbuhan hiajuan yang cepat sehingga cepat berbunga dan berbiji yang mengakibatkan kandungan serat kasar tinggi. Hijauan berupa rumput memiliki beberapa kelebihan yaitu daya pertumbuhannya cukup tinggi, walaupun sukar untuk dipertahankan nilai gizinya yang tetap, karena semakin tua umur rumput semakin berkurang kadar proteinnya. Suwandi et al.(1980) menyatakan, kebanyakan rumput yang ada di alam mempunyai masa

pertumbuhan yang pendek sebelum kualitasnya menurun, selain kapasitas pertumbuhannya yang rendah dibandingkan dengan spesies-spesies unggul yang dikembangkan seperti rumput gajah, rumput setaria, dan rumput benggala. (Suwandi et al.1980). Mcllroy (1977), mengatakan bahwa diantara spesies rumput unggul yang dikenal dan digunakan sebagai makanan ternak, rumput yang ada di Lampung merupakan salah satu jenis rumput unggul sebagai makanan ternak, tanamanya berbentuk rumpun dan tahan kering, berproduksi tinggi, dan sangat disukai ternak. Selain itu ada juga hijauan berupa leguminose yang kaya akan protein dan banyak mengandung fosfor, kalsium, dan vitamin. Leguminose juga mempunyai kandungan serat kasar yang rendah sehingga mudah dicerna oleh ternak. Widodo et al.(2003) menyatakan, tanaman leguminose yang paling ekonomis bagi makanan ternak adalah yang termasuk sub famili Faboidae, berbunga kupu-kupu dan Mimoceae. Keunggulan dari leguminosa ini adalah kualitas yang baik dengan pencerminan kandungan protein yang tinggi dan kandungan Ca, P, Vitamin A, dan Vitamin D yang tinggi. E. Daya Tampung dan Komposisi Botani Mcllroy (1977), mengatakan bahwa daya tampung ternak adalah jumlah hijauan yang tersedia dari perkebunan hijauan makanan ternak atau padang penggembalaan untuk kebutuhan makan ternak selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak per hektar. Kapasitas tampung sebidang tanah dipengaruhi oleh curah hujan, topografi, presentase hijauan yang tumbuh, jenis dan kualitas rumput, pengaturan jumlah ternak yang digembalakan, sistem

penggembalaan, dan luas lahan. Daya tampung ternak yang ada pada suatu perkebunan karet dihitung dengan menjumlah hasil hijauan yang dihasilkan pada areal satu hektar dalam satu tahun kemudian dibagi dengan kebutuhan ternak selama satu tahun. Taksiran daya tampung didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Oleh karena tidaklah mungkin untuk mengamati setiap bagian dari padang rumput/areal perkebunan tersebut maka cara pengembilan cuplikan memegang peranan penting dalam analisis botani dan pengukuran produksi hijauan. Ada beberapa metode untuk menentukan letak petak-petak cuplikan. Metode-metode yang mungkin dipilih adalah biasanya: (1) dengan pengacakan (2) dengan stratifikasi dan (3) secara sistematik (dimulai dari titik yang telah ditentukan dan kemudian cuplikancuplikan dikali dengan jarak-jarak tertentu sepanjang garis yang memotong padang rumput atau areal perkebunan). Setiap metode pengambilan cuplikan mempunyai kebaikan dan keburukan tetapi bisa dilakukan sebaik-baiknya dapat memberikan gambaran yang cukup objektif ( Muhtarudin et al., 2003). Adha (1997) menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang tersedia dari suatu lahan per tahun dapat dihitung jumlah satuan ternak yang dapat ditampung oleh suatu lahan sumber hijauan. Perhitungan tersebut dengan menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama satu tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu satuan ternak (kg) selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut akan mengetahui kemampuan suatu lahan dalam memproduksi hijauan setiap hektarnya dalam menampung ternak.

Menurut Munjiah (1999), besarnya produksi hijauan pada suatu areal dapat diperhitungkan berdasarkan sebagai berikut: 1. produksi kumulatif, yaitu merupakan produksi padang penggembalaan atau areal penghasil hijauan yang ditentukan secara bertahap selama setahun. Setiap pemotongan, produksi hijauan diukur dan dicatat, setelah satu tahun hasilnya merupakan produksi kumulatif; 2. produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap pemotongan hijauan seluruh areal padang penggembalaan; 3. produksi potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar perkiraan produksi hijauan suatu areal padang penggembalaan. Berdasarkan Society for Range Management, satu unit ternak (UT) setara dengan ternak seberat 455 kg (Santosa, 1995). Sebaliknya, menurut Munjiah (1999), kriteria yang digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan makanan ternak bagi tiap-tiap jenis ternak berdasarkan satuan unit ternak (ST) atau unit ternak (UT). Desa Rukti Sedyo memiliki luas perkebunan karet seluas 47 hektar yang dibawahnya banyak ditumbuhi hijauan berupa rumput, leguminose, dan pakis. Rumput dan leguminose yang tumbuh di bawah tanaman karet sangat berotensi untuk dikembangkan sebagai hijauan makanan ternak yang berkualitas dengan merawat dan memupuk hijauan tersebut. Hijauan yang berkualitas sangat membantu dalam pertumbuhan ternak yang mengkonsumsinya. Pada areal perkebunan karet banyak tumbuh hijauan, hal ini menunjukan bahwa komposisi botani yang ada sangat bervariasi. Komposisi botani yang baik adalah

keadaan dimana rumput dan leguminose seimbang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1994), dalam suatu padang penggembalaan, leguminose mempunyai fungsi untuk menyediakan atau memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, fosfor, dan kalsium. Rumput memiliki fungsi memberikan bahan kering dan energi yang lebih banyak bagi ternak dibandingkan leguminose. Menganalisis komposisi botani dilakukan dengan cara memisahkan hijauan makanan ternak yang telah dipotong dari areal tumbuhnya, dilanjutkan dengan menimbang bobot presentasi hijauan dan masing-masing spesies. Hijauan yang didapat adalah hijauan yang diambil dari petak cuplikan sampel penelitian. Setelah melalui tahapan ini makan akan diketahui komposisi botani pada areal pertumbuhan hijauan.