I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut (Sukardi. 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. kasus kekerasan di kalangan remaja. Kekerasan antar teman sebaya atau yang

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

BAB II TINJUAN PUSTAKA

STUDI TENTANG UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING MENGATASI BULLYING NON VERBAL DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII-5 MTsN NGRONGGOT TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford

PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 05 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

STUDI FENOMENOLOGI : DINAMIKA PSIKOLOGIS KORBAN BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. Bullying adalah ketika siswa secara berulang-ulang dan berperilaku

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang remaja ditemukan gantung diri di kamar mandi akibat diejek temantemannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris,

BAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

MEMINIMALISASI BULLYING DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya. Para pelajar yang pada umumnya masih berusia remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan oranglain, salah satunya melakukan kekerasan. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Begitu banyaknya kekerasan yang terjadi, sehingga muncul kekhawatiran bahwa kekerasan dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal dan wajar dalam masyarakat. Padahal, berbagai kesepakatan internasional maupun hukum di Indonesia sendiri sudah jelas mengatakan bahwa kekerasan adalah tindakan pelanggaran hukum. Sesuai dengan Piagam Hak Asasi Anak-Anak PBB, siswa memiliki hak untuk merasa aman dan untuk memperoleh penddidikan. Bangsa Indonesia sendiri memiliki hukum yang kuat mengenai Hak Anak pada tahun 1990 dan

2 merumuskan tentang Undang-Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak pada tahun 2002. Produk hukum tersebut diharapkan mampu mengakomodir pemenuhan hak anak. Kenyataan di lapangan masih banyak terjadi kekerasan pada anak terutama di lingkungan sekolah. Fakta menunjukkan bahwa di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat pembelajaran bagi anak, justru menjadi tempat terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, seperti kasus yang terjadi pada SMA Don Bosco Pondok Indah. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (24/7/2012) lalu. Salah satu keluarga siswa yang menjadi korban kekerasan mengungkapkan peristiwa itu melalui jejaring sosial Twitter. Aksi kekerasan itu diduga melibatkan delapan siswa. Menurut pengakuan korban kepada ibunya, dua hari lalu ia diculik ke lokasi yang tidak disebutkan, dari sekitar pukul 14.00 sampai pukul 22.00. Ia dihadapkan pada 18 remaja, delapan di antaranya adalah siswa kelas III SMA yang sama. Sisanya diduga alumnus sekolah tersebut. Mereka lalu memukul korban yang berdiri membelakangi nya. (http://edukasi.kompas.com/, diakses tgl 1 Februari 2013) Teror berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, intimidasi, dan perpeloncoan yang sering terjadi sebenarnya adalah contoh klasik dari apa yang disebut dengan bullying. Bullying merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk mempengaruhi orang lain, yang dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk terulang, dan melibatkan ke tidak seimbangan kekuatan dan/atau kekuasaan. Perilaku ini dapat

3 mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan berulangkali terhadap korban tertentu. Bullying berkisar dari yang sederhana, yang dilakukan orang per orang. Atau yang lebih kompleks, yang dilakukan oleh kelompok, seperti antara kelompok sosial atau kelas sosial, sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan sosial. Bullying merupakan perilaku intoleransi terhadap perbedaan dan kebebasan. Dilingkungan sekolah para siswa harus dapat saling menghormati, membantu, membina kerjasama dan toleransi dalam pergaulan dilingkungan sekolah, terutama antara teman, kakak kelas dan adik kelas. Sekolah seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk membina ilmu dan membantu membentuk karakter pribadi yang positif (Wiyani 2012), namun kenyataannya sekolah menjadi tempat tumbuhnya tindakan-tindakan bullying dan masih dijumpai siswa senior melakukan tindakan bullying terhadap adik kelasnya dengan cara melakukan kekerasan fisik, pemalakan atau pemerasan, menghina, membentak, sehingga dibeberapa sekolah tindakan bullying menjadi suatu tradisi. Menurut beberapa penelitian, pihak sekolah cenderung menutupi kasus bullying seperti senioritas. Mereka khawatir sekolah akan mendapat reputasi buruk ketika di ketahui publik (Elliot, 2000 dan Thompson et.al., 2002 dalam Astuti ). Mungkin dalam budaya kita di Indonesia, gejala penekanan oleh pihak yang kuat ke pihak yang lemah sudah dianggap biasa, bahkan sudah dianggap sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari. Tetapi dalam praktiknya,

4 tindakan bullying yang terjadi diberbagai institusi termasuk di sekolahsekolah sudah sangat menganggu dan menimbulkan korban (Astuti, 2008). Dengan adanya kesenjangan tersebut dan dampak negatif yang timbul bagi pelaku bullying, bullying merupakan perilaku maladaptif yang seharusnya dikurangi dan dihilangkan, sehingga siswa mampu merubah perilaku negatifnya dan mampu mengembangkan perilaku positif yang lebih menjamin kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan oranglain. Berkaitan dengan hal tersebut, di SMP Negeri 19 Bandar Lampung terdapat beberapa siswa yang memiliki perilaku bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, diketahui salah satu permasalahan yang terdapat di sekolah adalah perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa kelas VIII. Perilaku bullying yang sering terjadi seperti mengejek, memberikan julukan, memukul, mendorong, dan memalak. Bahkan kejadian tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali saja. Ada beberapa siswa yang mendapatkan hukuman karena ia mendorong adik kelasnya sampai mengalami cedera. Dalam hal ini, siswa melakukan tindakan bullying karena ia merasa lebih hebat dari adik kelas nya dan ia ingin disegani oleh adik kelasnya. Pelaku bullying tersebut harus diberi penanganan yang tepat guna mengatasi perilaku bullying yang masih banyak dilakukan di sekolah. Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam rangka membantu menyelesaikan permasalahan tersebut karena secara umum tujuan

5 penyelenggaraan bimbingan dan konseling adalah membantu siswanya menemukan pribadinya dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut (Sukardi. 2008). Dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa bidang salah satunya bidang sosial, dimana guru bimbingan dan konseling membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan (Sukardi, 2008). Sedangkan jenis layanan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok karena dalam konseling kelompok terdapat dinamika kelompok yang merupakan suatu wadah yang membuat individu selalu aktif dalam membantu individu-individu lain untuk dapat secara mandiri maupun bersama-sama dalam memecahkan masalahnya (Prayitno, 1995). Dengan terlibatnya individu secara aktif terhadap individu lain, maka mereka akan memperoleh berbagai bentuk pengalaman yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu, usia siswa SMP yang merupakan usia remaja, cenderung terbuka dengan teman peer group nya. Sehingga diharapkan perilaku bullying dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Dengan demikian, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014

6 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Ada siswa yang menghina temannya. 2. Ada siswa yang memberikan julukan kepada temannya. 3. Ada siswa yang mengejek temannya. 4. Ada siswa yang memukul temannya dengan sengaja. 5. Ada siswa yang mengambil uang milik temannya secara paksa. 6. Ada siswa yang menolak teman untuk bergabung dalam kelompok. 3. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka akan dibatasi pada Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah terjadi perilaku bullying pada siswa di sekolah. Adapun permasalahannya adalah Apakah Perilaku Bullying Dapat Dikurangi Dengan Menggunakan Layanan

7 Konseling Kelompok Pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014? B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengurangi perilaku bullying dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Kegunaan teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam bidang konseling kelompok, yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan praktis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perilaku bullying, sehingga dapat mengatasi permasalahan bullying dan memberikan pengetahuan dalam mengarahkan para siswa untuk dapat mengatasi perilaku bullying di sekolah, sehingga tidak timbul keresahan antar siswa.

8 C. Ruang Lingkup Penelitian Agar lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan konseling 2. Ruang lingkup objek Ruang lingkup objek ini adalah di SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014 D. Kerangka Pikir Berdasarkan hasil wawancara, terdapat siswa yang menjadi pelaku bullying di sekolah. Banyaknya kasus bullying yang tidak diketahui membuat pelaku bully terus mengintimidasi korbannya. Hal tersebut yang membuat perilaku bullying sulit untuk dihilangkan dalam lingkungan sekolah.teror berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, intimidasi, merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk mempengaruhi orang lain, yang dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk terulang, dan melibatkan ke tidakseimbangan kekuatan dan/atau kekuasaan. Jika bullying tidak diatasi dapat mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka, membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun korban untuk

9 menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem korban, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan korban rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (Astuti, 2008). Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam rangka membantu menyelesaikan permasalahan tersebut karena dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa bidang salah satunya bidang sosial, dimana guru bimbingan dan konseling membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan (Sukardi, 2008). Sedangkan jenis layanan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok. Pertimbangan memilih layanan konseling kelompok karena dalam konseling kelompok terdapat dinamika kelompok yang merupakan suatu wadah yang membuat individu selalu aktif dalam membantu individu-individu lain untuk dapat secara mandiri maupun bersama-sama dalam memecahkan masalahnya (Prayitno, 1995). Dengan terlibatnya individu secara aktif terhadap individu lain, maka mereka akan memperoleh berbagai bentuk pengalaman yang berhubungan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu, usia siswa SMP yang merupaka usia remaja, cenderung terbuka dengan teman peer group nya. Sehingga diharapkan perilaku bullying dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok.

10 Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fauziah (2013) dengan judul Penerapan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Guna Mengurangi Perilaku Bullying Siswa Kelas XI SMA N 1 Comal Tahun Ajaran 2013/2014 menyatakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying siswa melalui pemberian layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Dengan demikian, konseling kelompok dipandang tepat dalam memecahkan masalah perilaku bullying. Dalam hal ini peneliti memiliki persamaan terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh Fauziah (2013) yaitu sama-sama meneliti mengenai perilaku bullying dan memeiliki tujuan untuk mengurangi perilaku bullying siswa di Sekolah. Sedangkan perbedaannya yaitu, peneliti tidak memberikan teknik khusus, namun tetap fokus pada penggunaan layanan konseling kelompok. Sehingga melalui konseling kelompok ini, diharapkan mampu mengatasi perilaku bullying siswa di sekolah. Dengan demikian pola pikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Perilaku bullying siswa di Sekolah Layanan konseling kelompok Perilaku bullying siswa di Sekolah berkurang

11 E. Hipotesis Menurut Sugiyono (2010), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah perilaku bullying dapat dikurangi melalui layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan hipotesis statistiknya adalah : Ha : Perilaku Bullying Dapat Dikurangi Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. Ho : Perilaku Bullying Tidak Dapat Dikurangi Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.