BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB 2 KONSEP DAN DEFENISI

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi

Produk Domestik Bruto (PDB)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Adanya waktu tenggang (lead time) merupakan alasan utama bagi perencanaan dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB 2 LANDASAN TEORI

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

III. METODE PENELITIAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB 2 LANDASAN TEORI. untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dengan giat melakukan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PERENCANAAN PRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

Transkripsi:

BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. b. Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola yang sistematis. Apabila direnungkan secara mendalam, banyak orang akan terkejut karena menyadari bahwa pada kenyataannya banyak keputusan penting yang yang dilakukan secara pribadi maupun perusahaan yang mengarah kepada kejadian-kejadian di masa yang akan datang sehingga memerlukan ramalan tentang keadaan lingkungan masa depan tersebut. Dalam dunia ekonomi, hasil peramalan mampu memberikan gambaran tentang masa depan perekonomian suatu daerah yang memungkinkan manajemen ekonomi

untuk membuat perencanaan, demi perbaikan dan perkembangan pertumbuhan ekonomi di daerah yang bersangkutan. 2.1.2 Kebutuhan dan Kegunaan Peramalan. Sering terdapat waktu senjang antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka perencanaan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang ini panjang, dan hasil peristiwa akhir bergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui, maka perencanaan dapat memegang peranan penting. Dalam situasi seperti itu, peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan. Selain hal di atas, kegunaan dari peramalan dapat terlihat pada saat pengambilan keputusan. Setiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan yang kita susun atau yang kita buat, maka kurang baiklah keputusan yang kita ambil. Walaupun demikian perlu disadari bahwa suatu ramalan adalah tetap ramalan, di mana selalu ada unsur kesalahan. Sehingga yang paling diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kemungkinan kesalahan tersebut.

2.1.3 Langkah-langkah Peramalan Lagkah-langkah dalam metode peramalan adalah: a. Mengumpulkan data b. Menyeleksi dan memilih data Data-data yang kurang relevan harus di buang supaya tidak memepengaruhi akurasi peramalan c. Menganalisa data d. Menentukan metode yang digunakan e. Memproyeksikan data dengan menggunakan metode yang dipergunakan, dan mempertimbangakan adanya beberapa faktor perubahan. 2.1.4 Jenis-jenis Metode Peramalan Metode-metode peramalan dengan menggunkan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, atau analisa deret waktu, terdiri dari: a. Metode pemulusan (smoothing) Metode smoothing adalah metode peramalan dengan mengadakan penghalusan terhadap data pada masa lalu, yaitu dengan mengambil rata-rata dari nilai beberapa tahun untuk menaksir nilai pada beberapa tahun kedepan. Secara umum metode smoothing diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu: 1. Metode Rata-rata, yang terdiri dari : a. Rata-rata Bergerak Tunggal (Single Moving Average) b. Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average)

c. Kombinasi Rata-rata bergerak lainnya. 2. Metode Pemulusan Eksponensial. Bentuk umum dari metode pemulusan eksponensial adalah: F t+1 = αx t + (1-α) F t Keterangan: F t+1 = ramalan satu periode ke depan X t = data aktual pada periode ke t F t = ramalan pada periode ke t α = parameter pemulusan bentuk umum tersebut diperluas, akaan berubah menjadi: F t+1 = αx t + α(1- α)x t-1 + α (1- α) 2 X t-2 + +α (1- α) -1 X t-(-1) + (1-α) F t-(-1) Dari perluasan bentuk umum di atas dapatlah dikatakan bahwa Metode Smoothing Eksponensial merupakan sekelompok metode yang menunjukkan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai observasi yang lebih tua atau dengan kata lain observasi yang baru diberikan bobot yang relatif besar dengan nilai observasi yang lebih tua. Metode ini terdiri dari: 1. Pemulusan Eksponensial Tunggal 2. Pemulusan Eksponensial Ganda Metode Linear Satu Parameter dari Brown 3. Pemulusan Eksponensial Ganda Dua Parameter dari Holt 4. Pemulusan Eksponensial Klasifikasi Pagels b. Metode Box Jenkis

Metode Box Jenkis menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis, agar kesalahan yang terjadi dapat sekecil mungkin yang membutuhkan identifikasi model estimasi parameternya. Jarang dipakai, namun baik untuk ramalan jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. c. Metode proyeksi trend dengan regresi. Metode proyeksi trend dengan regresi, merupakan dasar garis trend untuk suatu persamaan matematik, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal yang diteliti untuk masa depan. 2.1.5 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan Dalam pemilihan teknik dan metode peramalan, pertama-tama perlu diketahui ciri-ciri penting yang perlu diperhatikan bagi pengambilan keputusan dan analisis keadaan dalam mempersiapkan peramalan. Ada enam faktor utama yang diidentifikasikan sebagai teknik dan metode peramalan, yaitu: a. Horizon Waktu Ada dua aspek dari horizon waktu yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu di masa yang akan datang, dan aspek kedua adalah jumlah periode untuk peramalan yang diinginkan.

b. Pola Data Hal penting yang harus diperhatikan dalam metode peramalan adalah menentukan jenis pola data historisnya, sehingga pola data yang tepat dengan pola data historis tersebut dapat diuji. c. Jenis dari Model Model-model merupakan suatu deret di mana waktu digambarkan sebagai unsur yang penting untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola. Model-model perlu diperhatikan karena masing-masing model mempunyai kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan. d. Biaya yang Dibutuhkan Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur peramalan. Yakni biaya-biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi pelaksanaan, dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik atau metode peramalan. e. Ketepatan Metode Peramalan Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat kaitannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. f. Kemudahan dalam Penerapan Metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan sudah merupakan suatu prinsip umum bagi pengambil keputusan.

2.1.6 Metode Smoothing yang Digunakan Untuk mendapatkan hasil yang baik harus diketahui cara peramalan yang tepat. Maka metode meramalkan PDRB sektor industri pengolahan Kabupaten Simalungun pada pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan Metode pemulusan yaitu Smoothing Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown Metode ini merupakan metode yang dikemukakan oleh Brown. Dasar pemikiran dari metode Smoothing Eksponensial Linear satu Parameter dari Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linear, karena nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data sebenarnya. Persamaan yang dipakai dalam pelaksanaan Pemulusan Eksponensial Satu Parameter dari Brown adalah sebagai berikut: a. Menentukan Smoothing Pertama S' t = αx t + (1-α)S' t-1 b. Menentukan Smoothing Kedua S" t = αs' t + (1-α)S" t-1 c. Menentukan Besarnya Konstanta (a t ) a t = 2S' t -S" t d. Menentukan Besarnya Slope (b t ) b t = (S' t -S" t ) e. Menentukan Besarnya Forecast (F t+m ) F t+m = a t + b t m

2.1.6 Beberapa Kriteria yang Digunakan Untuk Menguji Ketepatan Ramalan Beberapa kriteria yang digunakan untuk menguji ketepatan ramalan adalah : 1. ME (Mean Error) / ilai Tengah Kesalahan ME = et t 1 2. MSE (Mean Square Error) / ilai Tengah Kesalahan Kuadrat MSE = t 1 e 2 t 3. MAE (Mean Absolute Error) / ilai Tengah Kesalahan Absolut MAE = t 1 n e t 4. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)/ ilai Kesalahan Persentase Absolut MAPE = t 1 PE t 5. MPE ( Mean Percentage Error) / ilai Tengah Kesalahan Persentase MPE = t 1 PE t Dimana :

et X F t t X t PE t X t Ft X t F t

c. PDRB merupakan salah satu alat ukur yang dapat menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Perhitungan PDRB dapat dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu: a. Pendekatan Produksi Menurut pengertian Produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah atau daerah tertentu dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor) yaitu: 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewahan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Termasuk Jasa Pelayanan Pemerintahan

b. Pendekatan Pendapatan Menurut pengertian Pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu satu tahun. Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) c. Pendekatan Pengeluaran Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor). Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi.

2.2.2 Perhitungan Pendapatan PDRB a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh TB (ilai Tambah Bruto) atau nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam satu periode tertentu, dan biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dan menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah. b. Perhitungan Atas Dasar harga Konstan Perhitungan atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume atau jumlah produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga satu tahun. PDRB atas dasar harga konstan berguna untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan untuk setiap sektor. Selain itu, PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. 2.2.3 Uraian Sektoral PDRB Kabupaten Siamalungun a. Sektor Pertanian Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan

memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang bertujuan untuk hobi saja. Kegiatan pertanian biasanya bercocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu, dan pengambilan hasil hutan, seta pemburuan binatang liar. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkan dalam 3 sub sektor, yaitu sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas), sub sektor pertambangan tanpa migas, dan sub sektor penggalian. Jumlah perusahaan/usaha pertambangan dan penggalian di Kabupaten Simalungun masih relatif kecil, yaitu sebanyak 129 usaha dimana semua usaha tersebut merupakan galian C. Galian C tesebut terbanyak terdapat di Kecamatan Hatonduhan 16 usaha, Kecamatan Panei dan Siantar 14 usaha, dan di Kecamatan Tanah Jawa 12 usaha. c. Sektor Industri Pengolahan Sektor perindustrian merupakan sektor yang cukup diandalkan dalam perekonomian Kabupaten Simalungun. Ini tergambar dari persentase sumbangannya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Simalungun tahun 2008 atas dasar harga berlaku sebesar 18,86 % yang merupakan penyumbang terbesar setelah sektor pertanian. Industri Kabupaten Simalungun dibagi dalam empat golongan yaitu, Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil, dan Industri Rumah Tangga. Penggolongan ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi serta tidak memeperhatikan modal yang digunakan.

Banyaknya Industri Besar dan sedang di Kabupaten Simalungun sebanyak 55 perusahaan dan tenaga kerja yang diserapnya sebanyak 10.053 orang. Untuk industri kecil dan rumah tangga yang terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebanyak 310 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 3975 orang. d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kebutuhan listrik di Kabupaten Simalungun di pasok oleh PL wilayah II Pematangsiantar, yang mana dari 31 kecamatan yang ada keseluruhannya sudah mendapat penerangan listrik, dengan jumlah pelanggan sebanyak 164.278 pelanggan. Jumlah pelannggan terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar, kemudian Kecamatan Bandar, Kecamatan Ujung Pandang, dan Kecamatan Tapian Dolok. Air minum yang dikelola PDAM Tirta Lihou, Tirta Uli, dan Tirta adi dapat dinikmati oleh hampir semua Kecamatan kecuali Pematang Sidamanik, Panombean Panei, Jawa Maraja Bah Jambi, Bandar Masilam, Bosar Maligas, dan Ujung Pandang. e. Sektor Bangunan Kegiatan sektor Bangunan Kabupaten Simalungun terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia.

f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran meliputi: 1. Perdagangan Besar dan Eceran 2. Hotel 3. Restoran g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi terdiri dari: 1. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini terdiri dari angkutan jalan raya, angkutan sungai, angkutan danau, angkutan laut, angkuatan penyebrangan, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. 2. Komunikasi Sub sektor ini terdiri dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi. h. Sektor Keuangan, Persewahan, dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewahan, dan jasa persewahan meliputi: 1. Bank 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 3. Jasa Penunjang Keuangan

i. Jasa-jasa Termasuk Jasa Pelayanan Pemerintahan Mencakup kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, jasa pemerintahan lainnya, jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dan rumah tangga. 2.2.4 Sektoral PDRB yang Diramalkan Berdasarkan data yang terdapat di BPS (Badan Pusat Statistik), terdapat tiga Kontributor utama yang menggerakan perekonomian di Kabupaten Simalungun. Kontributor-kontributor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa. Sektor pertanian memberikan kontribusi sekitar 54,7 %, industri 18,86%, dan sektor jasa 10,04%. Oleh karena itu, sangat tepat apabila salah satu dari tiga kontributor yang menggerakkan perekonomian Kabupaten Simalungun tersebut dianalisis dan diramalkan. Karena keterbatasan penulis, maka dalam kesempatan kali ini penulis hanya meramalkan dan menganalisis data Sektor Industri Pengolahan