BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner & Suddart,2000). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2010) yang menemukan bahwa adanya hubungan antara gastritis dengan keteraturan makan, frekuensi makan, kebiasaan makan pedas, kebiasaan makan asam, dan frekuensi minuman iritatif. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Gastritis merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian. Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum, 2010). Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah 1
2 kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis memerlukan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Penyakit gastritis yang memiliki gejala nyeri di daerah ulu hati, mual, muntah, lemas, perut kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, serta selalu bersendawa ini banyak diderita orang - orang usia tua di negara maju. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak diderita orang - orang usia dini (Wijoyo, 2009). World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35 %, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2010). Indonesia secara global menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2 %. Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang (Depkes RI, 2010).
3 Seiring perubahan zaman penyakit gastritis sekarang juga banyak diderita pada kalangan remaja (Soetjiningsih, 2004). Menurut Potter (2005), masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sanggat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan, termasuk pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk sehingga menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali. Hal itu menyebabkan remaja rentan terkena penyakit gastritis. Penyakit gastritis ini meningkat pada kalangan mahasiswa yang merupakan golongan remaja akhir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sebayang (2011), dalam penelitiannya jumlah penderita gastritis dari 88 orang responden mayoritas berusia antara 18 sampai 23 tahun yaitu 74 orang (84,1%). Gastritis yang pada awalnya terjadi karena pola makan yang tidak teratur menyebabkan lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan mahasiswa salah satunya dipengaruhi oleh isu yang sedang marak dikalangannya yaitu body image (citra diri). Hasil penelitian Kusumajaya, dkk (2007) menjelaskan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi body image terhadap frekuensi makan, dimana semakin negatif persepsi body image (menganggap diri gemuk) maka akan cenderung mengurangi frekuensi makannya. Diketahui bahwa 41,1% responden merasa memiliki berat badan yang lebih dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu merasa diri gemuk tapi sebenarnya kurus, merasa normal tapi sebenarnya
4 kurus dan merasa gemuk tapi sebenarnya normal. Kejadian ini cenderung terjadi pada remaja putri, yaitu sekitar 45,2%. Sedangkan pada remaja putra sekitar 35%. Keinginan untuk menurunkan berat badan lebih banyak terjadi pada remaja putri (37,6%) dibandingkan remaja putra (37%). Menurut penelitian Yunita (2010), menemukan 70% dari responden penelitiannya yang terkena penyakit gastritis berjenis kelamin perempuan. Selain itu aktivitas mahasiswa yang padat menyebabkan mahasiswa sering terlambat makan, secara alami lambung terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulus. Bila seseorang telat makan 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium ( Sediaoetama, 2004 ). Gaya hidup mahasiswa seperti merokok, minum alkohol, dan minum kopi juga sangat mempengaruhi kejadian penyakit gastritis. Menurut penelitian Angkow (2014) ada hubungan faktor pola makan, faktor merokok, faktor minum alkohol dan faktor minum kopi terhadap kejadian penyakit gastritis. Hal ini disebabkan karena merokok, minum minuman beralkohol, dan meminum kopi dapat merusak lapisan perlindungan lambung. Selain itu mahasiswa juga memiliki kerentanan terhadap stress yang dapat disebabkan oleh aktivitas perkuliahan, pergaulan, bahkan masalah yang datang dari keluarga. Menurut Murjayanah (2010) dalam penelitiannya mengatakan
5 bahwa ada hubungan antara riwayat stress psikis dengan kejadian penyakit gastritis. Hal ini terlihat dari jumlah penderita gastritis yang stress sebanyak 64,3% (18 orang), sedangkan jumlah penderita gastritis yang tidak stress sebanyak 35,7% (15 orang). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vera Uripi (2001:19) menyatakan bahwa stres dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan di lambung. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti melalui wawancara pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, dari 10 orang yang diwawancara ditemukan 60% (6 orang) menderita penyakit gastritis. Banyak mahasiswa yang mengabaikan gejala gejala penyakit gastritis, padahal penyakit gastritis yang tidak diobati dapat mengakibatkan tukak lambung bahkan kanker lambung. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh penyakit gastritis ini khususnya pada mahasiswa maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi pencegahan penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menjelaskan gambaran faktor faktor yang mempengaruhi pencegahan penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat predisposing factors dalam mencegah terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2015 2. Untuk mengetahui tingkat enabling factors dalam mencegah terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2015. 3. Untuk mengetahui tingkat reinforcing factors dalam mencegah terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2015.
7 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat agar melengkapi fasilitas kantin agar dapat mengurangi kemungkinan mahasiswa terkena penyakit gastritis. 2. Sebagai bahan masukan dan pengetahuan kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat tentang pencegahan penyakit gastritis. 3. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian selanjutnya.