PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fenomena promosi menggunakan jasa Sales Promotion Girl (SPG) SPG juga banyak digunakan untuk berbagai event, seperti pameran atau

PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT

BAB II. Gambaran Umum Sales Promotion Girls

BAB V PENUTUP. dilakukan. Merujuk pada fokus penelitian yang terkait bagaimana bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan penjualan produk. Pengertian SPG dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan kulit wajah secara teratur sangat penting dilakukan. secara langsung. Dalam mengatasi masalah tersebut kaum pria

BABI. Meningkatnya partisipasi seorang wanita ke dunia karir merupakan topik. yang selalu aktual untuk dibicarakan. Pandangan tradisional cenderung

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pemasaran, promosi merupakan suatu elemen penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya saja. Persaingan sekarang bukanlah apa yang diproduksi perusahaan dalam

FENOMENA SALES PROMOTION GIRL (SPG) FREELANCE PADA MAHASISWADI KOTA SURAKARTA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dalam menjalankan semua aktifitas yang berhubungan dengan

Public Relation terpecah kedalam marketing public relations dan corporate public relations.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja merupakan hak baik bagi laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. siapapun dapat berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, mereka berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. maksimal untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang bersifat heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa industri perbankan adalah merupakan industri yang menjual. kepercayaan kepada masyarakat sebagai nasabahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

MODUL. Strategi Image/Soft Sell (3 SKS) Oleh : Dra. Nanik Ismiani

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. 2 Berdasarkan wawancara dengan Nia, mahasiwa UKSW pada hari Minggu 11 Desember

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini membuktikan dugaan hipotesis dapat diterima yaitu :

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk. pemasaran itu dilakukan baik sebelum maupun sesudah pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga. memenuhi kebutuhan konsumen, serta memberikan kepuasan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin tinggi tingkat

Nama perusahaan: PRIDE Organizer. Alamat: Jl. Asia Afrika No , Bandung 40261, Indonesia. Pendiri: Ajie Perdana dan Anne Isabella.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu keberhasilan dan dapat meningkatkan penjualan produk.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa kualitas produk, harga, dan promosi berpengaruh dan signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik sesuai dengan pertanyaan penelitian adalah:

BAB 5 PROTOTYPE. pada logo dan font, serta warna hitam sebagai background dari logo tersebut. karakter hanoman dalam pewayangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya perekonomian, semakin berkembang pula kegiatan

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Wanita tidak dapat dipisahkan dari kosmetik. Banyak beredar kosmetik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Djarum yang berada di daerah provinsi Lampung memiliki dua organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan.

METODE AHP DALAM PENILAIAN KINERJA SALES PROMOTION GIRLS (SPG)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ragam yang sesuai dengan kebutuhan manusia yang beragam, namun perusahaan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Di dalam sebuah perusahaan jasa, seperti agensi Sales Promotion Girl (SPG),

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan. Hal demikian juga berlaku untuk kaum perempuan. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi

I. PENDAHULUAN. Dunia yang semakin hari semakin berkembang menuntut manusia untuk maju

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan industri real estate yang sangat pesat karena

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENJUALAN ROKOK DENGAN CARA PROMOSI OLEH SALES PROMOTION GIRLS (SPG)

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan posisi dalam persaingan bisnis dengan tujuan untuk memperoleh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. minat konsumen di dalam perdagangan internasional. dibutuhkan adanya promosi yang efektif, harga yang kompetitif dibandingkan

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. III.1.1 Pendekatan komunikasi (pendekatan visual dan verbal)

BAB I PENDAHULUAN. kepada organisasi atau perusahaan. Kinerja Sales Promotion Girl (SPG) yang

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran atau lazim dikenal dengan istilah marketing telah lama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan teknik analisis Structural Equation

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok menjadi tempat perkembangan pertenakan lebah madu. dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. Bauran promosi adalah

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PERIKLANAN, PERSONAL SELLING DAN PROMOSI PENJUALAN TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN PRODUK CV. MUTIARASOLO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara menyeluruh. Berbicara masalah bisnis tentu tidak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi pada saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. senang menggunakan pakaian yang bermotif batik baik digunakan saat santai, kuliah

Abstrak. Kata kunci : opini, publik, iklan, periklanan, konsumen. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang asing, tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah. masih banyak usaha yamg memandang sempit peran aktif dari public relations itu

Transkripsi:

PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT Tantri/ Susanto PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Jl. Babarsari No.6 Yogyakarta 55281 ABSTRAK Karya Tulis Ilmiah ini membahas mengenai persepsi sales promotion girl terhadap profesinya dan respon SPG terhadap persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mencoba memberikan penjelasan tentang pandangan dari sisi SPG sendiri terhadap profesi atau pekerjaannya, dan juga bagaimana mereka menanggapi persepsi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam konteks ini subyek penelitian adalah lima informan yang memiliki profesi sebagai sales promotion girl yang sudah lama menjalankan profesi tersebut dan dua orang informan yang mewakili dari persepsi masyarakat. Hasil analisis diketahui bahwa persepsi SPG terhadap pekerjaan atau profesinya tidak seragam, namum pada umumnya mereka memandang profesinya relatif secara positif. SPG memandang profesinya sebagai: pekerjaan freelance, pekerjaan profesional, pekerjaan yang berprestis, pekerjaan yang dibutuhkan, dan pekerjaan yang kurang diterima oleh masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap sales promotion girl umumnya adalah negatif. Persepsi negatif terhadap SPG dan

profesinya merupakan stereotipe yang terbangun dari kesan permukaan yang terutama ditimbulkan dari pencitraan atas penampilan fisik dan body language para SPG. Sedangkan respon SPG terhadap persepsi negatif masyarakat terhadap mereka dan profesi SPG dapat dikategorikan sebagai respon pasif. Menurut narasumber penelitian ini, para SPG itu akhirnya sudah terbiasa dengan pandangan negatif dari masyarakat dan tidak membuat mereka mundur dari pekerjaannya sebagai SPG Kata Kunci: Persepsi, Respon, dan Sales Promotion Girl A. Latar Belakang Fenomena promosi menggunakan jasa Sales Promotion Girl (SPG) semakin marak dilihat dari banyaknya perusahaan yang menggunakan jasa mereka untuk mempromosikan maupun menjual produknya secara langsung. Jasa SPG juga banyak digunakan untuk berbagai event, seperti pameran atau peluncuran produk baru. Permintaan yang tinggi terhadap jasa SPG dapat dilihat dari banyaknya iklan lowongan pekerjaan tersebut di berbagai media. Penampilan SPG yang menarik dianggap dapat membantu memperkenalkan suatu produk dan mengundang perhatian konsumen terhadap produk tersebut. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, SPG yang berpenampilan menarik diharapkan dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Pekerjaan sebagai SPG nampaknya memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak perempuan muda, antara lain karena tidak menuntut tingkat pendidikan yang tinggi tetapi imbalan finansial yang diterima relatif cukup besar.

Namun profesi SPG ini juga rentan terhadap berbagai isu-isu negatif. Pakaian sexy dan minim, riasan yang mencolok, dan sikap yang centil dari sebagian SPG ketika berusaha menarik perhatian konsumen telah melahirkan persepsi negatif di masyarakat terhadap profesi ini. SPG dinilai hanya mengandalkan kemolekan tubuh dan riasan wajah saja tanpa didasari oleh pendidikan yang tinggi atau keahlian. Isu lain yang juga makin memperburuk citra profesi ini adalah bahwa SPG menggunakan profesi ini untuk melakukan prostitusi terselubung. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa profesi ini secara umum masih dipandang rendah oleh masyarakat, dan dianggap sebagai profesi yang "kurang baik." Oleh karena itu dalam penelitian ini merupakan upaya untuk mencoba memberikan penjelasan tentang pandangan dari sisi SPG sendiri terhadap profesi atau pekerjaannya, dan juga bagaimana mereka menanggapi persepsi negatif masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta dimana peneliti di samping sebagai mahasiswa, juga menjalani profesi sebagai SPG freelance. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Apa yang dipersepsikan SPG terhadap profesinya. 2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap profesi sales promotion girl. 3. Untuk mengetahui respon sales promotion girl terhadap persepsi masyarakat pada profesinya.

C. Hasil Analisis C.1 Persepsi SPG terhadap Profesinya Pada bagian ini akan diuraikan apa persepsi SPG terhadap profesinya, dengan kata lain para SPG tersebut memandang atau memaknai profesinya sebagai apa. Apa yang akan diuraikan tersebut bukan merupakan kategorisasi yang dibuat secara metodis, melainkan simpulan dari pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh SPG dalam wawancara yang kemudian diabstraksikan oleh peneliti. Apa yang digambarkan disini lebih merupakan ragam pandangan dari SPG. Para SPG memandang profesi mereka sebagai: pekerjaan freelance, pekerjaan professional, prestis, profesi yang dibutuhkan, dan profesi yang kurang diterima masyarakat. Kategorisasi persepsi SPG terhadap profesinya merupakan bukan hasil kategorisasi yang dibuat secara metode, melainkan gambaran umum (realitas), yang mewakili pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh SPG. Hal itu diabstraksikan oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara terhadap SPG, para SPG memiliki persepsi pekerjaan mereka, bahwa pekerjaan sebagai SPG terbagi dalam jenis pekerjaan freelance, pekerjaan profesional, prestis, profesi yang dibutuhkan, dan profesi yang kurang diterima masyarakat. C.2 Pekerjaan Freelance Menurut para informan, kebanyakan teman SPG yang mereka kenal memandang pekerjaannya sebagai SPG merupakan pekerjaan freelance, pekerjaan sambilan atau bukan pekerjaan tetap yang utama. Pada umumnya, SPG yang

berpandangan demikian memang bekerja sebagai secara kebetulan saja. Ketika mereka sedang menganggur atau sedang mencari-cari pekerjaan, ada tawaran dari teman, lalu daripada menganggur lalu memutuskan untuk mencoba bekerja sebagai SPG, meskipun sebelumnya tidak berminat atau berencana bekerja sebagai SPG. C.3 Pekerjaan Profesional Persepsi itu berbeda di kalangan SPG yang bekerja sebagai pegawai di deparment store (seperti Matahari atau Centro) atau yang dikontrak oleh perusahaanperusahaan besar produsen produk-produk bermerek terkenal. Mereka lebih melihat pekerjaan SPG sebagai profesi tetap yang sudah mapan. Dengan kata lain, para SPG ini lebih memandang pekerjaannya secara profesional. Bagi mereka, untuk menjadi seorang SPG tidak cukup modal tampang dan penampilan yang menarik saja tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk memasarkan produk. Selain itu menurut salah seorang narasumber yang diwawancarai, SPG juga harus mempunyai good attitude, dan mau selalu belajar untuk meningkatkan product knowledge (pengetahuan produk), serta mau terus berlatih untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasinya. Menurutnya, "kalau penguasaan materi produk SPG kurang dan kurang bisa menjawab pertanyaan konsumen sehingga sampai salah menyampaikan deskripsi suatu produk, maka SPG itu tidak akan bertahan lama." Jika hanya penampilan saja yang baik dan menarik tanpa keterampilan berkomunikasi, maka bagaimana para SPG tersebut bisa menjelaskan produknya agar bisa dibeli oleh konsumen.

C.4 Prestis Meskipun pekerjaan SPG sering dipandang tidak baik oleh masyarakat, namun ada juga sebagian SPG yang justru memandang pekerjaannya memiliki nilai terseendiri, dan mereka cukup bangga bekerja sebagai SPG. Selain itu, bagi sebagian SPG dari produk-produk yang berkelas (bermerek), ada kebangaan apabila mereka dapat mempromosikan produk tersebut, disamping kadang mereka juga mendapat kesempatan untuk memiliki produk tersebut (meskipun hanya berupa contoh produk). C.5 Profesi yang dibutuhkan Dari hasil wawancara dengan para informan, peneliti memperoleh gambaran bahwa sebagian besar SPG cukup menyadari bahwa dalam sebuah promosi dan pemasaran suatu produk, kehadiran seorang sales promotion girl sangat berperan dalam membantu perusahaan dalam memperkenalkan suatu produk dan menarik perhatian konsumen terhadap produk tersebut. Peneliti melihat bahwa sebagian besar SPG telah mengetahui dan memahami fungsi serta tugas seorang SPG dalam pemasaran sebuah produk. Mereka juga mengetahui bahwa profesinya dibutuhkan perusahaan untuk mempromosikan produk dan menjualnya kepada konsumen. Profesi ini tidak hanya untuk mempromosikan produk, namun para SPG juga melihat bahwa profesi mereka sebagai ujung tombak masa depan perusahaan.

C.6 Profesi yang kurang diterima masyarakat Menurut semua informan dalam penelitian ini, pada awalnya memang kebanyakan para SPG sangat merasakan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi mereka, dan juga merasa kurang diterima oleh masyarakat. Banyak dari SPG yang merasa kurang nyaman ketika banyak mata memandangi mereka dengan suarasuara sumbang, pandangan curiga, merendahkan, dan bahkan pandangan "nakal". Pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap mereka akhirnya ikut mempengaruhi pandangan mereka sendiri terhadap pekerjaan atau profesinya. Cukup banyak SPG yang awalnya juga memandang negatif profesinya tersebut. Namun lama kelamaan, mereka terutama yang berhasil berkembang SPG yang profesional, mampu membangun persepsi yang lebih positif terhadap pekerjaannya. D. Persepsi Masyarakat terhadap SPG (Sales Promotion Girl) Pandangan masyarakat terhadap pekerjaan atau profesi sales promotion girl, sebetulnya cukup bervariasi atau berbeda-beda. Tidak semua orang memberikan komentar negatif, ada juga yang memberikan opini yang positif. Sebagai contoh ada dua penilaian dalam persepsi masyarakat yang pertama dalam hal negatif seperti berpakaian sexy dalam bekerja lebih menonjolkan bentuk fisik tubuh, make up yang berlebihan dan dengan gaya bicara lemah gemulai atau menggoda dalam pandangan masyarakat keberadaan SPG atau sejenisnya yang umumnya berpakaian sexy acap kali dicitrakan negatif, dan ada pernyataan SPG yang bisa di-bo (book out). BO adalah istilah yang digunakan bagi SPG yang bisa diajak check-in di hotel. Hal seperti itu sering terjadi walaupun sebagian besar tidak semua

SPG demikian, maka hal tersebut yang membuat opini masyarakat menjadi negatif. Dan yang kedua adalah penilaian yang positif seperti membantu konsumen dalam menginformasikan kualitas produk tersebut sampai dengan cara perawatannya, dan membantu memilihkan barang yang sesuai dengan kebutuhan dan apa yang diinginkan oleh konsumen. E. Respon Sales Promotion Girl terhadap persepsi negatif masyarakat Dalam memberikan respon, para sales promotion girl terhadap persepsi negatif masyarakat, SPG memberikan respon yang berbeda-beda, ada yang memberikan respon pasif dan ada pula yang memberikan respon aktif. Mengenai pandangan negatif masyarakat terhadap sales promotion girl, para SPG tersebut umumnya menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa terhadap pandangan negatif tersebut. Namun semua informan penelitian ini sales menyayangkan pandangan atau stigma negatif yang diarahkan ke semua SPG.dan profesinya. Oleh karena menurut mereka, sebenarnya pekerjaan sebagai sales promotion girl sama seperti pekerjaan yang lain, dan boleh dikata hanya sebagian kecil SPG yang berperilaku buruk, dan itu lebih tergantung pada pribadi masing-masing SPG. Dari informasi yang didapat oleh peneliti mengenai respon sales promotion girl terhadap persepsi negatif masyarakat, sebagian besar SPG lebih banyak memberikan tanggapan atau respon yang pasif. Dengan kata lain, mereka lebih banyak diam, atau tidak melakukan tindakan apa-apa. Ini terutama mereka merasa tidak ada gunanya memberi tanggapan atau berreaksi terhadap pandangan masyarakat

yang sudah terlanjur negatif. Lebih jauh, mereka juga tidak berusaha melakukan tindakan untuk merubah persepsi tersebut. Sebagian SPG relatif tidak terpengaruh pada persepsi umum masyarakat yang negatif, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka juga mengalami perlakuan yang baik dari warga masyarakat di sekitar mereka tinggal. Hal itu membuat mereka tetap menilai profesinya secara positif, meskipun ada sebagian masyarakat yang menilainya negatif. F. Kesimpulan Sales Promotion Girl atau SPG merupakan ujung tombak dari suatu perusahaan dalam memperkenalkan atau mempromosikan produk yang dihasilkannya. Pertimbangan utama kebanyakan perempuan muda memilih bekerja sebagai SPG adalah karena pekerjaan ini tidak menuntut tingkat pendidikan formal yang tinggi, waktu kerjanya fleksibel, dan imbalan finansialnya lumayan besar. Persepsi SPG terhadap pekerjaan atau profesinya tidak seragam, namum pada umumnya mereka memandang profesinya relatif secara positif. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa para SPG memandang profesinya sebagai: pekerjaan freelance, pekerjaan profesional, pekerjaan yang berprestis, pekerjaan yang dibutuhkan, dan pekerjaan yang kurang diterima oleh masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap sales promotion girl umumnya adalah negatif. Tetapi sebetulnya ada juga yang positif, terutama dalam pandangan mereka yang

memiliki pandangan luas (tidak berpikiran sempit), dan pengetahuan yang memadai tentang profesi SPG. Persepsi negatif terhadap SPG dan profesinya merupakan stereotipe yang terbangun dari kesan permukaan yang terutama ditimbulkan dari pencitraan atas penampilan fisik dan body language para SPG. Masyarakat umum memandang penampilan fisik yang dilihat dari cara berpakaian, cara berdandan, gesture (body language) para SPG sebagai berlebihan dan memberikan kesan sensual dan seronok yang kurang cocok dengan budaya ketimuran (Indonesia). Meskipun kebanyakan SPG tidak sependapat dengan apa yang dipersepsikan masyarakat terhadap mereka, para SPG umummnya lebih mengambil sikap diam saja atau dapat dikatakan bersikap acuh tidak acuh atau tidak mempedulikan pandangan masyarakat terhadap dirinya. Menurut narasumber penelitian ini, para SPG itu akhirnya sudah terbiasa dengan persepsi masyarakat mengenai mereka, dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa juga untuk merubahnya. Namun itu tidak membuat mereka mundur dari pekerjaannya sebagai SPG, karena mereka mempunyai motivasi dan pemikiran sendiri dalam memilih dan menjalankan profesi tersebut. Daftar Pustaka Dewanda, Utara, dan Utomo. 2013. Studi Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Sales Promotion Girl Event Di Surakarta. Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maulina Silvia. 2010. Menjadi Sales Promotion Girl http://akumassa.org/kontribusi/dki-jakarta/menjadi-sales-promotion-girl-spg/ (akses pada 13 maret 2014)