Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DENGAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

KEANEKARAGAMAN PREDATOR DAN PARASITOID HAMA MANGROVE DI KAWASAN RESTORASI TAMAN NASIONAL SEMBILANG SUMATERA SELATAN

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10. Ferhat Aziz *

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

STUDI AWAL DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

INVESTIGASI AWAL PERFORMA NEUTRONIK ONLINE REFUELING PASSIVE COMPACT MOLTEN SALT REACTOR

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

ANALISIS REAKTIVITAS BATANG KENDALI TERAS SETIMBANG SILISIDA RSG-GAS DENGAN SRAC-

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN WATER INGRESS YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi YANG HANYA MEMERLUKAN INPUT URANIUM ALAM DALAM SIKLUS OPERASINYA. Rida Siti NM dan Zaki Su ud *

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

PERHITUNGAN PEMBAKARAN LENGKAP (BURN-UP) REAKTOR AIR SUPERKRITIS BAHAN BAKAR THORIUM MODEL PERANGKAT (ASSEMBLY) HEKSAGONAL MENGGUNAKAN SRAC.

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

ANALISIS PARAMETER KINETIKA TERAS HTR-10 DARI ASPEK STATIS DAN TRANSIEN

PENGARUH PENGAYAAN URANIUM TERHADAP NILAI FAKTOR MULTIPLIKASI EFEKTIF (k eff ) REAKTOR SUHU TINGGI HTR PROTEUS

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

ANALISIS PERFORMA UNTUK SISTEM TURBIN DAN KOMPRESOR. Oleh Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN

ANALISIS PERUBAHAN MASSA BAHAN FISIL DAN NON FISIL DALAM TERAS PWR

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

RANCANGAN NEUTRONIK REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb DAYA 200 MW(T)

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

DESAIN REAKTOR AIR SUPERKRITIS (SUPERCRITICAL WATER REACTOR) MODEL TERAS SILINDER (r,z) MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM THORIUM.

DESAIN INTI TERAS REAKTOR (CORE) X-Y DUA DIMENSI MODEL REAKTOR PWR UNTUK REAKTOR SCWR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR THORIUM. (Skripsi)

Transkripsi:

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan analisis perhitungan neutronik pada gas cooled fast reactor (GCFR) menggunakan program SRAC yang dikembangkan oleh JAERI. Parameter neutronik pada GCFR yang diamati adalah nilai faktor multiplikasi (k eff ) dan burn up level pada teras reaktor. Analisis neutronik dilakukan untuk tiga variasi bahan pendingin, yaitu: helium, karbon dioksida dan nitrogen. Pada reaktor diterapkan strategi shuffling, yang bertujuan agar reaktor dapat beroperasi menggunakan uranium alam. Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan spesifikasi umum reaktor, menentukan nilai densitas dan variasi fraksi volume yang akan digunakan pada program. Selanjutnya, dilakukan perhitungan power level pada bagian sel. Hasil perhitungan akan dihomogenisasi dan dicolapsing berdasarkan grup yang telah ditentukan. Kemudian hasil ini digunakan pada perhitungan teras untuk mendapatkan faktor multiplikasi dan power density. Proses ini terus berulang sampai didapatkan power level yang homogen dengan error 10-6. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa pendingin karbon dioksida dengan fraksi coolant 25% mempunyai nilai faktor multiplikasi (k eff ) dan burn up level yang paling optimal. Kata kunci: analisis neutronik, bahan pendingin, GCFR, karbon dioksida. ABSTRACT A simulation of neutronic analysis on gas cooled fast reactor (GCFR) by using SRAC program developed by JAERI has been done. Neutronic parameters on GCFR investigated were multiplication factors (k eff ) and burn up level in reactor core. Neutronic analysis were conducted for three variations of coolant, respectively: helium, carbon dioxide and nitrogen. This reactor uses shuffling strategy, so that reactor can operate with natural uranium. Firstly, general specification of reactor is set, determine the value of density and variation of the volume fraction that will be used in the program. Then has been, calculating of power level in cells. The result will be homogenized and colapsing based on a group that determined. The results used for core calculation to get multiplication factors and power density. This process repeat until the power level homogen with error less than 10-6. The result of simulation show that carbon dioxide with 25% coolant fraction has optimal multiplication factors (k eff ) and burn up level. Keywords: neutonic analysis, coolant, GCFR, carbon dioxide. I. PENDAHULUAN Energi nuklir merupakan salah satu solusi alternatif dalam menghasilkan energi yang sedang dikembangkan saat ini. Energi nuklir menghasilkan energi yang besar, dengan keuntungan lainnya yaitu: tidak menimbulkan polusi dan ekonomis. Energi nuklir dihasilkan dari pembelahan inti berat menjadi inti ringan diikuti dengan pelepasan energi yang dapat terjadi secara berantai. Energi nuklir hasil pembelahan inti perlu dikendalikan dalam suatu tempat yang disebut reaktor nuklir. Berdasarkan spektrum neutronnya reaktor nuklir dibedakan menjadi reaktor termal (thermal reactor) dan reaktor cepat (fast reactor). Reaktor termal menggunakan neutron termal pada proses reaksinya. Pada reaktor termal diperlukan sebuah moderator untuk memperlambat neutron yang dihasilkan dari proses fisi untuk melakukan fisi selanjutnya. Reaktor cepat merupakan reaktor yang menggunakan neutron cepat untuk proses fisinya. Reaktor ini tidak memerlukan moderator sehingga neutron cepat langsung digunakan untuk proses berikutnya. Pada reaktor cepat neutron memiliki energi (1-2) MeV, yang mampu mengubah bahan fertil menjadi bahan fisil (Duderstadt, 1976). Pada reaktor nuklir, energi yang dihasilkan berupa panas atau kalor. Oleh karena itu reaktor membutuhkan bahan pendingin yang bersifat mampu menyerap panas dengan baik, daya serap terhadap neutron rendah, stabil dalam lingkungan radiasi dan suhu tinggi. Pendingin ini dimanfaatkan untuk menyalurkan panas yang dihasilkan pada saat reaksi fisi berantai terjadi. Pemakaian bahan pendingin harus berdasarkan pada syarat ideal dari karakteristik pendingin. 28

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Dalam perancangan reaktor diperlukan analisis yang komprehensif, yaitu meliputi analisis neutronik, analisis termalhidrolik, dan analisis keamanan. Serangkaian perhitungan neutronik sangat diperlukan untuk mengetahui informasi seperti persediaan dan fraksi fisil yang dibutuhkan, data siklus bahan bakar, distribusi fluks neutron dan distribusi daya. Analisis neutronik diawali dengan penyelesaian persamaan difusi untuk memperoleh gambaran distribusi neutron, faktor multiplikasi dan distribusi daya di dalam reaktor. Reaktor cepat generasi IV merupakan reaktor yang sedang dikembangkan saat ini,salah satunya adalah gas cooled fast reactor (GCFR). GCFR adalah reaktor yang baik dalam hal ketahanan karena mempunyai siklus bahan bakar tertutup dan sangat bagus dalam manajemen aktinida. Selain itu, GCFR yang beroperasi pada suhu 850 o C juga mendukung dalam produksi hidrogen. Penelitian sebelumnya menggunakan gas helium sebagai pendingin pada GCFR. Helium sudah dibuktikan mempunyai beberapa keunggulan seperti: memiliki kemampuan menyerap neutron dan daya moderasi yang rendah, beroperasi pada satu fasa yaitu gas, tidak menjadi radioaktif dan lain-lain. Namun helium akan bekerja maksimal pada saat kemurnianya (purity) terjaga. Pada saat helium sudah tercampur dengan unsur pengotor yang masuk ke sistem pendingin, maka pada suhu yang sangat tinggi akan menjadi gas kontaminan yang bisa menurunkan efisiensi transfer panas dari sistem pendingin (Supriatna, 2008). Selain helium, karbon dioksida dan nitrogen dapat juga digunakan sebagai pendingin pada reaktor cepat berpendingin gas. Keunggulan karbon dioksida adalah mampu bekerja pada tekanan yang rendah, dan menurut Fauzia (2009) karbon dioksida memiliki kapasitas panas dan koefisien panas yang tinggi dibandingkan dengan helium. Nitrogen merupakan gas yang tidak aktif bereaksi dengan unsur lainnya. Kedua jenis gas ini berada pada kondisi tidak ideal (bukan gas mulia) sehingga memberikan kelebihan pada efisiensi termal yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik neutronik teras reaktor GCFR dengan memvariasikan jenis pendingin yaitu: helium (He), karbon dioksida (CO 2 ) dan nitrogen (N 2 ). Analisis dilakukan terhadap nilai faktor multiplikasi dan burn up level pada teras reaktor. Setelah mengetahui karakteristik neutronik, dapat dilakukan pemilihan pendingin yang sesuai untuk reaktor GCFR. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk menjadi dasar dalam menentukan jenis pendingin yang sesuai untuk reaktor GCFR. II. METODE Penelitian ini dilakukan melalui simulasi komputasi menggunakan kode program SRAC (Standard Thermal Reactor Analysis Code System) yang dikembangkan oleh JAERI (Japan Atomic Energy Research Institute). Desain reaktor yang digunakan adalah reaktor cepat berpendingin gas dengan spektrum neutron cepat menggunakan strategi shuffling arah radial. Pada simulasi ini reaktor dioperasikan pada siklus tertutup yaitu siklus dimana selama operasi berlangsung tidak dilakukan pengisian ulang bahan bakar pada reaktor. Spesifikasi umum desain reaktor yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Spesifikasi model disain teras reaktor Parameter Deskripsi Daya (MWth) 550 Tipe pin cell Cylinder cell Geometri teras 2-D Cylinder Jumlah region bervolume sama dalam arah radial 10 Periode refueling 10 tahun Bahan bakar (fuel) UN dan PuN Struktur (cladding) SS316 Diameter Pin /pitch 1,4 cm Tinggi teras aktif 3,5 m Diameter teras aktif 2,4 m Lebar reflektor 50 cm (Sumber: Irka, 2011) 29

Pada penelitian ini dilakukan variasi jenis bahan pendingin (coolant) yang dipakai yaitu: helium, karbon dioksida dan nitrogen. Fraksi material untuk fuel, cladding dan coolant dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pembagian distribusi sel Fuel Cladding Coolant %V %V %V 45 10 45 50 10 40 55 10 35 60 10 30 65 10 25 Data nuklir yang digunakan pada penelitian ini adalah data nuklida dari JENDL-3.2, SRAC akan melakukan perhitungan dan menghasilkan data penampang lintang makroskopik dari masing-masing material teras reaktor (Okumura, dkk., 2007). Untuk diagram alir perhitungan dapat dilihat pada Gambar 1. Mulai Input data variasi Rx,fraksi pendingin, tebakan awal power level (P i ) ke modul PIJ, Perhitungan cell dan burn up pada modul Homogenisasi dan colapsing Perhitungan teras pada modul CITATION [P i -P i+1 ] 10-6 Hasil perhitungan berupa k-eff, MWD/TON, power density, rasio konversi U-238 ke Pu-239 Selesai Gambar 1 Diagram blok perhitungan desain reaktor dengan SRAC 30

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Faktor Multiplikasi Faktor multiplikasi menunjukkan keadaan neutronik dari sebuah reaktor dan menjadi salah satu acuan dalam mendesain sebuah reaktor. Faktor multiplikasi diharapkan selalu bernilai kritis untuk menjamin keberlangsungan operasi reaktor dengan pembangkitan daya yang terkendali dan stabil selama reaktor beroperasi. Nilai faktor multiplikasi yang diharapkan selalu berada dalam rentang nilai (1 ± 0,05) selama reaktor beroperasi. Gambar 2 Nilai k eff pada pendingin helium Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa selama 10 tahun beroperasi nilai faktor multiplikasi pada pendingin helium cenderung turun, walaupun nilainya masih dalam rentang k eff 1. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya waktu burn up, maka densitas bahan bakar fisil dan fertilnya menjadi berkurang. Berkurangnya densitas bahan bakar fisil dan fertil mengakibatkan jumlah neutron yang dihasilkan pada satu generasi menjadi berkurang dibandingkan generasi sebelumnya. Gambar 3 Nilai k eff pada pendingin karbon dioksida Semakin kecil fraksi coolant yang digunakan maka neutron yang diserap oleh pendingin semakin sedikit, sehingga reaksi fisi lebih banyak terjadi. Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa selama 10 tahun beroperasi nilai k eff dari karbon dioksida berada dalam keadaan kritis karena k eff 1 sehingga reaktor dapat beroperasi dengan baik. 31

Gambar 4 Nilai k eff pada pendingin nitrogen Dari Gambar 4 dapat dilihat nilai faktor multiplikasi pada pendingin nitrogen, nilainya cenderung turun selama 10 tahun beroperasi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tampang lintang serap (absorpsi) dari nitrogen sangat besar, karena selama 10 tahun beroperasi neutron yang dihasilkan menjadi lebih sedikit. Selama reaktor beroperasi neutron lebih banyak yang diserap dari pada yang dihasilkan, sehingga reaktor tidak dapat bekerja dengan baik dan berada dalam keadaan subkritis. Gambar 5 Perbandingan nilai k eff pada ketiga pendingin (fraksi coolant 25%) Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai faktor multiplikasi pada pendingin karbon dioksida yang terbaik dibandingkan dengan helium dan nitrogen, karena nilai k eff karbon dioksida yang lebih mendekati nilai 1 dan cenderung lebih stabil. Nilai k eff terbaik sama-sama didapatkan pada fraksi fuel 65%, cladding 10 % dan coolant 25%. Dari ketiga jenis pendingin yang digunakan pada penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tinjauan neutronik karbon dioksida menunjukkan kinerja yang lebih optimal untuk reaktor GCFR. 3.2 Burn Up Level Burn up level menunjukkan banyaknya bahan bakar yang dibakar selama reaktor beroperasi. Pada awal pembakaran jumlah bahan bakar yang digunakan masih sedikit, jumlah ini terus meningkat selama waktu burn up. 32

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Gambar 6 Level burn up dengan variasi fraksi pendingin helium Dari Gambar 6 terlihat bahwa dengan bertambahnya fraksi coolant mengakibatkan jumlah bahan bakar yang di bakar menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar fraksi coolant yang digunakan, untuk mencapai daya keluaran yang sama dibutuhkan pembakaran bahan bakar yang lebih banyak. Sebaliknya, jika fraksi coolant yang digunakan kecil maka untuk mencapai daya keluaran yang sama tidak diperlukan pembakaran bahan bakar yang lebih banyak. Gambar 7 Burn up level dengan variasi fraksi pendingin karbon dioksida Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai burn up level pada pendingin karbon dioksida lebih kecil dibandingkan dengan helium dan nitrogen, hal ini dapat dilihat dari ketiga grafik bahwa burn up level dari karbon dioksida terlihat lebih rapat dan nilainya hampir mendekati antara yang satu dengan yang lainnya. 33

Gambar 8 Burn up level dengan variasi fraksi pendingin nitrogen Dari Gambar 8 dapat dilihat nilai burn up level pada pendingin nitrogen bahwa pada awal pembakaran jumlah bahan bakar yang di bakar masih sedikit, jumlah ini terus meningkat selama waktu burn up. Pada fraksi 45% nilai burn up level yang didapat berbeda dengan nilai burn up level yang lainnya. Nilai yang didapatkan seharusnya lebih besar dibandingkan dengan fraksi coolant 40%. IV. KESIMPULAN Penggunaan gas karbon dioksida pada fraksi coolant 25% menunjukkan hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan helium dan nitrogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai faktor multiplikasi yang didapatkan, selama 10 tahun beroperasi nilai k eff dari karbon dioksida berada dalam keadaan kritis karena k eff stabil dalam rentang nilai yang diharapkan (1 ± 0,05) dan perubahan nilainya sedikit dari waktu ke waktu sehingga reaktor dapat beroperasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Duderstadt, J. J. dan Hamilton, L. J., 1976, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley & Sons., Kanada. Fauzia, A. S., 2009, Studi Perbandingan Penggunaan Gas Helium Dan Karbon Dioksida sebagai Pendingin pada High Temperature Engineering Test Reactor (HTTR) Berbahan Bakar Mixed Oxide dan Aktinida Minor, Skripsi, ITB, Bandung. Irka, F. H., 2011, Studi Desain Reaktor Cepat Berpendingin Gas Dengan Bahan Bakar Uranium Alam Menggunakan Strategi Shuffling Arah Radial, Tesis, ITB, Bandung. Okumura, K., Kugo, T. dan Kaneko, K., 2007, SRAC2006: A Comprehensive neutronics calculation code system, JAERI, Jepang. Supriatna, P., 2008. Konsep Rancangan Sistem Pemurnian Gas Pendingin Primer pada High Temperature Reactor (HTR), Prosiding Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta. 34