BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada hakekatnya harus dapat memberikan kesempatan bagi

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

2016 PENERAPAN PEND EKATAN METAKOGNITIF D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut 1. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anugrah Ayumaharani Widianingsih, 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. Konsep-konsep dalam materi pelajaran kimia mempunyai keterkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi peseta didik. Peserta

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA DENGAN MELIBATKAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 PENGARUH GAYA BELAJAR REFLEKTOR DAN GAYA BELAJAR PRAGMATIS TERHADAP KETERAMPILAN BELAJAR METAKOGNITIF SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Kurniawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan telah berusaha untuk memperbaiki kemampuan siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

STRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pusat kajian statistik pendidikan Amerika (National Center for Educational

HUBUNGAN KESADARAN DAN REGULASI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran, sering dipahami sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Siswa yang berkualitas adalah siswa

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

Penerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning Tipe STAD untuk Melihat Perkembangan Metakognisi Siswa pada Materi Elastisitas

STUDI PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF PADA MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ELEMEN BERNALAR: IMPLIKASI DAN AKIBAT-AKIBAT PADA INDIKATOR MENGANTISIPASI SERTA MENCARI SOLUSI TERHADAP MASALAH MELALUI METAKOGNISI

PERBEDAAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SQUARE DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X

EFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK SMA TUGAS AKHIR SKRIPSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang baik maka proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar lainnya harus berjalan dengan kondusif. Ketika kondisi pembelajaran sudah dalam keadaan kondusif maka proses pembelajaran akan berjalan baik dan secara langsung akan berakibat terhadap peningkatan prestasi belajar siswa (Arikunto, 2006). Menciptakan proses interaksi yang baik dalam pembelajaran memerlukan kesadaran untuk belajar dari peserta didik dalam memahami proses pembelajaran dan langkah-langkah strategi kreatif dari pendidik dalam melangsungkan proses pembelajaran (Arikunto, 2006). Menurut Hamdani (2011), pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang menimbulkan perubahan struktur kognitif pada siswa. Perubahan struktur kognitif tersebut ditandai dengan adanya peningkatan prestasi belajar yang dialami oleh siswa. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar yang didapatkan siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk merekontruksi pengetahuannya sendiri secara sadar, karena pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, tetapi siswa harus aktif secara mental mengkontruksi pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (Romli, 2010). Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukan adanya kesadaran siswa untuk mengontrol proses berpikir dirinya sendiri, dan kesadaran tersebut sangat menentukan minat dan kemauan siswa untuk lebih memahami dan menaknai apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran (Hamdani, 2011).

2 Selama proses pembelajaran, siswa dituntut untuk mengenali kemampuan dirinya, baik itu kekurangan maupun kelebihannya (self-reflection) (Hamdani, 2011). Siswa harus bisa mengidentifikasi apa yang mereka harus lakukan dalam menyelesaikan persoalan ketika belajar, sehingga ketika hal tersebut bisa terjadi maka kesadaran siswa untuk memahami pembelajaran akan semakin meningkat. Meningkatkan kesadaran siswa dalam belajar sangat penting untuk membangun kesadaran berpikir mengenai apa yang dia ketahui dan yang tidak diketahuinya. Dalam kontek pembelajaran, ketika siswa sudah memiliki kesadaran tersebut maka siswa akan mengetahui bagaimana ia seharusnya belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif (Lidinillah, 2007) Meningkatkan kesadaran belajar dari siswa juga dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk menutupi kekurangan dirinya dalam menyelesaikan suatu persoalan (Hamdani, 2011). Perencanaan tersebut dapat siswa tuliskan didalam jurnal belajar hariannya. Jurnal belajar merupakan catatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa selama melakukan proses pembelajaran. Pada saat siswa dapat merekam semua kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran, maka siswa akan mudah untuk mengevaluasi proses belajar yang mereka lakukan. Evaluasi yang dilakukan secara mandiri (Self-Evaluation) akan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan evaluasi yang diberikan oleh orang lain (Arikunto, 2006). Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap proses pembelajaran yang sudah dipaparkan diatas seharusnya dilakukan ketika kegiatan pembelajaran. Namun pada kenyataanya, proses pembelajaran belum bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui bagaimana seharusnya ia belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki, dan mengetahui strategi terbaik untuk belajar efektif yang menyebabkan kemandirian siswa untuk belajar sangat rendah. Kenyataan di atas merupakan hasil observasi pada salah satu SMA Negeri dikota Bandung.

3 Hasil observasi tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran hanya sebatas transfer pengetahuan atau materi pelajaran dari guru ke siswa. Siswa jarang diberikan kesempatan untuk memahami suatu persoalan, merencanakan strategi pemecahan, melaksanakan strategi yang sudah dibuat dan menilai hasil pekerjaannya. Pengetahuan diri tentang potensi dan kemampuan siswa pun tidak dibangun sehingga siswa sangat jarang mengetahui kemampuan dan modalitas yang dimiliki. Hal itu menyebabkan siswa tidak mengetahui bagaimana seharusnya ia belajar dan tidak mengetahui strategi belajar yang paling efektif untuk dilakukan sehingga membuat hasil yang diraih siswa dalam pembelajaran kurang maksimal. Sejalan dengan hasil observasi tersebut, prestasi belajar siswa yang diukur dari nilai ulangan harian mengenai materi kesetimbangan dengan bentuk soal yang menuntut pemahaman konsep, menunjukan masih rendahnya siswa dalam menggunakan langkah-langkah yang tepat untuk memecahkan persoalan yang ada didalam soal, dan hanya 3 orang dari 36 siswa mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan kesadaran untuk belajar dari peserta didik dan langkah-langkah strategi kreatif dari pendidik dalam melangsungkan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk merekontruksi pengetahuannya sendiri (Romli, 2010). Ketika siswa mampu merancang, memantau, dan merefleksi proses belajar mereka secara sadar, maka siswa akan lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan modal bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektualitasnya. Kemandirian tersebut dapat dibangun ketika siswa memiliki kesadaran dalam mengelola dan mengatur kemampuan kognitifnya dalam merespon situasi atau persoalan. Kesadaran tersebut dapat dimiliki oleh siswa ketika ia memiliki kemampuan metakognitif (Lidinillah, 2007). Proses metakognitif melibatkan kesadaran siswa tentang pengetahuannya sendiri (thinking about thinking), yaitu mengetahui apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahuinya (Livingston, 1997). Dengan kesadaran seperti ini, siswa akan mampu mengatur dirinya (self-regulation) untuk mencapai tujuan

4 pembelajaran, yaitu siswa akan membuat kaitan antara gagasan-gagasannya dan menghubungkan antara gagasan tersebut dengan informasi baru. Selanjutnya, siswa akan berpikir tentang strategi yang efektif untuk menyelesaikan tugas pembelajarannya sehingga diperoleh pengetahuan yang utuh (Livingston, 1997). Proses metakognitif sangat kondusif untuk membimbing siswa berperan aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya secara bermakna sehingga kemampuan metakognitif sangat perlu dimiliki oleh siswa untuk digunakan selama proses pembelajaran dan akhirnya siswa akan mampu mencapai prestasi yang maksimal (Hamzah dalam Romli, 2010). Menurut Flavell (Livingston, 1997) bahwa metakognitif meliputi dua komponen, yaitu (a) Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge), dan (b) Pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Sedangkan menurut Mulbar (2008), belakangan ini perbedaan paling umum dalam metakognitif adalah memisahkan pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengatahuan kondisional. Sedangkan keterampilan metakognitif mengacu pada keterampilan prediksi (prediction skills), Keterampilan perencanaan (planning skills), keterampilan monitoring (monitoring skills), dan keterampilan evaluasi (evaluation skills). Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan metakognitif seseorang dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan metakognitifnya. Pelaksanaan strategi metakognitif dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Menurut Blakey & Spence (1990) tahapan yang bisa dilakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran metakognitif adalah Mengidentifikasi apa yang kamu ketahui dan apa yang kamu tidak ketahui, berbicara tentang berpikir (Talking about thinking), membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal), membuat perencanaan dan regulasi diri, Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process), dan Evaluasi diri (Selfevaluation). Strategi pembelajaran metakognitif dapat menjadi salah satu alternatif untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Hal ini karena Strategi

5 Pembelajaran metakognitif memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien (Romli, 2010). Jika strategi metakognitif ini diterapkan pada pembelajaran fisika, maka strategi ini bisa meningkatkan pemahaman terhadap kemampuan kognitif yang perlu dimiliki untuk membantu meningkatkan prestasi belajar fisika. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metakognitif merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Sedangkan strategi metakognitif merupakan cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir tentang aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang, sehingga bila kesadaran itu terwujud maka orang tersebut akan mampu mengawal pemikirannya dengan merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajarinya (Romli, 2010). Penelitian yang sudah dilakukan Amirivour (2011), menyatakan bahwa metode pembelajaran metakognitif efektif diterapkan dalam semua mata pelajaran khususnya sains termasuk fisika. Strategi metakognitif mampu meningkatkan kesadaran siswa untuk memahami apa yang mereka perlukan dalam menghadapi suatu pembelajaran, sehingga dengan menerapkannya dalam pembelajaran akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, kemampuan metakognitif berhubungan dengan prestasi belajar seseorang. Dari latar belakang yang diutarakan diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah implementasi strategi pembelajaran metakognitif dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA?

6 Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, maka perumusan di atas diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakan implementasi strategi metakognitif dalam proses pembelajaran? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif? C. Batasan Masalah Supaya penelitian lebih terarah, maka di dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah, yaitu: 1. Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah kemampuan kognitif sebagaimana tercakup dalam taksonomi bloom yang meliputi C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). 2. Strategi pembelajaran metakognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran metakognitif yang dirumuskan oleh Blakey & Spence, yang meliputi: mengidentifikasi apa yang siswa ketahui dan apa yang tidak diketahui, berbicara tentang pemikirannya, menyimpan pemikirannya dalam bentuk jurnal belajar, merencanakan dan mengatur pembelajarannya sendiri, dan evaluasi diri 3. Kemampuan metakognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan metakognitif menurut Mulbar yang dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan metakognitifnya. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sedangkan untuk keterampilan metakognitif meliputi keterampilan mengidentifikasi, membuat perencanaan, melakukan kontrol dan monitoring tindakan, dan mengevaluasi. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

7 1. Mengetahui keterlaksanaan implementasi strategi metakognitif dalam proses pembelajaran 2. Mengetahui peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika. E. Manfaat Penelitian Manfaaat penelitan ini diharapkan berguna baik untuk guru maupun bagi siswa, beberapa manfaat yang diharapkan yaitu: 1. Sebagai bahan masukan dalam upaya untuk meningkatakan kualitas pembelajaran fisika. 2. Mengetahui pelaksanaan strategi metakognitif dalam proses pembelajaran 3. Diharapkan menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait implementasi strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika. 4. Diharapakan dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka perbaikan pembelajaran fisika di sekolah F. Variabel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran metakognitif pada pelajaran fisika serta peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar fisika siswa SMA. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran metakognitif, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan metakognitif dan prestasi belajar siswa. G. Definisi Operasional 1. Strategi pembelajaran metakognitif Strategi pembelajaran metakognitif dalam penelitian ini merujuk pada langkah-langkah penerapan strategi metakognitif yang diungkapakan oleh Blakey & Spence (1990), yaitu idenfikasi diri, berbicara tentang berpikir, membuat jurnal

8 berpikir, membuat perencanaan dan regulasi diri, melaporkan kembali proses berpikir, dan evaluasi diri. 2. Prestasi belajar adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tes prestasi belajar dengan benar. Dalam penelitian ini peningkatan prestasi belajar diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda yang diukur dengan nilai gain ternormalisasi. 3. Kemampuan metakognitif dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam melakukan identifikasi terhadap suatu persoalan, membuat perencanaan belajar, melakukan kontrol dan monitoring tindakan, serta mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan. Selain itu kemampuan metakognitif siswa ditentukan dari pengetahuan deklaratif, prosedural, dan pengetahuan kondisional yang siswa miliki. H. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dari penulisan skripsi dimulai dari Bab I hingga Bab akhir adalah sebagai berikut: - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Variabel Penelitian G. Definisi Operasional H. Struktur Organisasi Skripsi - BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metakognitif B. Kemampuan Metakognitif C. Strategi Pembelajaran Metakognitif

9 D. Langkah-langakah Strategi Pembelajaran Menggunakan Metode Metakognitif E. Prestasi Belajar F. Hubungan Strategi Pembelajaran Metakognitif dengan Prestasi Belajar Siswa - BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel Penelitian C. Instrumen Penelitian D. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data F. Jadwal Kegiatan G. Hasil Uji Coba Instrumen Tes - BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian - BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran dan Rekomendasi