SEJARAH DESAIN Modul ke: Gaya Desain M Indonesia Jelita Modul XII Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id
Abstract Gaya desain Masa Indonesia Jelita adalah periode seni rupa yang berkembang sekitar tahun 1920 s.d 1938 setelah masa perintis Romantisme Modern Indonesia Raden Saleh (juru gambar Belanda) tahun 1826-1880. Sering disebut Mooi Indie (Hindia Molek) di mana banyak muncul pelukis-pelukis yang memiliki konsep melukis keindahan dan kemolekan/keelokan alam Indonesia.
Kompetensi Mahasiswa mengetahui sejarah, periode, tokoh-tokoh dan karya desain Masa Indonesia Jelita.
A. Pengantar B. Ciri-ciri Lukisan Masa Indonesia Jelita C. Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita D. Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita E. Kesimpulan
A. Pengantar Masa Indonesia Jelita adalah periode seni rupa yang berkembang sekitar tahun 1920 sampai dengan tahun 1938 setelah masa perintis Romantisme Modern Indonesia Raden Saleh (juru gambar Belanda) tahun 1826-1880. Masa Indonesia Jelita sering disebut Mooi Indie (Hindia Molek). Pada masa ini banyak muncul pelukis-pelukis yang memiliki konsep melukis keindahan dan kemolekan/keelokan alam Indonesia. Keindahan alam Indonesia yang dilukiskan seniman Mooi Indie sebagai imbas dari penjajahan di masa Belanda. Penjajah Belanda mengekang para pelukis untuk tidak menggambar/melukis gambar-gambar yang memiliki nilai simbolik, perjuangan, dan anti penjajahan. Mereka hanya diperbolehkan melukis keindahan alam saja.
A. Pengantar Mooi Indie juga dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya: 1). munculnya usaha dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menciptakan Hindia Belanda yang adem ayem tanpa pemberontaka, 2).didukung adanya pengaruh penelitian Wallace yang mengatakan nusantara adalah negeri yang tenteram, indah, dan tidak cepat berubah, 3). keindahan dan ketenteraman negeri Nusantara ini menambah ketertarikan seniman-seniman Eropa untuk melukiskannya, dan terakhir 3). adanya usaha dari pemerintah Hindia Belanda dan pelukis-pelukis asing untuk mengeksploitasi keindahan alam Nusantara untuk dijual kepada para turis asing waktu itu yang demikian gandrung dengan lukisan-lukisan keindahan Indonesia.
Gaya A. Pengantar Desain Masa Indonesia Jelita Hal ini menjadi dilema bagi seniman pribumi, karena di satu pihak para pemesan lukisan hanya menginginkan karya mengenai keindahan alam Indonesia saja. Hal inilah yang melatarbelakangi dominasi lukisan tema serupa semakin marak saat itu. Maka dapat dimengerti jika secara politis keindahan lukisan ini menina-bobo kan masyarakat dan tidak mencerminkan jiwa patriotik ingin merdeka. Periode Indonesia Jelita ditandai dengan datangnya para pelukis dari luar negeri yang sangat antusias memburu kelimpahan sinar matahari pagi melukis pemandangan di Indonesia, antara lain: Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smith, Lee Mayer, W G Hofker, Ernest Desenze, dan Romuldo Locatelli. Beberapa tokoh atau pelukis dari Indonesia yang mengikuti periode ini di antaranya: Basoeki Abdullah, Abdullah Soeryo Subroto (1878-1941), Mas Pirngadi (1875 1936), Wakid, Wahdi Sumanta, Henk Ngantung, Lee Man Fong, G.A Kadir, Oemar Basalamah, dll.
B. Ciri-ciri Lukisan Masa Indonesia Jelita Pengambilan objek alam yang indah Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka Kemahiran teknik melukis tidak diimbangi dengan penonjolan nilai spiritual Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia
Gaya Desain Masa Indnesia Jelita Ciri-ciri Lukisan Masa Indonesia Jeli Lukisan berjudul Mountain Landscape karya Wakidi ini menampilkan keindahan alam sebagai mana objeknya. Menggunakan cat minyak berwarna hijau kebiruan yang natural. Lukisan diciptakan dengan visualisasi natural/alamiah tanpa adanya kreasi penambahan atau pengurangan ide. Melalui lukisan ini kita benar-benar dibawa pada keindahan alam yang sangat elok dan mengagumkan disuguhkan Indonesia. Floating Village, Wakidi, Cat Minyak di Kanvas, 76x134 cmadalah salah satu Wakidi yang menonjol. Di sini ditampilkan keindahan pemandangan alam secara nyata. Perbedaan warna gelap dan terang terlihat sangat jelas. Pewarnaannya cenderung gelap dan agak coklat kekuningan agar lukisan tersebut terkesan kusam. Selain itu untuk mencerminkan perasaan sedih serta kesan yang suram dan miris, sesuai dengan keadaan yang digambarkan di dalamnya. Digambarkan sebuah pedesaan yang dilanda banjir. Terlihat tiga rumah, jalanan yang dibanjiri air, serta beberapa perahu yang berisi orang-orang maupun barang-barang. Lukisan ini tergolong sederhana, namun dalam karya Floating Village ini, Wakidi mampu menggambarkan aktivitas masyarakat dengan jelas.
C. Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Kekayaan dan keindahan Nusantara tidak hanya menggoda kolonial Belanda untuk menjajah Nusantara yang subur dan hijau serta kaya akan hasil bumi. Selain menjajah Nusantara/Hindia Belanda (Indonesia sebelum merdeka) koloni Belanda juga terpesona dengan keindahan alamnya. Selain mengeruk kekayaan alam Hindia Belanda dan menjajah rakyat pribumi, Belanda dengan para pekerja seninya juga mendokumentasikan keindahan alamnya. Dengan mendokumentasikan alam, flora, fauna serta kehidupan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, juga didokumentasikan melalui lukisan untuk apreasiasi seni. GayalukisanmasaIndonesiaJelitaatauMooi Indie atau Hindia Molek muncul di Batavia pada awal abad XX. Di mana pada waktu itu terdapat berbagai status sosial yang beragam di Batavia, salah satunya adalah kalangan masyarakat menengah Belanda yang tinggal di lingkungan pribumi. Kalangan menengah Belanda tersebut membawa pola baru dalam kehidupan, salah satunya adalah dengan mengoleksi benda-benda seni termasuk lukisan.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Memasuki tahun 1920-an pertumbuhan tempat tinggal orang Belanda di Batavia di kawasan Weltervreden Selatan dan Tenggara. Di samping itu, sepanjang kawasan tepi kota yaitu Gondangdia Baru dan Menteng berderet-deret bangunan orang Belanda dengan halaman depan dan di belakang yang rapi dan teratur. Kelompok masyarakat menengah Belanda itulah yang menjadi patron seni lukis yang mulai berkembang. Kebiasaan mengoleksi lukisan tersebut mulai tumbuh pada akhir abad ke-19. Sebagai penanda sekaligus penguat akan hadirnya budaya yang mengandung nilai estetika tersebut datang dari pemerintah kolonial sendiri. Pemerintah kolonial mendirikan lembaga kebudayaan Nederlandsch Indische Kunstkring pada 1 April 1902. Kemudian dalam perkembangannya lembaga kebudayaan ini dikenal di Batavia dengan sebutan Bataviaasche Kunstkring. Lembaga kebudayaan tersebut menjadi penampung aspirasi kalangan elite Belanda dan intelektual pada kelas menengah Belanda. Lembaga kesenian tersebut menaungi berbagai seni, antara lain seni lukis, musik, tari, drama, maupun pidato kebudayaan dan membaca.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Dengan adanya lembaga kebudayaan tersebut, maka dunia seni pada zaman itu menjadi semarak dan bergairah. Pameran dan pertunjukan sering diadakan di gedung tersebut. Kegiatan yang dibuat dengan makna sejarah besar adalah pameran seni lukis pada 1903 yang menampilkan karya duplikat dari Rembrant van Rijn di Batavia.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Dengan berdirinya lembaga kesenian sebagai patronase seni lukis dan tersedianya prasarana-prasarana yang lain semakin membuka kesempatan ruang yang kondusif untuk mempertemukan minat masyarakat dan visi pelukis. Maka dari itu banyak pelukis profesional Eropa yang berdatangan ke Hindia Belanda, untuk dapat mengeksplor alamnya yang indah. Walaupun sebelumnya ada pelukis yang bekerja di bawah instruksi pemerintah Belanda. Mereka adalah pelukis yang ditugasi oleh V.O.C atau pemerintah Hindia Belanda untuk membuat pendokumentasian sebagai laporan dinas dan kepentingan ilmiah. Mereka itu boleh dikatakan pekerja di bidang artsitik yang mendokumentasikan melalui sketsa atau lukisan. Pelukis yang ditugaskan antara lain C.G.C. Reinwardt, A.J.Bik, Th.Bik dan A.A.J. Payen. Pelukis yang terakhir dikenal sebagai guru dari pelukis pribumi bangsawan Raden Saleh perintis seni lukis modern Indonesia.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Selain itu muncul pelukis-pelukis profesional yang bekerja untuk melukis, tidak diperintah oleh pemerintah kolonial. Mereka datang dari daratan Eropa tepatnya negeri Belanda, Pelukis tersebut datang untuk dapat mendokumentasikan keindahan alam Hindia. Tercatat nama-nama pelukis terkenal di Hindia Belanda seperti, P.A.J. Moojen, W.O.J. Nieuwenkamp yang datang pada tahun 1904. Selanjuthya menyusul pelukis lain seperti, Du Chattel, Carel Dake, Dolf Breetvelt, Isaac Israel, Marius Bauer, dan Romualdo Locatelli. Kedatangan pelukis tersebut membawa faham baru dalam aliran seni, yaitu aliran impresionisme dan ekspresionisme. Di mana pada waktu itu di Eropa memang sedang berkembang aliran jenis baru tersebut, sehingga para pelukis tersebut membawa faham baru yang lebih segar bagi wacana seni di Hindia Belanda.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Mereka melukis alam dan kehidupan di negeri yang eksotis dan kaya akan cahaya matahari. Mereka rela datang dari jauh untuk dapat menangkap momen estetis tersebut. Di mana pemandangan alam dengan hamparan sawah, sungai, tumbuhan tropis, dan adat penduduk pribumi, selalu menggoda untuk dapat digoreskan di atas kanvas. Kedatangan para pelukis dari Eropa tersebut membuat semarak dunia kesenian di Batavia pada waktu itu. Para pelukis tersebut pada umumnya tergoda oleh eksotisme dunia timur. Mereka mendatangi tempat-tempat seperti lembah, gunung, desa, sungai, hamparan sawah, melukis kegiatan adat dan gadis desa yang cantik. Mereka berkelana ke berbagai daerah di Jawa, Sumatra hingga ke Bali.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Keindahan alam Hindia memaksa mereka untuk dapat berlama-lama tinggal di Hindia, untuk dapat mendokumentasikan moment estetis alam dan kebudayaan. Para pelukis yang menetap lama di Hindia antara lain Willem Dooyewaard, Rolland Strasser, Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan Willem Hofker. Para pelukis di atas tergoda dengan eksotisme alam Hindia, khususnya pulau Bali yang memiliki keindahan alam bagai surga. PadaintinyaparapelukisEropatersebutdatangkeHindiauntukmelukis keindahan alamnya yang eksotis. Dan dari lukisan yang dihasilkan para pelukis Eropa tersebut melahirkan istilah Mooi Indie. Sebutan istilah tersebut tentunya tidak terdapat dalam terminologi sejarah seni lukis mainstream Barat. Karena istilah Mooi Indie sendiri menjadi populer di Hindia Belanda (Indonesia) semenjak S. Sudjojono memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis pemandangan dalam tulisannya pada tahun 1939. Namun sebelumnya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul reproduksi lukisan pemandangan Hindia Belanda karya cat air Du Chattel yang diterbitkan dalam bentuk portofolio di Amsterdam tahun 1930.
Sejarah Awal dan Perkembangan Masa Indonesia Jelita Beberapa puluh tahun setelah Raden Saleh meninggal dunia seni rupa Indonesia mengalami kekosongan, kemudian muncul pelukis Abdullah Suryosubroto keturunan bangsawan Solo. Dapat dikatakan Suryosubroto lah yang pertama kali menancapkan tonggak sejarah modern seni rupa Indonesia Jelita setelah masa perintisan yang vakum tersebut. Suryosubroto lulusan sekolah Akademi Kesenian di Eropa mengembangkan lukisannya di Indonesia dengan gaya yang berbeda. Gaya Abdullah Suryosubroto menekankan keelokan dan suasana keindahan alam di Indonesia. Periode Mooi Indie telah begitu besar sumbangannya dalam menyemarakkan lukisan lanskap bagi seni rupa modern awal di Indonesia. Tetapi setelah cukup lama menjadi barometer seni lukis modern Hindia Belanda, akhirnya Mooi Idie mendapat reaksi keras dari kaum Bumiputera. Seiring dengan gejolak ekonomi serta politik yang tidak kondusif menjelang tahun 1930-an.
D. Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Bangkitnya periode seni lukis di berbagai negara tentu dipelopori dengan adanya tokoh-tokoh yang berperan. Biasanya para tokoh tersebut menciptakan trend yang membangkitkan gaya baru dalam melukis serta fokus yang dijadikan tema dan objek lukisan. Pada kasus periode seni lukis Indonesia Jelita atau Mooi Indie kita akan dihadapkan pada nama-nama besar seperti Abdullah Soeryosubroto, Basoeki Abdullah, Mas Pirngadi, Henk Ngantung, Lee Man Fong, Ruddolf Bonnet, Romuldo Locatelli, Lee Mayer,danW.GHofker. Nama-nama di atas memiliki kontribusi besar pada perkembangan seni lukis periode ini serta perkembangan seni lukis Indonesia secara keseluruhan. Namun, sebenarnya beberapa nama tersebut tentu masih merupakan sebagian kecil dari banyaknya nama-nama besar yang telah berkontribusi pada periode Mooi Indie ini.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Abdullah Soeryosubroto Abdullah Suriosubroto lahir di Semarang pada 1878 dan meninggal di Yogyakarta, pada 1941 adalah seorang pelukis Indonesia Jelita. Dia adalah anak angkat Dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang tokoh gerakan nasional Indonesia. Dia adalah juga ayah pelukis Indonesia terkenal Sudjono Abdullah dan Basoeki Abdullah Mengikutijejakayahangkatnya,Abdullahmasuksekolahkedokterandi Batavia (Jakarta). Kemudian dia meneruskan kuliahnya di Belanda. Di sana, dia beralih ke seni lukis dan masuk sekolah seni rupa. Sepulangnya di Indonesia meneruskan karirnya sebagai pelukis. Abdullah dipandang sebagai pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-20. Lukisan kesukaannya adalah pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran yang dijuluki "Mooi Indie" ("Hindia Molek"). Abdullah mulai menetap beberapa tahun di Bandung agar dekat dengan alam yang disukainya untuk dilukis. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta dan meninggal di sana tahun 1941.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Basoeki Abdullah Semakin kuat potensi pelukis pribumi mengukuhkan namaya dalam percaturan seni rupa Indonesia Jelita dengan kemunculan pelukis Basoeki Abdullah yang lahir di Desa Sriwidari, Surakarta (Solo) Jawa Tengah 27 Januari 1915, dari pasangan R. Abdullah Soeryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah. Kakeknya adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917), salah seorang tokoh sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, pada awal tahun 1900-an. Bakat melukis Basoeki Abdullah terwarisi dari ayahnya Abdullah Soerryosubroto. Seorang pelukis dan juga sempat mencatatkan namanya dalam sejarah seni lukis Indonesia sebagai salah satu tokoh Mooi Indië. Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai senang menggambar orang, diantaranya adalah beberapa tokoh terkenal seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, Rabindranath Tagore, dan Khrisnamurti. Pada usia 10 tahun Basoeki Abdullah telah melukis tokoh Mahatma Ghandi dengan menggunakan pensil di atas kertas yang hasilnya luar biasa untuk ukuran anak seusia itu.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Pendidikan formal yang pernah ditempuh Basoeki Abdullah semasa kanak-kanak dan masa muda diperoleh di HIS (Hollands Inlandsche School), dan kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Ultgebried Lager Onderwijs). Pada tahun 1913 berkat bantuan Pastor Koch SJ., Basoeki Abdullah mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beldeende Kunsten) di Den Haag, Belanda dan menyelesaikan studinya dalam waktu 2 tahun lebih 2 bulan, dengan meraih penghargaan sertifikat Royal International of Art (RIA). Setelah dari Den Haag Belanda, Basoeki Abdullah juga mengikuti pelajaran semacam studi banding di sejumlah sekolah seni rupa di Paris dan Roma.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita 4. Raden Mas Pirngadi Pelukis Raden Mas Pirngadi lahir sekitar 1875, meninggal sekitar 1936. Ia seorang pelukis naturalis dari aliran Mooi Indie yang mumpuni. Dilahirkan dalam keluarga aristokratis Banyumas. Karena kearistokratannya itu lah ia dapat berhubungan dengan bangsawan-bangsawan Belanda di Indonesia, di antara mereka adalah pelukis Du Chattel yang melatih pemuda Indonesia muda ini melukis dengan cat air. Kesamaan karyanya sering mengingatkan pada karya gurunya. J.E. Jasper mengungkapkan bahwa Raden Mas Pirngadie dapat menampilkan warna yang tegas untuk menggambarkan langit Indonesia yang biru tembus cahaya dan kaya dengan mega-mega yang lembut. Di samping itu dalam karya-karya aquarelnya sering ada kesan sesuatu yang halus, mengarah ke suasana mimpi. Dataran yang sepi, gunung-gunung yang diam dapat mengungkapkan perasaannya yang dalam. Pirngadie menguasai teknik-teknik melukis Barat. Ia memproduksi pemandangan-pemandangan alam serta membuat lukisan-lukisan tentang kehidupan rakyat
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Pirngadie adalah seorang juru gambar sketsa yang benarbenar terampil dan akurat. Ia bekerja lama pada The Royal Batavian Society for Arts dan Dinas Arkeologi untuk membuat gambar-gambar rekonstruksi yang tepat dari reruntuhan monumen-monumen. Ia juga membuat gambar bagi Jasper untuk membuat ilustrasi sebuah monograf besar tentang seni rupa dan kriya Indonesia. Ia melatih beberapa pelukis muda Indonesia, diantara mereka adalah Sudjojono dan Suromo.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita 5. Walter Spies Walter Spies lahir di Moskow 15 September 1895. Meninggal di Smudera Hindia, 19 Januari 1942 pada umur 46 tahun. Merupakan pelukis, perupa, dan juga pemusik. Ia adalah tokoh di belakang modernisasi seni di Jawa dan Bali. Spies lahir sebagai anak seorang peniaga kaya Jerman yang telah lama menetap di Moskow. Semenjak muda ia telah menggemari seni musik dan seni lukis. Ia mengenal Rachmaninov dan mengagumi Gauguin. Selepas Perang Dunia I, Spies sempat tinggal beberapa lama di Jerman (di Berlin) dan berteman dengan sutradara ternama masa itu, Friedrich Murnau. Kelak, Murnau-lah yang banyak membantu Spies secara finansial di perantauan. Di Jerman ia sudah cukup ternama karena lukisan-lukisannya, namun ia merasa tidak kerasan karena sebagai homoseksual ia selalu dicari-cari polisi.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Pada 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di Yogyakarta. Dia dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. Spies-lah yang pertama kali memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga sekarang. Setelah kontraknya selesai ia lalu pindah ke Ubud, Bali, pada 1927. Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah perlindungan raja Ubud masa itu, Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. Ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari ia juga bekerja sama dengan seniman setempat Limbak, memoles sendratari yang sekarang sangat populer di Bali, Kecak.
Tokoh dan Hasil Karya Seni Lukis Indonesia Jelita Sering kali dikatakan bahwa ia adalah orang yang pertama kali menarik perhatian tokoh-tokoh kesenian Eropa terhadap Bali. Ia memiliki jaringan perkenalan yang luas dan mencakup orang-orang ternama di Eropa. Sejumlah temannya banyak diundangnya ke Bali untuk melihat sendiri pulau kebanggaannya itu. Di bulan Desember 1938 Spies sempat dipenjara karena dituduh homoseksual. Ia baru dibebaskan karena bantuan beberapa temannya, di antaranya Margaret Mead, pada September 1939. Perang Dunia ke dua membawanya pada nasib buruk. Sebagai orang Jerman, ia ditangkap pemerintah Hindia Belanda. Ia meninggal 19 Januari 1942 karena tenggelam bersama-sama dengan kapal Van Imhoff yang ditumpanginya. Kapal dengan 477 tawanan dan 110 awak kapal itu tidak mempunyai ciri-ciri yang khas yang menandai bahwa kapal itu kapal yang membawa tahanan perang, sehingga diserang oleh armada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di perairan barat Sumatera Utara. Kapal yang seharusnya berlayar ke Srilanka itu mengangkut orang-orang Jerman yang diusir darihindia Belanda akibat serangan Jerman ke Belanda.
E. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa masa seni rupa Indonesia Jelita adalah masa yang penuh pesta ria romantik, angin segar citra keindahan seni yang serba salon penuh artifisial. Masyarakat seni rupa kala itu seperti terbius oleh persepsi bahwa melalui seni kehidupan setiap hari indah, damai tanpa gejolak. Hal ini bertolak belakang dengan realitas bangsa Indonesia yang sedang dijajah Belanda. Di mana kekayaan hasil alam Indonesia seperti rempah-rempah, kopi, dan lain-lain hasil tambang alam seantero nusantara dikeruk Belanda. Sesungguhnya rakyat Indonesia kala itu tidak sadar sedang dibodohkan dan dimiskinkan penjajah. Hal ini juga mengingat jika kreativitas manusia yang seharusnya tanpa batas, kala itu dibatasi hanya mencipta yang indah-indah saja. Seni kala itu menjadi tanpa makna untuk realitas kehidupan bagi harmoni kehidupan manusia bebas tak terbelenggu oleh penjajahan bangsa asing yang menyengsarakan.
Kesimpulan Pengaruh penjajahan Belanda yang tidak mengizinkan kritikan lewat lukisan yang dibuat seniman pada waktu itu sesungguhnya adalah dogma yang berakibat seni lukis Indonesia Jelita memang hanya berkutat pada keindahan objeknya. Karya seni lukis periode Indonesia Jelita/Mooi Indie adalah benar-benar representasi seni lukis pada masa kolonial yang murni hanya menangkap potret pemandangan Indonesia. Meskipun sangat indah, namun mayoritas makna lukisan hanya sebatas keindahan alam Indonesia yang digambarnya saja. Lukisan-lukisan pada masa Indonesia Jelita ini hanya menyenangkan secara visual dan tidak ada kreativitas-kreativitas baru untuk menonjolkan makna dari lukisan ini. Jadi, ini merupakan lukisan yang turistik yaitu lukisan yang langsung menggambar pemandangan alam secara natural yang mempertimbangkan perspektif (ruang). Kendatipun kontribusi masa Indonesia Jelita disuburkan dengan lukisan lukisan serba indah dan kemahiran teknik melukis, masa Indonesia Jelita tidak di dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual.
Kesimpulan Karya seni bagaimanapun juga adalah murni ekspresivitas (kebebasan berekspresi) si senimannya, apapun penggayaan dan temanya itu berpulang dari ide senimannya. Seni bukanlah sebuah dogma atau perangkat provokasi tendensius. Bilamana itu terjadi itulah kondisi di mana karya seni bukan dilihat dari esensinya tapi lebih mengedepankan nilai fungsinya dalam masyarakat. Sebagaiamana filsuf-filsuf besar seperti Plato, yang memaknai proses berkesenian sebagai memesis atau peniruan. Terlebih Aroistoteles menyebutnya dengan khatarsis atau pemurnian, hingga filsuf dan juga bapak psikoanalisis era modern, Sigmund Freud yang berujar bahwa seni adalah mengenai sublimasi atau trasnformasi emos yang sarat nilainilai kemanusiaan dan kehidupan.
Terima Kasih Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn.