II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1, Tenaga Kerja adalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu Negara yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Jurusan Ekonomi Pembangunan.

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari perencanaan pembangunan menurut Basuki (2008) adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI. tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1, Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Dinas Tenaga Kerja (Disnaker 2007: 5), Tenaga Kerja adalah penduduk yang sudah berumur 15 tahun keatas dan telah dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan. Sedangkan secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Di Indonesia batas umur tenaga kerja adalah 15 tahun dengan tanpa batas maksimum, dengan demikian yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah berumur 15 tahun atau lebih. Di Indonesia penduduk dibawah umur 15 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja karena berdasarkan kenyataan, penduduk yang bekerja sudah berumur 15 tahun atau lebih, tetapi pada kenyataannya banyak penduduk yang berusia dibawah umur 15 tahun sudah bekerja, terutama di Desa-desa pada umur 10 tahun penduduknya sudah banyak yang bekerja. Sedangkan tidak adanya batas maksimum tenaga kerja di Indonesia karena belum adanya jaminan sosial,

12 sekalipun ada hanya sebagian kecil penduduk saja yang menerimanya (pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai swasta dengan tunjangan hari tua / dana pensiun), untuk golongan inipun masih banyak yang tetap bekerja karena pendapatan yang mereka terima tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup seharihari, sehingga sebagian besar dari mereka yang telah mencapai usia pensiun masih tetap bekerja. Oleh sebab itu mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja. (Sandjun H. Manulang, 1990: 4). Sedangkan Menurut Dumairy, tenaga kerja dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Angkatan Kerja Adalah Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan, atau untuk sementara tidak sedang bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. (Dumairy, 1996 : 74-75). 2. Bukan Angkatan Kerja Adalah bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja, yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan; yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar), mahasiswa, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan, tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya. (Dumairy, 1996 : 74-75) B. Pengertian Kesempatan Kerja Menurut Badan Pusat Statistik (2003: 57) yang dimakasud kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila

13 lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Sedangkan menurut Dwi Janarko (1995: 8) kesempatan kerja merupakan kesempatan bagi angkatan kerja untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan harapan untuk mendapat imbalan yang dilakukannya.usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain : 1. Kependudukan 2. Letak Geografis dan Sumber Daya Alam 3. Kondisi Ekonomi 4. Kondisi Politik 5. Kondisi Sosial dan Budaya C. Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja sama sekali atau penduduk yang bekerja kurang dari dua hari selama seminggu dan berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Adapun jenis-jenis pengangguran meliputi: 1. Friksional Adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada 2. Struktural Adalah pengangguran vang terjadi karena adanya penambahan dalam struktur komposisi perekonomian

14 3. Musiman Adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pergantian musim (biasanya untuk para petani di luar masa panen mereka tidak memiliki kegiatan ekonomi). D. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk yang dilakukan dari suatu daerah ke daerah lain dengan maksud untuk menetap (minimal 6 bulan di daerah baru). Migrasi terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Migrasi Antar Negara, antara lain: a. Imigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain (masuknya Penduduk ke suatu negara). b. Emigrasi adalah Keluarnya penduduk dari suatu negara. c. Remigrasi adalah kembalinya penduduk ke negara asal 2. Migrasi Dalam Negeri, Adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam suatu negara. Sedangkan menurut Munir, Migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dari suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. (Munir, 2004: 55). Migrasi Dalam negeri meliputi: a. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu pulau / propinsi yang padat penduduknya ke pulau / propinsi yang jarang penduduknya. b. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau

15 perpindahan penduduk dari daerah yang kurang maju (kota kecil / kecamatan) ke daerah yang maju ( kota besar / Ibukota propinsi, kota kabupaten, kota perdagangan, dll). Menurut Munir (2004:1) Urbanisasi adalah sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu: perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban migration) dan kedua karena berubahnya daerah pedesaan yang karena beberapa faktor lambat laun menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999: 70). c. Remigrasi / Kembali ke Desa adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk kembali ke daerah asal. E. Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sadar, terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk percepatan / ekselarasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan, ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan yang absolute. Pembangunan Ekonomi menurut Swasono, adalah merupakan suatu proses dari demokrasi baik secara politik (political democratization), sosial maupun ekonomi (economic democratization) untuk mencapai kemajuan (progress), kebebasan (freedom) serta mengurangi hambatan (elimination of freedom), di mana proses ini

16 juga merupakan proses dari humanisasi, disamping itu menumbuhkan pendapatan nasional (Growth) melalui penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi bahkan menghapus pengangguran dan kemiskinan. (Swasono, 2005: 22). Syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa proses pertumbuhan harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri untuk memperbaiki nasib dan prakarsa, untuk menciptakan kemajuan material harus diprakarsai oleh yang bersangkutan dan tidak dapat dicangkokkan dari luar, kekuatan ini seyogyanya hanya untuk merangsang / membantu kekuatan nasional. Bantuan ini hanya bersifat mengawali / merangsang perubahan dan tidak bersifat mempertahankan. ( M.L. Jhingan, 1998: 53 ). Pembangunan ekonomi di negara berkembang memiliki tujuan dan sasaran dibidang sosial dan ekonomi dalam jangka panjang yang dianggap penting dalam menyediakan dasar-dasar yang konsepsional bagi suatu perencanaan. Adapun sasaran-sasaran ekonomi yang umum meliputi: 1. Peningkatan pendapatan per kapita yang cepat 2. Peningkatan penyediaan lapangan kerja yang tinggi 3. Tingkat harga yang relatif stabil 4. Pengurangan kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan 5. Penganekaragaman dan perekonomian yang mandiri 6. Kadar neraca pembayaran yang baik.

17 F. Pendekatan Wilayah Pembangunan yang dilaksanakan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang bersifat konstruktif menuju pencapaian tujuan yang lebih baik, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Mengingat luas serta tersebarnya wilayah pembangunan di Indonesia, dengan tingkat pembagunan daerah yang berbeda-beda antar daerah maka perlu peningkatan kerja sama antar daerah dalam pembangunan. Dengan demikian pembangunan daerah yang berlangsung benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah. Adapun tujuan pembangunan daerah antara lain untuk mengembangkan suatu daerah dengan memanfaatkan keuntungan yang ada di daerah sehingga tingkat pertumbuhannya mencapai optimum (Bintoro, 1990: 76). Usaha-usaha pembangunan direncanakan untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan regional dan sektoral, serta untuk memperkecil kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, selain itu adanya kebijaksanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi mereka dan untuk memperbaiki proses perencanaan pembangunan daerah.

18 Kebijaksanaan pembangunan daerah adalah suatu usaha pemerintah untuk mencapai pembangunan masing-masing daerah dalam ruang lingkup nasional, dengan kata lain dalam kebijaksanaan pembangunan pemerintah telah memperhitungkan aspek ruang. Kebijaksanaan tersebut paling sedikit akan memperhitungkan pengaruh tempat atau ruang terhadap perencanaan sektoral. Perencanaan pembangunan daerah dalam arti tersebut masih dibantu oleh pendekatan wilayah berdasarkan daerah administratif. Konsekuensi digunakannya pendekatan dalam perencanaan pembangunan adalah lebih mempertegas asas desentralisasi dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah serta mewujudkan asas dekonsentrasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dipergunakannya pendekatan pembangunan wilayah dalam kebijaksanaan pembangunan tersebut mempunyai arah/tujuan yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mencapai pemerataan pertumbuhan antardaerah dan antarsektor 2. Untuk pemerataan hasil pembangunan secara geografis 3. Untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dalam masyarakat. Oleh karena itu pendekatan pembangunan tersebut belum diarahkan pada sumber daya di setiap daerah yang bersangkutan. G. Pengertian Wilayah Berbicara tentang perwilayahan, sudah tentu tidak terlepas dari ilmu regional (ilmu wilayah) sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan tersendiri yang baru ada di Indonesia pada pertengahan tahun tujuh puluhan, dimana pada saat itu telah dikemukakan suatu defenisi ilmu wilayah yang cukup umum sehingga dapat mencakup semua analisis wilayah, yaitu semua ilmu yang termasuk dalam

19 kelompok Social Science dan Natural Science dalam rangka penghayatan, pendalaman dan pengembangan suatu wilayah / region. Berdasarkan definisi ilmu wilayah yang dikumpulkan oleh Fisher dan Isard (Ada 13 definisi), maka dapat ditarik beberapa unsur penting, antara lain: 1. Studi tentang wilayah atau sistem perwilayahan 2. Wilayah dipandang sebagai benda hidup yang dinamis / berubah dari waktu ke waktu sehingga unsur waktu dipandang sebagai salah satu variabel yang berperan dalam analisis. 3. Menitikberatkan interaksi bersama antara semua kegiatan 4. Mengarahkan pada efisiensi, pemerataan dan kesejahteraan social 5. Meneliti prinsip-prinsip dasar yang mengatur keseimbangan struktur 6. Mencari pemecahan secara efektif terhadap masyarakat. H. Model Basis Ekonomi Dalam rangka penetapan skala prioritas pembangunan sektor ekonomi yang merupakan keunggulan komparatif masing-masing wilayah menggunakan model pendekatan wilayah yaitu model ekonomi dasar Economic Base Model, model ini cocok untuk merencanakan pembangunan ekonomi wilayah-wilayah belum berkembang terutama untuk tingkat kabupaten. Menurut Model ini, wilayah merupakan suatu sistem sosial ekonomi yang terpadu dimana wilayah ini melakukan interaksi ekonomi dengan wilayah lain dalam rangka penetapan skala prioritas pembangunan sektor ekonomi yang merupakan keunggulan komparatif masing-masing (Richardson).

20 Laju pertumbuhan wilayah sangat dipengaruhi oleh kemampuan wilayah tersebut dalam memenuhi permintaan dari wilayah lain, selanjutnya perkembangan produksi diwilayah untuk memenuhi permintaan dari luar akan meningkatkan penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia diwilayah tersebut sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Richardson mengembangkan suatu model ekonomi regional yakni Basis Ekonomi. Model ini dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah, dalam model ini kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibedakan menjadi dua sektor, yakni: 1. Kegiatan sektor basis ekonomi Adalah kegiatan ekonomi vang melayani pemasaran barang dan jasa produksi keluar batas wilayah (kegiatan ekonomi yang berorientasi ekspor) 2. Kegiatan sektor nonbasis ekonomi Adalah kegiatan ekonomi yang hanya melayani kebutuhan barang dan jasa produksi untuk daerahnya sendiri. Pada dasarnya model ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Adapun variabel yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk manghasilkan koefisien adalah variabel jumlah tenaga kerja, pendapatan, jumlah penduduk, area / kawasan, dan variabel lain yang dapat digunakan sebagai ukuran.

21 Secara matematis rumus LQ dapat dinyatakan dengan: LQ vi V i vt V t Keterangan: LQ v i v t V i V t = Koefisien Location Quotient = Jumlah tenaga kerja di sektor i di suatu kecamatan = Jumlah tenaga kerja total di suatu kecamatan = Jumlah tenaga kerja di sektor i di seluruh kecamatan = Jumlah tenaga kerja total di seluruh kecamatan Untuk sektor i yang dimaksud adalah sembilan (9) sektor ekonomi yang meliputi: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, perhotelan dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. I. Model Pelipatgandaan Tenaga Kerja Dalam setiap pertumbuhan sektor basis dan nonbasis ekonomi memiliki efek pengganda terhadap perekonomian wilayah. Model ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan model basis ekonomi, dimana dalam setiap pertambahan tenaga kerja di sektor basis maka akan mengakibatkan meningkatnya kesempatan kerja di sektor nonbasis.

22 Secara matematis model pelipatgandaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut: MS 1 1 Y Y n t Keterangan: MS = Pelipatgandaan tenaga kerja Y n = Tenaga kerja sektor nonbasis Y t = Tenaga kerja total Apabila : 1. Koefisien MS > 1,1 = Membuka lapangan kerja pada sektor basis sebanyak satu Orang. 2. Koefisien MS < 1,0 = Membuka lapangan kerja pada sektor basis sebanyak nol Orang (tidak menambah tenaga kerja). Dengan asumsi bahwa lapangan kerja sebanding dengan pendapatan sehingga persentase pendapatan regional yang dibelanjakan dalam suatu kecamatan sama dengan persentase lapangan kerja regionalnya. Jika permintaan mengalami peningkatan baik di dalam wilayah sendiri maupun di luar wilayah, maka akan mengakibatkan aktivitas pada sektor nonbasis akan meningkat. Untuk itu peranan sektor basis sangat diperlukan dalam rangka pertumbuhan perekonomian wilayah dan secara keseluruhan proses perkembangan ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja melalui efek pelipatgandaan tenaga kerja.