melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 01 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/2010

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB II LANDASAN TEORI. tulisan, dan sebagainya) atau berunding. bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 26 BANDA ACEH

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara merupakan hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB II KAJIAN TEORI. Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

Maksimum. 1. Kebenaran jawaban Bahasa (ejaan dan tambahan) Ketepatan waktu 20. Pagerpelah, 13 Juli Mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu. interaksi dengan lingkungan (Roestiyah, 2012: 3).

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah tersebut antara lain dipengaruhi oleh banyak faktor. Banyaknya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

III. METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa yang memiliki watak tangguh serta kompetitif.

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial karena setiap manusia tentunya selalu melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. 12 Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan(1990), bahwa 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 196. 12 SalehAbbas, PembelajaranBahasa Indonesia yang Efektif di SD, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 83. 13

14 berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi katakata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sementara itu, Haryadi dan Zamzadi(1996/1997) menyatakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. 13 Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan menyimak, keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan menyimak dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar penyimaknya dengan dapat menangkap isi dari pembicaraan. 14 Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau katakata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen(alat) yang mengungkapkan kepada penyimak. 13 Kundharu,Pembelajaran..., 53. 14 SabartiAkhadiah, Bahasa Indonesia II, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1992 ), 153.

15 Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal. Kesembilan bagian tersebut sebagai berikut: 15 1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang respirokal 2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi 3. Berbicara adalah ekspresi kreatif 4. Berbicara adalah tingkah laku 5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari 6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman 7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala 8. Kemampuan linguistikdan lingkunganberkaitan erat 9. Berbicara adalah pancaran pribadi Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. 2. Tujuan Berbicara Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dengan berkomunikasi seorang pembicara dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Pengungkapan ide yang benar 15 Kundharu, Pembelajaran..., 54.

16 dan tepat akan berpengaruh pada komunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu berbicara memiliki peran yang penting dalam komunikasi. 16 Kaitannya dengan tujuan berbicara menurut Ochs dan Winkler (1979) menjelaskan secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut : 17 a. Mendorong atau menstimulasi Pembicara untuk memberi semangat, membangkitkankegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. b. Meyakinkan Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan sikap mental/ intelektual kepada para pendengarnya. c. Menggerakkan Pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi. d. Menginformasikan Pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya. 16 Haryadi dan Zamzadi, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:DEPDIKBUD, 1997 ), 54. 17 Kundharu, Pembelajaran..., 58.

17 e. Menghibur Pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar. Selanjutnya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara yaitu faktor pembicara dan pendengar. Penjelasannya sebagai berikut: 18 a. Pembicara Yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah : 1. Pokok pembicaraan hendaklah bermanfaat dan menarik, sesuai dengan daya tangkap pendengar dan sedikitnya sudah diketahui oleh pendengar. 2. Bahasa Kaitannya dengan bahasa terbagi dua yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. a) Faktor kebahasaan Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain: (a) ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi;(b) penempatan tekanan, nada,jeda, intonasi dan ritme;(c) pemilihan kata dan ungkapan yang 18 Isjoni, Keterampilan berbicara dan Konsep dasar Berbicara, (Bandung: Alfabeta, 2010), 24.

18 baik, konkret dan bervariasi;(d) ketetapan susunan penuturan. b) Faktor NonKebahasaan Faktor nonkebahasaan mencakup(a) sikap wajar,tenang dan tidak kaku;(b) pandangan yang diarahkan pada lawan bicara;(c) kesediaan menghargai pendapat orang lain;(d) kesediaan mengkoreksi diri sendiri;(e) keberanian mengungkapkan dan mempetahankan pendapat;(f) gerak-gerik dan mimik yang tepat;(g) kenyaringan suara;(h) kelancaran;(i) penalaran dan relevansi;(j) penguasaan topik. c) Tujuan Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti memiliki tujuan ingin mendapatkan respons atau reaksi. d) Sarana Sarana dalam kegiatan berbicara mencakup waktu, tempat, suasana dan media atau alat peraga. Pokok pembicaraan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan waktu yang ditentukan. Tempat berbicara sangat menentukan keberhasilan pembicaraan. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor

19 lokasi,jumlah pendengar,posisi pembicara dan pendengar, cahaya serta udara. Berbicara pada suasana tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan berbicara seperti pada pagi, siang atau sore hari. Media atau alat peraga pun akan membantu kejelasan dan kemenarikan uraian. e) Interaksi Berlangsungnya kegiatan berbicara menunjukkan adanya hubungan interaksi antara pembicara dengan pendengar. Interaksi dapat berlangsung satu arah, dua arah atau multi arah. b. Pendengar Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan memusatkan perhatian dan pikiran kepada pembicara. 2. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan. 3. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan.

20 4. Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan. 5. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan. 3. Indikator Keterampilan Berbicara Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang melibatkan aspek aspek kebahasaan maupun non kebahasaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) yang termasuk aspek kebahasaan adalah lafal, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat. Sedangkan yang termasuk non kebahasaan adalah ekspresi atau mimik. Aspek aspek tersebut dalam kegiatan berbicara merupakan indikator yang dijadikan penilaian dalam evaluasi berbicara. Yaitu lafal, intonasi, kosakata atau kalimat, kelancaran serta mimik atau ekspresi. 19 a) Lafal Pengucapan yang baku dalam bahasa Indonesia yang bebas dari ciri ciri lafal daerah. Pelafalan bunyi dalan kegiatan bercerita perlu ditekankan mengingat latar belakang kebahasaan sebagian besar siswa. karena pada umumya siswa dibesarkan di lingkungan dengan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam lafal adalah berikut : 19 Sabarti Akhadiah, Bahasa Indonesia II, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1992 ), 154-159.

21 1) Kejelasan vokal atau konsonan 2) Ketepatan pengucapan 3) Tidak bercampur lafal daerah. b) Intonasi Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan bercerita, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan bercerita. Suatu cerita akan menjadi kurang menarik apabila penyampaiannya kurang menarik pula. Aspek dalam intonasi adalah berikut : 1) Tinggi rendah suara 2) Tekanan suku kata 3) Nada atau panjang pendek tempo c) Kosakata atau kalimat Guru perlu mengoreksi pemakaian kata yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi tertentu. Untuk mengawali sebuah cerita dibuka dengan kalimat pembuka kemudian harus ada isi dari cerita tersebut dan dibuat suatu kesimpulan serta diakhiri dengan penutup. Aspek dalam kosakata ini adalah berikut : 1) Jumlah kosakata 2) Terdapat kalimat pembuka, isi, kesimpulan dan penutup 3) Saling koherensi

22 d) Hafalan Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicarannya. Aspek dalam hafalan adalah berikut : 1) Kelancaran 2) Teratur atau urut 3) Kesesuaian hal yang diceritakan e) Mimik atau ekspresi Mimik muka dapat menunjang dalam keefektifan bercerita karena dapat berfungsi membentu memperjelas atau menghidupkan bercerita. Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan bercerita. Yang termasuk dalam aspek mimik adalah : 1) Gesture atau gerak tubuh 2) Ekspresi wajah 3) Penjiwaan B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. 20 Pembelajaran kooperatif 20 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011), 14-15.

23 merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa harus saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Menurut Anita Lie(2008) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa. 21 Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan ini disebut ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan;(b) saling ketergantungan melaksanakan tugas;(c) saling ketergantungan bahan dan sumber;(d) 21 Nunuk Suryani, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), 82.

24 saling ketergantungan peran,dan(e) saling ketergantungan hasil atau hadiah. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan tentang ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yakni : a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Terdapat tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin(1995), yaitu : 22 a. Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, membantu, dan peduli. 22 Isjoni, Pembelajaran..., 63.

25 b. Pertanggung Jawaban Individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Dari keseluruhan uraian tentang pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan

26 tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. 2. Pengertian dan Ruang Lingkup Metode Cooperative Script Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru. 23 Langkah-langkah pembelajaran cooperative script diantaranya: 24 a. Guru membagi siswa berpasangan. b. Guru membagikan naskah wacana atau materi kepada siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. d. Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak atau mengkoreksi atau menunjukkan ide-ide 23 Miftahul Hudal, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013), 213. 24 Miftahul, Model..., 213.

27 pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap atau dengan menghubungkan materi sebelumnya. e. Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. f. Guru membuat kesimpulan. Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script: 25 a. Menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru. b. Berdaya pikir kritis,memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya. c. Memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya. Kekurangan penggunaan metode Cooperative Script : 26 a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu. b. Hanya dilakukan oleh dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas) sehingga koreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut. C. Materi Percakapan Melalui Telepon Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bertelepon adalah bercakap-cakap melalui pesawat telepon. Telepon merupakan alat 25 Miftahul, Model..., 214. 26 Miftahul, Model..., 215.

28 berkomunikasi. Pada zaman sekarang, orang tidak merasa asing dengan alat ini. Mungkin hampir setiap rumah memasang telepon. Telepon selular(atau biasa disebut HP) pun hampir dimiliki oleh setiap orang. 27 Berbicara di telepon sebaiknya diatur. Berbicara ditelepon untuk hal-hal yang penting saja. Jika tidak diatur, penggunaan pulsa telepon tidak bisa dikendalikan. Berbicara di telepon sebaiknya menggunakan kalimat yang ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal yang paling penting, sebaiknya menggunakan bahasa yang santun. 28 Berikut adalah tata cara bertelepon : a. Mengucap salam b. Berbicara seperlunya c. Mengakhiri telepon dengan salam Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikaitkan dengan kompetensi pembelajaran di kelas IIIA sebagai berikut : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : : : Mengungkapkanpikiran, perasaan, danpengalamansecaralisandenganbertelepondanbercerita. Melakukanpercakapanmelaluitelepon/ alatkomunikasisederhanadenganmenggunakankalimatringkas. 1. Membuat teks percakapan bertelepon sesuai tema. 2. Melakukan percakapan melalui telepon di depan kelas. 3. Melakukan percakapan dengan lafal, intonasi, kosakata, 27 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1661. 28 Edi Warsidi dan Farika, Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas, ( Jakarta: DEPDIKNAS,2008), 94.

29 hafalan, dan mimic wajah yang sesuai. Berdasarkan uraian tersebut, keterampilan berbicara merupakan keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu ditingkatkan. Masalah sebelum diadakan tindakan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah dalam keterampilan berbicara masih kurang. Pembelajaran berbicara juga masih monoton belum menggunakan metode yang bervariasi sehingga menjenuhkan bagi siswa. Kemudian diadakan penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cooperative script. Teknik berbicara berpasangan dapat melatih siswa saling bekerja sama dengan kelompoknya, siswa juga menjadi lebih aktif dengan kegiatan kelompok. Penggunaan cooperative script dalam pembelajaran ini dikembangkan interaksi antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran, siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berbicara dengan dimulai dari berbicara dengan pasangannya sehingga siswa tidak merasa sendiri dalam berbicara di depan kelas. Dengan dasar tersebut diharapkan dengan penerapan metode cooperative script akan dapat membantu siswa sehingga dapat menuangkan ide-ide melalui berbicara.