PENGARUH PROGRAM HIJAU, BERSIH DAN SEHAT (HBS) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Nur Hapidah

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

KAJIAN HUKUM PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DISEKTOR PENDIDIKAN DI KOTA SAMARINDA

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Aisyah. Abstrak. Kata kunci : Pengelolaan Sampah, sampah berbasis masyarakat

1 Sodikin, 2007, Penegakan Hukum Lingkungan, Djambatan, Jakarta, hal. 1

JURNAL PENGELOLAAN SAMPAH PASAR SEGIRI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN SUNGAI KARANGMUMUS DI KOTA SAMARINDA

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DITINJAU DARI PERDA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI PANTAI BEROK KELURAHAN TELUK KABUNG TENGAH KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan pengelolaan sampah rumah tangga, ibu rumah tangga

Keywords: evaluation of the impact, garbage management, Sumber Rejeki Garbage Bank, Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hendrik L. Blum dalam Haryanto Kusnoputranto (2005) dikatakan,

PENERTIBAN PENEBANGAN POHON PERINDANG SECARA LIAR DI KOTA DENPASAR

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

PERAN SERTA MASYARAKAT DAERAH BANTARAN SUNGAI BADUNG DALAM PENANGANAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KOTA DENPASAR. oleh

KAMPANYE PEMILAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SARIJADI KOTA BANDUNG

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

OLEH : KHAIRUN NISAQ NPM

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

PENCEMARAN AIR OLEH LIMBAH TAHU DI TUKAD BADUNG DENPASAR TERKAIT PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI BALI

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

BUDAYA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PASAR MANDAU KELURAHAN DURI TIMUR KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS JURNAL

Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Melalui Sosialisasi Persampahan Dan Rumah Sehat Di Permukiman Tpa Desa Neglasari, Tangerang

UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KLUNGKUNG (Studi Kasus Pengrajin Tedung di Desa Paksebali)

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

UPAYA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DALAM PENANGANAN PELANGGARAN KETENTUAN TENTANG PENCEMARANSAMPAH DI KOTA DENPASAR

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 9 (2013) Copyright 2013

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF

TINJAUAN TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SAMARINDA

Metode PAR Sebagai Indikator Peningkatan Peran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Limbah Plastik Dusun Paten Tridadi Sleman Yogyakarta

OPTIMALISASI TEMPAT SAMPAH WARNA SEBAGAI PEMECAHAN MASALAH DI SDN 11 DURI KEPA, JAKARTA BARAT

TINJAUAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMBUANGAN SAMPAH DOMESTIK DI DESA LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

Fakta. Apa yang terjadi. Latar belakang. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Oleh Putu Gede Kharisma Winanda Putra I Gusti Ngurah Parwata Program Kekhususan Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

EVALUASI SIKAP DAN PERILAKU SISWA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN JALUR HIJAU

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

PENGATURAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BADUNG

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBANGUNAN HOTEL PADA KAWASAN SEMPADAN JURANG DI KABUPATEN BADUNG

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHIJAUAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SDN 112 PEKANBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan oleh : VILLI YUNEKE NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI BATIK DALAM MENDUKUNG USAHA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KONSEP GREEN CITY

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Mada University Press, 2009), hlm Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Gadjah

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup merupakan semua benda, dan kondisi yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BUDAYA HIDUP BERSIH MELALUI MAS (MANAJEMEN AIR DAN SAMPAH DI DESA CANGKRING

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

Penulisan Hukum (Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Area : Luas wilayah 400,61 km² Administrative : Divided into 16 Distric and 103 sub distric Population : Total ± ,1 person (Source: Data

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

Transkripsi:

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 12 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2013 PENGARUH PROGRAM HIJAU, BERSIH DAN SEHAT (HBS) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Nur Hapidah Abstrak Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir dan Apa kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan pelita Kecamatan Samarinda Ilir dan untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis empiris yaitu mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala sosial yang sifatnya tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Program hijau, bersih dan sehat (HBS) merupakan solusi yang paling efisien dalam menciptakan lingkungan yang sehat karena selain melibatkan seluruh masyarakat di sekitar lingkungannya, juga memiliki dampak langsung terhadap kondisi lingkungan setelah program HBS dilakukan di lingkungan pemukiman masyarakat. Saat ini program hijau, bersih dan sehat menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Salah satu dasar pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat adalah Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Pemerintah yang terkait berusaha mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 02 tahun 2011 tersebut dengan melalui program hijau, bersih dan sehat (HBS), seperti membuang sampah pada tempatnya, waktu pembuangan sampah, pemanfaatan sampah, pengelolaan sampah dan sebagainya. Namun sebagian dari masyarakat ada yang masih belum mengetahui Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan dan kurang tegasnya sanksi yang diberikan pemerintah. Kata Kunci : Lingkungan Hidup, Kualitas Lingkungan Hidup

EFFECT OF PROGRAM GREEN, CLEAN AND HEALTHY (GCH) ON THE QUALITY OF THE ENVIRONMENT Nur Hapidah Abstract Formulation of the problem in this research is how does the program green, clean and healthy on environmental quality in the Village Pelita District Samarinda Ilir and what obstacles people face in implementing programs green, clean and healthy. The research objective was to determine the effect of programs green, clean and healthy on environmental quality in the Village Pelita District Samarinda Ilir and to know the constraints faced by the community in the implementation of green, clean and healthy. This type of research is used by the author in writing this law is empirical juridical. Empirical research that examines the legal juridical laws are drafted as actual behavior, as social phenomena that are written, that everyone experiences in relationships social life. Based on the survey results revealed that the program is green, clean and healthy is the most efficient solution in creating a healthy environment because in addition to involve the whole community in the surrounding environment, also have a direct impact on the environment after the program is done in the residential neighborhood community. Currently the program green, clean and healthy foster the active participation, awareness and a sense of community responsibility which is reflected by a change in attitude, outlook on life, ways of thinking, ways of working and so on. One of the basic implementation of the program of green, clean and healthy is Regional Regulation Samarinda City No. 02 year 2011 on Waste Management. Relevant government tried to socialize Bylaw No. 02 year 2011 with through the program green, clean and healthy, such as taking out the trash in its place, time waste disposal, waste utilization, waste management and so on. But the majority of people there who still do not know the Regional Regulation No. 02 year 2011 on Waste Management. In fact there are also people who know the regulations but still throw garbage at any place because of habit and lack of traction sanction given government. Keywords : Environment, Environmental Quality

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 Pendahuluan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup, yang memiliki ciri yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan lainnya. Dengan berbagai tingkah laku, corak kepentingan, keinginan ideologi, pandangan nilai dan seterusnya. Baik buruknya kualitas lingkungan hidup akan mempengaruhi kehidupan manusia. Buruknya kualitas lingkungan dapat dikatakan adanya berbagai perubahan kondisi yang bisa berpengaruh buruk terhadap manusia. Seperti pencemaran udara, pencemaran air, kebakaran hutan, banjir, dan sebagainya. Sedangkan Lingkungan hidup dikatakan berkualitas baik jika berpengaruh positif atau menunjang terhadap kepentingan hidup makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya. Seperti menyangkut soal kenyamanan, keindahan, keserasian, kelancaran dan semua hal yang bersangkutan dengan persepsi manusia atas lingkungan hidupnya. Pengertian yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah individu atau kelompok manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut. Permasalahan di Kota Samarinda selain banjir, pemanasan global, terdapat juga permasalahan mengenai sampah. Tidak hanya satu pihak yang harus menangani sampah tetapi pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menangani sampah. Jika proses perusakan unsur-unsur lingkungan hidup tersebut terus menerus dibiarkan berlangsung, kualitas lingkungan hidup akan semakin parah. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang paling berperan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup perlu melakukan upaya yang dapat mengembalikan keseimbangan lingkungan agar kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dapat berkelanjutan. Di lain pihak, masyarakat hendaknya mendukung program-program pemerintah yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan. Upaya yang diberikan Pemerintah Kota Samarinda untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup salah satunya program hijau, bersih dan sehat (HBS). 2

Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) Hijau, Bersih, dan Sehat (HBS) adalah program Pemerintah Walikota Samarinda dalam rangka untuk mewujudkan serta membangun lingkungan kota yang baik sehingga dapat menanamkan pola pikir serta wawasan masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan yang baik. Tujuan dari program HBS adalah untuk upaya menciptakan Kota Tepian bebas sampah. Salah satu dasar pelaksanaan program HBS adalah Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Selain upaya sederhana yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan dan membantu program hijau, bersih dan sehat (HBS), masyarakat juga harus mendukung program ini seperti membuang sampah di tempatnya, menanam pohon, membersihkan lingkungan rumah, dan memanfaatkan limbah sampah organik atau non organik menjadi kompos serta untuk kerajinan tangan hasil daur ulang sampah sehingga dapat melaksanakan metode pengelolaan sampah yang baik (3R) yaitu reduce atau mengurangi, reuse atau menggunakan kembali, recycle atau mendaur ulang. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mewujudkan lingkungan hijau, bersih dan sehat (HBS) di Kota Samarinda seperti yang telah dilakukan Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir. Penerapan program hijau, bersih dan sehat (HBS) di Kelurahan pelita ini sudah mencapai beberapa RT. Walau berada di kawasan perkotaan yang bersifat heterogen, Kelurahan Pelita mengikut sertakan 3 RT dalam lomba hijau, bersih dan sehat (HBS) yang diadakan Pemkot Samarinda antara lain RT 05, 22 dan RT 38. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah pada pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir serta kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS). Pembahasan Pengaruh Program Hijau, Bersih Dan Sehat (HBS) Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir. Program hijau, bersih dan sehat (HBS) merupakan solusi yang paling efisien dalam menciptakan lingkungan yang sehat karena selain melibatkan seluruh masyarakat di sekitar lingkungannya, juga memiliki dampak langsung terhadap kondisi lingkungan terhadap daerah yang mengikuti program HBS yang dilakukan di lingkungan pemukiman masyarakat. Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan 3

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 (DKP) Kota Samarinda bahwa mereka berusaha dengan segala keterbatasan memenuhi harapan Samarinda bersih. Saat ini program hijau, bersih dan sehat menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Sedangkan menurut Ence Izhar selaku Lurah di Kelurahan Pelita mengungkapkan bahwa masyarakat sangat menyambut baik terhadap program HBS tersebut. Lingkungan di Pelita memiliki perubahan yang sangat positif dan adanya perbedaan nyata dari sebelum HBS dengan sesudah adanya HBS. Perbedaan tersebut antara lain adalah: Sebelum adanya program HBS lingkungan terlihat sangat kumuh dan kurang tertata namun setelah adanya HBS kebersihan lingkungan lebih terjaga, Keindahan lingkungannya terlihat nyata jika sebelum adanya HBS lingkungan terlihat gersang namun setelah adanya HBS lingkungan lebih hijau karena adanya penanaman pohon disekitar lingkungan masyarakat, Sebelum adanya HBS, kesehatan masyarakat kurang terjaga sering mengalami sakit ringan faktor sampah yang membusuk di sekitar rumah yang menimbulkan bau yang tidak sedap Namun setelah adanya HBS ini kesehatan masyarakat sekitar tetap terjaga dan masyarakat mulai menyadari bahwa kebersihan lingkungan berdampak positif yakni kesehatan, Jika sebelum HBS sampah terbuang sia-sia Sekarang dengan adanya HBS masyarakat lebih bisa memanfaatkan atau menambah nilai ekonomis rumah tangga yang bersangkutan. Nilai ekonomis tersebut dapat dilihat dari: keberadaan Bank Ramah Lingkungan (Ramli), Pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan, Sampah-sampah plastik dapat diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, baju, topi, bunga dan adanya Pupuk kompos yang berasal dari bahan organik. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dari RT yang sudah melaksanakan HBS seperti RT 05, 22 dan RT 38 bahwa lingkungan tersebut lebih terjaga, terpelihara, tertata, bersih, teduh, rapi, indah dan sebagainya, dibandingkan daerah-daerah RT yang belum melaksanakan program HBS. RT 05 yang memiliki lingkungan yang sangat rapi, bersih dan teduh, sehingga suasana di RT 05 sangat ramah lingkungan. Sebelum adanya HBS kondisi jalanan di RT 05 kurang bersih serta tidak adanya penerangan di setiap jalan lingkungan tersebut, namun semenjak adanya HBS, di lingkungan RT 05 lebih bersih, hijau dan sudah memiliki lampu taman sebagai sumber penerang jalan. Untuk 4

Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) kedepannya Ketua RT 05 beserta masyarakat akan melakukan pembukaan bank sampah (bank ramah lingkungan) yang saat ini masih dalam proses pelaksanaan. 1 RT 22 memiliki keunggulan yakni mengelola sampah-sampah plastik menjadi kerajinan tangan serta pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan. Berdasarkan pengalaman dari Bapak Marno Mukti, salah satu pejuang lingkungan sekaligus ketua RT 22 di Kelurahan Pelita, Samarinda. Cita-citanya mengubah sampah non organik menjadi sesuatu yang berguna diwujudkannya lewat eksperimen yang berkali-kali gagal. Namun karena tekad kuat, Pak Marno akhirnya mampu mengubah sampah-sampah itu menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) alternatif dari alat ciptaannya yakni Reaktor Destilasi BBM. 2 Sebelum adanya program HBS di lingkungan RT 22, 100 persen sampah-sampah terbuang sia-sia di TPS tanpa adanya pengelolaan. Namun saat ini, sampah yang terbuang hanya 5 persen di buang ke TPS. Ibu rusdiana selaku istri dari ketua RT 22 juga menambahkan bahwa membuang 1 sampah plastik seperti plastik teh gelas telah membuang 20 tetes minyak, karena 1 kilo sampah memiliki nilai 1 liter minyak. Ada tiga jenis bahan bakar yang mampu dihasilkan dari mesin ciptaannya, yakni bahan bakar standar solar, standar minyak tanah, dan premium. 3 RT 38 memiliki bank ramah lingkungan (bank ramli), sebelum adanya HBS, sebagian besar sampah di RT 38 di buang disembarang tempat terutama biasanya diletakkan didepan rumah bahkan di buang ditepi jalan. Namun semenjak adanya program HBS, Ketua RT 38 berinisiatif untuk membangun bank ramli. Hal ini untuk membangun nilai ekonomis masyarakat sekitar. Di RT ini terdapat arisan sampah, seminggu sekali dilakukan pengundian. Jadi sampah yang terkumpul selama dua sampai tiga minggu, sampahnya langsung dijual. Walaupun nilai dari sampah tersebut tak seberapa. Namun, sedikit demi sedikit manfaatnya akan begitu besar jika terus dilakukan. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Hijau, Bersih Dan Sehat (HBS) Pemerintah yang terkait berusaha mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tersebut dengan melalui program hijau, bersih dan sehat (HBS), seperti membuang sampah pada 1 Sumber: Bapak M. Sedjo, Ketua RT 05 2 Sumber : Bapak Marno, Ketua RT 22 3 Sumber : Ibu Rusdiana, Istri Ketua RT 22 5

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 tempatnya, waktu pembuangan sampah, pemanfaatan sampah, dan pengelolaan sampah. Larangan membuang sampah tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Dilihat dari larangan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui larangan-larangan dalam perda sampah tersebut, seperti: membuang sampah di jalan atau tempat umum, membakar sampah, waktu pembuangan sampah, dan sebagainya. Bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat serta kurang tegasnya pemerintah dalam penegakan perda tersebut. Apabila ada masyarakat yang terlihat membuang sampah pemerintah hanya mengeluarkan teguran tanpa adanya sanksi seperti yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 47 Ayat (1), (2) dan (3). Lemahnya pengawasan dan kurang tegasnya sanksi bagi masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sampah, menyebabkan persoalan mengenai sampah belum terselesaikan walaupun adanya program hijau, bersih dan sehat (HBS). Seharusnya agar program hijau, bersih dan sehat (HBS) berjalan dengan baik, pemerintah harus membuatkan peraturan baru khusus mengenai HBS. Sehingga dengan adanya peraturan mengenai HBS serta adanya sanksi yang tegas maka masyarakat terikat oleh peraturan tersebut untuk mewajibkan masyarakat menjalankan program HBS dilingkungan masing-masing. Hal ini bertujuan agar program HBS menjadikan Samarinda Kota TEPIAN bisa terlaksana dengan baik. Selain itu, terdapat juga kendala-kendala yang dihadapi setiap RT, antara lain: RT 05 Berdasarkan wawancara dengan Ketua RT 05 Bapak M. Sedjo mengatakan bahwa RT 05 telah menjalakan program HBS sejak tiga tahun terakhir. Gotong royong dilakukan setiap hari minggu, namun saat bulan puasa kegiatan HBS dikurangi. Hal yang paling menghambat program HBS di RT 05 ini adalah kurangnya bantuan dana pembinaan dari pemerintah serta lambatnya tanggapan pemerintah dalam menangani permintaan masyarakat. Masyarakat menjalankan program HBS sebagian besar memakai dana pribadi seperti membeli pot, cat, dan sebagainya. Walaupun tidak adanya dana pembinaan dari pemerintah, masyarakat tetap antusias dalam menjalankan program HBS ini. Semua itu mereka lakukan demi menjaga kebersihan lingkungan. 6

Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) RT 22, Kendala-kendala yang dihadapi di RT 22 berdasarkan wawancara terhadap ketua RT adalah masih adanya sebagian masyarakat kurang sadar akan kebersihan lingkungan. Dengan menjaga kebersihan lingkungan maka akan terciptanya kesehatan. Sebagian besar masyarakat yang kurang sadar akan kebersihan tersebut adalah masyarakat yang baru atau pendatang. Walaupun sudah adanya sosialisasi HBS serta teguran agar menjaga kebersihan lingkungan, masyarakat pendatang tersebut kurang merespon baik. Bahkan terkadang masih membuang sampah dengan sengaja di sembarang tempat. Hal lain yang menjadi kendala adalah kondisi jalan di sepanjang RT 22 yang sempit sehingga apabila pot tanaman diletakkan di pinggir jalan, maka ruas jalan terlihat lebih sempit. RT 38, Menurut Ibu Sri selaku ketua RT 38, bukan hal mudah untuk menjalankan program HBS. Pola pikir warga tentang sampah perlu diubah, itu merupakan kendala berat yang mereka alami. Selain itu, kendala yang di hadapi menurut keterangan RT bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan lingkungan yang sudah ditata, salah satunya pemeliharaan tanaman yang ditata dalam pot. Walaupun tugas yang berat dan Ibu Sri selaku ketua RT seorang perempuan, hal itu tidak menghambat semangatnya untuk tetap terus mensosialisasikan program hijau, bersih dan sehat (HBS) di lingkungannya. Di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir, masih banyak RT yang belum menjalankan program HBS. Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan keterangan terhadap salah satu RT yang belum mengikuti program HBS diantaranya adalah masalah kurangnya dana dan fasilitas yang mendukung dari pemerintah, kemudian masalah keterbatasan waktu, dan masalah gaya hidup atau kebiasaan masyarakat. Untuk menangani kendala-kendala yang dihadapi masyarakat baik yang sudah menjalankan program HBS maupun yang belum menjalankan program tersebut, seharusnya ada tindakan dari pemerintah untuk memberikan solusi dalam penanganan kendala-kendala yang terjadi dilingkungan masyarakat. Selain itu, dari segi masyarakatnya bahwa seharusnya ada kesadaran untuk tetap menjaga lingkungan dan memanfaatkan lingkungan dengan baik walaupun tanpa adanya program HBS. Menjaga lingkungan dapat dimulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempat dan waktu yang tepat, memanfaatkan sampah dengan baik, tidak melakukan penebangan pohon yang mengakibatkan kerusakan hutan, dan sebagainya, karena melakukan kebaikan dalam hal kecil akan berdampak besar jika terus dilakukan dikehidupan sehari-hari. 7

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 Penutup Pengaruh program hijau, bersih dan sehat (HBS) terhadap kualitas lingkungan hidup di Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir pada saat ini menumbuhkan adanya partisipasi aktif, rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan mental/ sikap, pandangan hidup, cara berpikir, cara kerja dan sebagainya. Selain itu lingkungan di Pelita memiliki perubahan yang sangat positif yaitu: Jika sebelum HBS sampah terbuang sia-sia, sekarang dengan adanya HBS, masyarakat lebih bisa memanfaatkan atau menambah nilai ekonomis rumah tangga yang bersangkutan. Nilai ekonomis tersebut dapat dilihat dari: Bank Ramah Lingkungan (Ramli), Pembuatan BBM alternatif dari sampah plastik melalui proses penyulingan, Sampah-sampah plastik dapat diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, baju, topi, bunga dan sebagainya. Kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaan program hijau, bersih dan sehat (HBS) jika dilihat dari larangan membuang sampah tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, sebagian masyarakat ada yang masih belum mengetahui Peraturan Daerah tersebut, bahkan ada juga masyarakat yang mengetahui perda tersebut namun masih membuang sampah pada sembarang tempat karena faktor kebiasaan. Lemahnya pengawasan dan kurang tegasnya sanksi bagi masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, menyebabkan persoalan mengenai sampah belum terselesaikan walaupun adanya program hijau, bersih dan sehat (HBS). Sementara itu, di daerah Kelurahan Pelita hal yang paling menghambat program HBS di RT 05 ini adalah kurangnya bantuan dana pembinaan dari pemerintah serta lambatnya tanggapan pemerintah dalam menangani permintaan masyarakat. Masyarakat menjalankan program HBS sebagian besar memakai dana pribadi seperti membeli pot, cat, dan sebagainya. Untuk di RT 22 yaitu kurangnya dukungan masyarakat terutama bagi para pendatang dan untuk RT 38 kendalanya berupa kurangnya pemeliharaan masyarakat terhadap lingkungan yang sudah tertata, terutama dalam hal pemeliharaan tanaman pot. Beberapa saran yang perlu diperhatikan : 1. Pemerintah seharusnya membuatkan peraturan baru khusus pelaksanaan program HBS beserta sanksinya, agar HBS bisa dilaksanakan di seluruh Kota Samarinda. 8

Penaruh Program Hijau (Nur Hapidah) 2. Pemerintah Daerah Kota Samarinda dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota samarinda sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. 3. Pemerintah Kota Samarinda sebaiknya melakukan kunjungan secara berkala terhadap lingkungan masyarakat untuk melihat pelaksanaan program HBS, tidak hanya pada saat Lomba saja. 4. Sebaiknya pemerintah memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang dihadapi masyarakat dalam menjalankan program HBS. 9

Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 Daftar Pustaka Asshiddiqie Jimly, 2010, Green Constitution Nuansa Hijau, Rajawali, Jakarta. Basriyanto, 2007, Memanen Sampah, Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. Djamal Irwan Zoer aini, 2010, Prinsip-Prinsip Ekologi, PT. Bumi Aksara Jakarta. Hardjasoemantri Koesnadi dan Supriyono Harry, 1996, Hukum Lingkungan, Gadjah Mada, Yogyakarta. Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Ristono, 1999, Menuju Lingkungan Yang Sehat Dan Bersih, CV. Locus, Samarinda. Siahaan, N.H.T., 2004, Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Cetakan Kedua, Jakarta. Slamet Soemirat Juli, 2009, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Soekanto Soerjono, 2003, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta Supranto J., 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta. Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Suryabrata Sumadi, 2003, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Monografi Desa Dan Kelurahan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah 10