BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

1 dari 4 11/07/ :43

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

1 of 6 18/12/ :12

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 6 18/12/ :13

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Perumahan. KPR Sederhana Sehat. Prosedur.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

BAB III PEMBAHASAN TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

LANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Oleh : Agus Kuncoro, CERT.

BIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

2017, No Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

BAB IV. Kesimpulan dan Saran. Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah sebagai berikut: KPA (Kuasa Pengguna Anggaran); menyerahkannya pada BUD;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal 22 yang diatur dalam PMK No. 154/PMK.03/2010. LEMIGAS sebagai instansi pemerintah diwajibkan mempunyai 2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yaitu NPWP Pajak Keluaran dan NPWP Pajak Pungutan. Untuk masing-masing Bendahara Pemerintah dibedakan NPWP-nya, yaitu: 1. Bendahara Penerimaan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.061.063.2.013.000. Bagian Bendahara Penerimaan mempunyai tugas menerima penerimaan jasa teknologi serta melakukan pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN Keluaran. 2. Bendahara Pengeluaran dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 00.011.566.7.013.000. Bagian Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran atas seluruh pembiayaan operasional LEMIGAS serta melakukan pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN Pungutan. Untuk masing-masing bendahara, melaporkan pajaknya sebagai berikut: 1. Bendahara Penerimaan melaporkan e-spt PPN 1111. 2. Bendahara Pengeluaran melaporkan e-spt PPH Pasal 21, PPH Pasal 22, PPH Pasal 23, PPH Pasal 4 ayat (2), dan PPN PUT. Untuk bisa memungut PPh Pasal 22 harus ada pihak yang menjadi Pejabat Perbendaharaan Negara melalui penunjukan resmi dari Kepala Badan Penelitian dan 46

Pengembangan Energi Sumber Daya Mineral untuk melaksanakan kegiatan Kementerian Negara sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang sesuai dengan PMK No. 190/PMK.05/2012 Pasal 5 ayat (1) tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengevaluasian penerapan perpajakan PPh Pasal 22 di LEMIGAS: 1. Menganalisis tarif perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksitransaksi yang terjadi di LEMIGAS dari SPM nya, apakah telah sesuai dengan PMK No. 154 Tahun 2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Membandingkan daftar bukti kas pengeluaran yang tertera dengan yang disetor pada SSP PPh Pasal 22. 3. Menganalisis waktu penyetoran dan pelaporan. Dimulai dari tanggal, bulan, dan tahun yang tertera pada SSP PPh Pasal 22 dan SPT Masa PPh Pasal 22, serta apakah juga sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 4. Menganalisis pembetulan yang terjadi pada SPT Masa PPh Pasal 22. 5. Mengevaluasi akibat/dampak dari masalah yang terjadi. IV.1.1. Prosedur Pengajuan Permintaan Pengadaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Pelaksana Kegiatan menyiapkan pengajuan permintaan barang atau jasa sesuai dengan spesifikasi, jumlah yang dibutuhkan oleh pemakai barang atau jasa di dalam formulir Permintaan Barang atau Jasa (F.9.P.01-A), dan diajukan kepada Penanggung Jawab Kegiatan untuk disetujui. 47

B. Penanggung Jawab Kegiatan (PJK) melakukan kajian terhadap permintaan barang atau jasa, kemudian menyiapkan pemberian persetujuan permintaan pengadaan barang atau jasa dalam Formulir Permintaan Pengadaan Barang atau Jasa (F.09.P.01.B / F.09.P.01.C) untuk mendapatkan persetujuan dari Koordinator Kegiatan. C. Koordinator Kegiatan memberikan persetujuan terhadap permintaan pengadaan barang atau jasa, selanjutnya mengusulkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). D. Pejabat Pembuat Komitmen menetapkan paket-paket pekerjaan sesuai dengan pengajuan permintaan barang atau jasa dari Penanggung Jawab Kegiatan (PJK) dan memerintahkan kepada panitia / pejabat pengadaan barang atau jasa untuk melaksanakan pengadaan barang atau jasa. E. Pejabat Pembuat Komitmen melakukan verifikasi anggaran sebelum memerintahkan ke pejabat / panitia pengadaan barang atau jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia pengadaan barang atau jasa. IV.1.2. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Pejabat / panitia pengadaan barang atau jasa melaksanakan pemilihan penyedia barang atau jasa sesuai peraturan yang berlaku atau mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat Keputusan Presiden Republik Indonesia 48

Nomor 80 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah Republik Indonesia sampai dengan menyiapkan Surat Kontrak Pengadaan Barang/Jasa (SKPB/J) dan Surat Perintah Kerja (SPK). B. Pejabat Pembuat Komitmen bersama penyedia barang atau jasa menandatangani SKPB/J dan SPK yang selanjutnya salinan kontrak diserahkan kepada Koordinator Kegiatan dan Sub Urusan Barang Modal (khusus untuk barang modal). C. Untuk penyediaan barang atau jasa berbahaya dan atau beresiko, penyedia barang atau jasa yang ditunjuk harus melaksanakan Prosedur Pengendalian Kontraktor. D. Setelah menerima SKPB/J dan SPK, penyedia barang atau jasa mengadakan dan menyerahkan barang atau jasa sesuai dengan yang diperjanjikan dalam SKPB/J dan SPK kepada pemeriksa / penerima barang atau jasa. IV.1.3. Prosedur Pemeriksaan dan Penerimaan Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Barang atau jasa yang diserahkan oleh penyedia barang atau jasa sebelum diterima harus dilakukan pemeriksaan oleh personel / tim yang telah ditunjuk dan dituangkan dalam formulir Berita Acara Pemeriksaan Barang atau Jasa (F.9.P.01.D), kemudian disetujui oleh Penanggung Jawab Kegiatan. 49

B. Barang atau jasa yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan (sesuai SKPB/J dan SPK) diserahkan oleh penyedia barang atau jasa kepada personel / tim penerima untuk selanjutnya diserahkan kepada Penanggung Jawab Kegiatan untuk diserahkan kepada Pelaksana Kegiatan serta disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Koordinator Kegiatan yang dituangkan dalam formulir Berita Acara Serah Terima Barang atau Jasa (F.9.P.01.E). C. Setelah barang atau jasa diterima oleh Pelaksana Kegiatan, Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Barang atau Jasa disimpan di Pejabat Pembuat Komitmen. IV.1.4. Prosedur Pembelian Barang atau Jasa di LEMIGAS A. Adanya pembelian barang atau jasa dikarenakan permintaan barang atau jasa dari user. B. Permintaan barang atau jasa dilihat terlebih dahulu oleh Tim Penguji dan dilihat PAGU (Patokan Ganti Uang) tersedia atau tidak, jika telah disetujui oleh Tim Penguji maka dilanjutkan ke bagian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertugas untuk mengambil keputusan dan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban belanja negara dan juga melakukan kegiatan penyelenggaraan belanja negara serta komitmen kepada perusahaan. C. Jika dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen menyetujui permintaan barang atau jasa, panitia pengadaan barang atau jasa akan melakukan 50

proses lelang jika pembelian barang atau jasa diatas Rp100.000.000,00 dan bisa juga melakukan penunjukkan langsung ke rekanan jika pembelian di bawah Rp100.000.000,00. D. Sedangkan untuk pembelian barang atau jasa dibawah Rp10.000.000,00, maka menggunakan Uang Persediaan (UP) yang akan dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran. E. Jika lelang, maka diadakan rapat lelang yang dilakukan oleh panitia lelang. Tetapi jika penunjukkan langsung, maka rekanan ditunjuk langsung oleh pihak pengadaan barang atau jasa. Apabila sudah dilakukan penunjukkan, maka diterbitkan Surat Perintah Kerja (Surat Perjanjian). F. Setelah pekerjaan selesai, pihak ketiga (rekanan) mengajukan dokumen permintaan pembayaran yang harus dilakukan oleh pihak LEMIGAS. Dokumen tersebut antara lain meliputi: Berita Acara Serah Terima Barang, Berita Acara Pemeriksaan Barang atau Jasa, kuitansi, Faktur Pajak Permohonan Pembayaran, dan lain-lain sebagai proses permintaan pembayaran yang harus dilakukan oleh pihak LEMIGAS. G. Setelah dokumen diuji kebenarannya oleh Tim Penguji Tagihan sebagai dasar pembuatan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) yang akan diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Dalam proses ini untuk penunjukkan langsung dan lelang sama prosesnya seperti ini. 51

H. Jika KPPN sudah menguji dokumen tagihan SPM, maka diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Surat Perintah Pencairan Dana dilakukan jika pembayaran langsung oleh KPPN yang transaksinya diatas Rp10.000.000,00. I. Jika transaksi dibawah Rp10.000.000,00, maka mekanisme yang digunakan adalah Ganti Uang atau Uang Persediaan, dalam hal ini terlebih dahulu harus ada persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen untuk melakukan pengeluaran dana dalam hal pembelian barang atau jasa yang dilakukan. Dalam hal Uang Persediaan yang diberikan oleh pemerintah, hanya boleh untuk membiayai pembelian barang atau jasa. Tidak diperbolehkan untuk membayar belanja modal (lemari, komputer, meja) dan belanja pegawai (gaji dan honor pegawai). IV.1.5. Prosedur Pembayaran untuk Pembelian Barang atau Jasa LEMIGAS melakukan pembayaran melalui dua cara, yaitu: Pembayaran secara Langsung dilakukan, jika transaksi di atas Rp10.000.000,00 atas dasar permintaan dari LEMIGAS ada Surat Perintah Kerja (SPK), Berita Acara Penerimaan Barang atau Jasa, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan rekening rekanan. Jika transaksi di bawah Rp10.000.000,00, maka menggunakan Uang Persediaan (UP) yang akan dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran dengan batas maksimum 10 pembayaran yang boleh dilakukan oleh 52

Bendahara Pengeluaran sebesar Rp20.000.000,00. Uang Persediaan tidak bisa digunakan dalam pembelian belanja pegawai dan belanja modal. Pada pola pembayaran pengadaan barang atau jasa dimulai saat pembuatan kontrak dan dimasukkan perhitungan pajak terlebih dahulu untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 ke dalam kontrak yang akan dibuat. Setelah kontrak dibuat, tagihan di cek oleh Tim Penguji kemudian dibuatkan Surat Perintah Membayar (SPM). Surat Perintah Membayar di dalam Bendahara Pengeluaran terdapat 4 jenis, yaitu: 1. SPM Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan UP. 2. SPM Tambahan Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk TUP selama sebulan. 3. SPM Penggantian Uang Persediaan: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM dengan membebani DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), yang dananya digunakan untuk menggantikan UP yang telah dipakai. 4. SPM Langsung: dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA, untuk dibayarkan langsung kepada pihak ketiga. Setelah Surat Perintah Membayar dikirimkan ke kas negara, maka akan dibayarkan oleh Negara sejumlah uang ke rekening rekanan setelah dipotong pajak. Kemudian jika telah dibayarkan, maka bukti Surat Perintah Pencairan Dana diambil oleh petugas pengantar SPM dan diantarkan ke Bendahara Pengeluaran untuk dilakukan pencatatan dan pembukuan. Jika telah dicatat dan dibukukan, maka Bendahara Pengeluaran mengirimkan Formulir Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak 53

kepada Tim Pajak. Kemudian Tim Pajak membuatkan Surat Pemberitahuan Masa PPN dan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran Lama. IV.2. Evaluasi Perhitungan, Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS IV.2.1. Evaluasi Perhitungan dan Pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b), tarifnya sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN/PPnBM atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS). Pemungutan PPh Pasal 22 terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP. Untuk bisa mengetahui besarnya perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22, penulis mengambil sampel dari data-data transaksi yang dilakukan oleh LEMIGAS dengan rekanan yang berbeda yang terdapat di dalam Surat Perintah Membayar (SPM). 54

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh P2SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Dalam hal ini adalah dana untuk pengadaan barang di LEMIGAS. Tahun 2011: 1. Kepada : PT B Uraian : Pembayaran Pekerjaan Pengadaan Barang Literatur di LEMIGAS Tanggal : 18 Oktober 2011 Tabel 4.1. Sampel Pertama SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 536111 24.775.850,- 015.04.01.54.411122.561342 337.853,- 015.04.01.54.411211.561342 2.252.350,- Jumlah Pengeluaran 24.775.850,- Jumlah Potongan 2.590.203,- Rp. 22.185.647,- Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 24.775.850 (24.775.850 x 100/110) = 2.252.350 (sesuai) 55

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (24.775.850 x 100/110) x 1,5% = 337.852,5 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp2.252.350. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp337.852,5 dibulatkan menjadi Rp337.853. Hasil ini membuktikan bahwa sampel pertama tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Kepada : PT M Uraian : Pembayaran atas Pekerjaan Pengadaan Barang Kursi Rapat di LEMIGAS Tanggal : 10 Nopember 2011 Tabel 4.2. Sampel Kedua SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 532111 95.073.000,- 015.04.01.54.411122.561342 1.296.450,- 015.04.01.54.411211.561342 8.643.000,- Jumlah Pengeluaran 95.073.000,- Jumlah Potongan 9.939.450,- Rp. 85.133.550,- 56

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 95.073.000 (95.073.000 x 100/110) = 8.643.000 (sesuai) Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (95.073.000 x 100/110) x 1,5% = 1.296.450 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp8.643.000. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp1.296.450. Hasil ini membuktikan bahwa sampel kedua tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 3. Kepada : PT G Uraian : Pembayaran atas Pengadaan Peralatan Laboratorium Tata Suara di LEMIGAS Tanggal : 6 Desember 2011 Tabel 4.3. Sampel Ketiga SPM Tahun 2011 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 532111 311.778.500,- 015.04.01.54.411122.561342 4.251.525,- 015.04.01.54.411211.561342 28.343.500,- Jumlah Pengeluaran 311.778.500,- Jumlah Potongan 32.595.025,- Rp. 279.183.475,- 57

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 311.778.500 (311.778.500 x 100/110) = 28.343.500 (sesuai) Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (311.778.500 x 100/110) x 1,5% = 4.251.525 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp28.343.500. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp4.251.525. Hasil ini membuktikan bahwa sampel ketiga tahun 2011 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). Tahun 2012: 1. Kepada : CV W Uraian : Pekerjaan Pengadaan Barang Alat Rancangan di LEMIGAS Tanggal : 30 Juli 2012 Tabel 4.4. Sampel Pertama SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 532111 295.570.000,- 015.04.01.54.411122.561342 4.030.500,- 015.04.01.54.411211.561342 26.870.000,- Jumlah Pengeluaran 295.570.000,- Jumlah Potongan 30.900.500,- Rp. 264.669.500,- 58

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 295.570.000 (295.570.000 x 100/110) = 26.870.000 (sesuai) Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (295.570.000 x 100/110) x 1,5% = 4.030.500 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp26.870.000. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp4.030.500. Hasil ini membuktikan bahwa sampel pertama tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 2. Kepada : CV T Uraian : Pembayaran Pengadaan Barang Alat Laboratorium Core Holder di LEMIGAS Tanggal : 11 Oktober 2012 Tabel 4.5. Sampel Kedua SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 532111 1.375.000.000,- 015.04.01.54.411122.561342 18.750.000,- 015.04.01.54.411211.561342 125.000.000,- Jumlah Pengeluaran 1.375.000.000,- Jumlah Potongan 143.750.000,- Rp. 1.231.250.000,- 59

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 1.375.000.000 (1.375.000.000 x 100/110) = 125.000.000 (sesuai) Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (1.375.000.000 x 100/110) x 1,5% = 18.750.000 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp125.000.000. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp18.750.000. Hasil ini membuktikan bahwa sampel kedua tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). 3. Kepada : CV M Uraian : Pembayaran Pekerjaan Pengadaan Barang Pembuatan Famplet, Spanduk, dan Sticker di LEMIGAS Tanggal : 11 Desember 2012 Tabel 4.6. Sampel Ketiga SPM Tahun 2012 PENGELUARAN POTONGAN Akun Jumlah Uang BA.Unit.Lok.Akun.Satker Jumlah Uang 521219 83.671.500,- 015.04.01.54.411122.561342 1.140.975,- 015.04.01.54.411211.561342 7.606.500,- Jumlah Pengeluaran 83.671.500,- Jumlah Potongan 8.747.475,- Rp. 74.924.025,- 60

Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411211.561342 adalah pungutan PPN. Besarnya PPN = 83.671.500 (83.671.500 x 100/110) = 7.606.500 (sesuai) Akun Satuan Kerja 015.04.01.54.411122.561342 adalah pungutan PPh Pasal 22. Besarnya PPh Pasal 22 = (83.671.500 x 100/110) x 1,5% = 1.140.975 (sesuai) Setelah penulis melakukan penghitungan ulang, nilai DPP-nya sebesar Rp7.606.500. Kemudian besarnya PPh Pasal 22 sebesar Rp1.140.975. Hasil ini membuktikan bahwa sampel ketiga tahun 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b). Perhitungan dan pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2011 dan 2012 telah sesuai dengan PMK No. 154/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (1b), yaitu sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum PPN/PPnBM. Adapun jurnal yang dilakukan oleh LEMIGAS sebagai berikut: Pembelian PPN Masukan Uang Muka PPh Pasal 22 xxx xxx xxx Kas / Hutang xxx 61

IV.2.2. Evaluasi Penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (10) tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja negara atau belanja daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a), pembayaran/penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Formulir SSP dibuat dalam rangkap lima, yaitu sebagai berikut: Lembar ke-1 Lembar ke-2 Lembar ke-3 Lembar ke-4 Lembar ke-5 : untuk arsip Wajib Pajak (pihak ketiga/rekanan) : untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi) : untuk arsip Wajib Pungut (LEMIGAS) 62

Untuk bisa mengetahui penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS, penulis mengambil sampel dari bukti kas pengeluaran yang tertera untuk dibandingkan dengan yang disetor pada SSP PPh Pasal 22. Tahun 2011: 1. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : PT R : Pembayaran atas Pengadaan Barang Pencetakan Buku Bukti Kas/Bank Penerimaan tahun 2011 sesuai faktur terlampir Tabel 4.7. Sampel Pertama Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 9.500.000 863.636 129.545 09 Juni 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : PT R Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 atas pembayaran cetak buku bukti kas/bank Penerimaan tahun 2011 Masa Pajak : Juni Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp129.545 63

Tanggal Diterima : 10 Juni 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp129.545. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 9 Juni 2011, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul 12.00 WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. 2. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : KPL : Biaya Pengadaan Barang ATK sesuai kwitansi terlampir Tabel 4.8. Sampel Kedua Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 9.885.000 898.636 134.795 30 September 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : KPL Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 100 64

Uraian Pembayaran Masa Pajak : PPh Pasal 22 1,5% atas tagihan sebesar Rp9.885.000 : Oktober Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp134.795 Tanggal Diterima : 3 Oktober 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp134.795. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 30 September 2011, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul 12.00 WIB. Tanggal 30 September 2011 adalah hari Jumat. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi pada hari kerja berikutnya oleh bank Mandiri, yaitu tanggal 3 Oktober 2011. Kesalahan yang terjadi pada sampel kedua tahun 2011 berada pada Kode Jenis Setoran. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. PER-23/PJ./2010, untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut, Kode Jenis Setoran seharusnya 900, bukan 100. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. 65

3. Dalam bukti kas pengeluaran: Kepada Uraian : PT I : Pembayaran atas Pengadaan Barang Pembelian Alat Tulis Kantor sesuai kwitansi terlampir. Tabel 4.9. Sampel Ketiga Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2011 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 5.150.375 468.216 70.232 21 Desember 2011 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : PT I Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 100 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 1,5% pembelian barang alat tulis kantor sesuai dengan faktur terlampir. Masa Pajak : Desember Tahun Pajak : 2011 Jumlah Pembayaran : Rp70.232 Tanggal Diterima : 20 Desember 2011 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp129.545. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). 66

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 nya terlebih dahulu atas transaksi yang dilakukan dengan PT I pada 19 Desember 2011. Sehingga tanggal diterimanya SSP dicantumkan 20 Desember 2011 oleh bank Mandiri. Kemudian LEMIGAS melunasi sisa tagihan pembayaran kepada PT I pada 21 Desember 2011. Kesalahan yang terjadi pada sampel ketiga tahun 2011 berada pada Kode Jenis Setoran. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. PER-23/PJ./2010, untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut, Kode Jenis Setoran seharusnya 900, bukan 100. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. Tahun 2012: 1. Kepada : CV S Uraian : Biaya Pembayaran Pengadaan Alat Tulis Kantor dan Bahan Komputer sesuai kwitansi terlampir Tabel 4.10. Sampel Pertama Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 8.316.900 756.082 113.412 24 Juli 2012 67

Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV S Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh 1,5% atas pembayaran barang pengadaan alat tulis kantor dan bahan komputer. Masa Pajak : Juli Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp113.412 Tanggal Diterima : 25 Juli 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp113.412. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 24 Juli 2012, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul 12.00 WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. 68

2. Kepada : CV B Uraian : Pembayaran atas Pengadaan Barang Cetak Buku Triwulan I tahun 2012 Tabel 4.11. Sampel Kedua Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 6.000.000 545.455 81.818 19 Juni 2012 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV B Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 900 Uraian Pembayaran : PPh Pasal 22 1,5% atas pengadaan cetak buku triwulan I tahun 2012 Masa Pajak : Juni Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp81.818 Tanggal Diterima : 22 Juni 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp81.818. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). 69

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, keterlambatan tersebut terjadi karena adanya keterbatasan Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dalam menyetorkan SSP PPh Pasal 22. Bendahara Pengeluaran seharusnya dikenakan sanksi administrasi berupa Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak, tidak ada sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% seperti yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a). LEMIGAS belum menerima Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak karena Direktur Jenderal Pajak masih menganggap LEMIGAS belum menyimpang jauh dari peraturan perpajakan yang berlaku. 3. Kepada : CV R Uraian : Biaya Pembelian Bahan Komputer sesuai dengan kwitansi dan faktur terlampir Tabel 4.12. Sampel Ketiga Bukti Kas Pengeluaran Tahun 2012 Tagihan PPN PPh Pasal 22 Tanggal Pelunasan 9.670.000 879.091 131.864 02 Oktober 2012 Dalam Surat Setoran Pajak: Nama WP : CV R Kode Akun Pajak : 411122 Kode Jenis Setoran : 900 70

Uraian Pembayaran Masa Pajak : PPh Pasal 22 pengadaan alat tulis kantor. : Oktober Tahun Pajak : 2012 Jumlah Pembayaran : Rp131.864 Tanggal Diterima : 3 Oktober 2012 Setelah dicocokkan, besarnya PPh Pasal 22 yang disetor melalui SSP sama besar dengan jumlah PPh Pasal 22 di bukti kas pengeluaran, yaitu sebesar Rp131.864. Namun tanggal pelunasan di bukti kas pengeluaran atas transaksi tersebut berbeda dengan tanggal diterimanya SSP oleh Kantor Penerima Pembayaran (bank persepsi). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, kenyataannya LEMIGAS telah menyetorkan SSP PPh Pasal 22 pada 2 Oktober 2012, namun bank persepsi (bank Mandiri) mempunyai batas jam transaksi pajak sampai pukul 12.00 WIB. Jadi tanggal diterimanya SSP PPh Pasal 22 yang telah disetorkan oleh LEMIGAS, diisi tanggal berikutnya oleh bank Mandiri. Kesalahan yang terjadi pada sampel ketiga tahun 2012 berada pada Uraian Pembayaran. Seharusnya Uraian Pembayaran berisi: PPh Pasal 22 pengadaan bahan komputer. Namun hal ini masih dimaklumi oleh bank persepsi karena adanya kwitansi dan faktur yang terlampir. Kesalahan ini terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. 71

Penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2011 dan 2012 tidak sepenuhnya sesuai dengan PMK No. 80/PMK.03/2010 Pasal 2 ayat (10). Hal ini disebabkan karena adanya batas jam transaksi pajak pada bank persepsi. Dan dalam hal keterlambatan penyetoran SSP PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS harus menyetorkan PPh Pasal 22 yang terutang secepatnya karena 70% sumber penerimaan negara berasal dari sektor pajak, termasuk Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah. Diharapkan kedepannya untuk penyetoran PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih memperhatikan batas waktu penyetoran PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah agar dana penerimaan negara berupa pajak dapat masuk ke kas negara secara rutin, meskipun belum mendapatkan Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak. Untuk kesalahan Kode Jenis Setoran dan Uraian Pembayaran disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS. Diharapkan kedepannya dalam pengisian Kode Jenis Setoran dan Uraian Pembayaran pada SSP PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih teliti. IV.2.3. Evaluasi Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3) tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak, 72

bendahara wajib melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1), SPT Masa PPh Pasal 22 yang tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000. Untuk bisa mengetahui pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS, penulis mengambil data dari SPT Masa PPh Pasal 22. Berikut ini adalah SPT Masa PPh Pasal 22 tahun 2010 2012: Tabel 4.13. SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2010 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Februari Rp200.454 Kurang Bayar 01/03/2010 Ya Maret Rp1.943.588 Kurang Bayar 01/04/2010 Ya April Rp3.900.498 Kurang Bayar 01/05/2010 Ya Mei Rp20.618.132 Kurang Bayar 10/06/2010 Ya Juni Rp21.059.111 Kurang Bayar 12/07/2010 Ya Juli Rp25.815.464 Kurang Bayar 01/08/2010 Ya Agustus Rp53.529.052 Kurang Bayar 20/09/2010 Tidak September Rp222.534.875 Kurang Bayar 18/10/2010 Tidak Oktober Rp87.099.534 Kurang Bayar 19/11/2010 Tidak November Rp89.104.198 Kurang Bayar 01/12/2010 Ya 73

Desember Rp1.149.308.826 Kurang Bayar 20/01/2011 Tidak Tabel 4.14. SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2011 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Mei Rp361.200 Kurang Bayar 10/06/2011 Ya Juni Rp658.407 Kurang Bayar 01/07/2011 Ya Juli Rp4.079.285 Kurang Bayar 01/08/2011 Ya Agustus Rp67.930.389 Kurang Bayar 19/09/2011 Tidak September Rp50.103.130 Kurang Bayar 19/10/2011 Tidak Oktober Rp87.320.423 Kurang Bayar 21/11/2011 Tidak November Rp121.602.877 Kurang Bayar 16/12/2011 Tidak Desember Rp948.741.413 Kurang Bayar 20/01/2012 Tidak Tabel 4.15. SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2012 Masa Pajak PPh yang Dipungut Status Tanggal Pelaporan Sesuai Maret Rp2.991.263 Kurang Bayar 13/04/2012 Ya April Rp1.819.753 Kurang Bayar 10/05/2012 Ya Mei Rp1.262.571 Kurang Bayar 04/06/2012 Ya Juni Rp48.511.937 Kurang Bayar 13/07/2012 Ya Juli Rp21.604.798 Kurang Bayar 13/08/2012 Ya 74

Agustus Rp47.519.508 Kurang Bayar 19/09/2012 Tidak September Rp39.860.984 Kurang Bayar 09/10/2012 Ya Oktober Rp48.073.130 Kurang Bayar 14/11/2012 Ya November Rp65.251.178 Kurang Bayar 12/12/2012 Ya Desember Rp360.151.344 Kurang Bayar 18/01/2013 Tidak Adanya Masa Pajak yang kosong pada tahun 2010 sampai tahun 2012, dikarenakan belum adanya pihak yang ditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dan belum adanya transaksi atas pengadaan barang yang dilakukan oleh LEMIGAS dengan rekanan. Pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh LEMIGAS selama tahun 2010 sampai 2012 tidak sepenuhnya sesuai dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3). Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dalam melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22. Jika dilihat dari pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22 tahun 2010 sampai tahun 2012, semakin berkurangnya ketidaksesuaian pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran LEMIGAS dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3). Artinya, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS semakin patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, Bendahara Pengeluaran seharusnya dikenakan sanksi administrasi berupa Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak, tidak ada sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000 seperti yang telah diatur dalam 75

Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 7 ayat (1). LEMIGAS belum menerima Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak karena Direktur Jenderal Pajak masih menganggap LEMIGAS belum menyimpang jauh dari peraturan perpajakan yang berlaku. Diharapkan kedepannya untuk pelaporan PPh Pasal 22, Bendahara Pengeluaran LEMIGAS lebih memperhatikan batas waktu pelaporan PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah agar administrasi perpajakan bisa berjalan sesuai dengan PMK Nomor 80/PMK.03/2010 Pasal 7 ayat (3), meskipun belum mendapatkan Surat Teguran dari Direktur Jenderal Pajak. IV.2.4. Evaluasi Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (1a), pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (2a), membetulkan Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. 76

Tabel 4.16. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2010 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai Juni Rp21.032.928 1 13/04/2011 Ya Desember Rp1.181.772.582 3 13/04/2011 Ya Tabel 4.17. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2011 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai Oktober Rp87.920.296 2 20/01/2012 Ya Desember Rp953.053.015 2 06/03/2012 Ya Tabel 4.18. Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 Tahun 2012 Masa Pajak PPh Kurang Bayar Pembetulan Tanggal Pelaporan Sesuai April Rp4.149.992 3 13/08/2012 Ya Mei Rp3.985.908 2 13/08/2012 Ya Juni Rp51.031.870 1 13/08/2012 Ya Juli Rp25.324.024 2 09/10/2012 Ya Agustus Rp51.010.406 2 14/11/2012 Ya September Rp50.329.453 2 12/12/2012 Ya Oktober Rp51.759.006 1 12/12/2012 Ya 77

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada koordinator pengadministrasi pajak, adanya pembetulan pada SPT Masa PPh Pasal 22 tahun 2010 sampai 2012 dikarenakan data pendukung berupa SSP PPh Pasal 22 datang terlambat dari KPPN. Sehingga Bendahara Pengeluaran LEMIGAS tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, seperti yang telah diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (2a). Dalam hal penyampaian pembetulan SPT Masa PPh Pasal 22 yang dilakukan LEMIGAS selama tahun 2010 2012, telah sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 ayat (1a). 78