BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan merupakan investasi dalam pembangunan nasional karena secara langsung berpengaruh terhadap pembangunan nasional. Kesehatan merupakan modal dasar dalam penentuan kualitas sumber daya manusia sebagai penunjang pencapaian keberhasilan pembangunan nasional. Kesehatan adalah hak asasi setiap masusia yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sangat tinggi nilainya. Setiap manusia memiliki masalah kesehatan yang berbedabeda, salah satunya adalah merokok. Kebiasaan merokok yang menjadi masalah kesehatan ini telah ada sejak dahulu dan terus berkembang dan berlanjut sampai detik ini seiring dengan perkembangan industri yang semakin modern. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok menimbulkan dampak yang buruk terhadap perekonomian negara maupun terhadap kesehatan. Negara membayar biaya lebih besar untuk akibat yang ditimbulkan oleh rokok dibanding dengan pemasukan yang diterimanya dari industri rokok. Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya yang sangat besar

2 tersebut harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh merokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Menurut data, penggunaan tembakau saat ini telah menyebabkan dunia mengeluarkan biaya ratusan miliar dolar AS setiap tahunnya. Sementara itu, bukti ilmiah di Indonesia menunjukkan bahwa setiap satu rupiah dari pendapatan cukai rokok harus dibayar tiga rupiah bahkan lebih untuk biaya kesehatan akibat rokok. Data Bank Dunia tahun 1990 menunjukkan bahwa cukai rokok yang diterima pemerintah Indonesia yakni Rp 2,6 triliun. Namun, kerugian ekonomi akibat rokok yang harus ditanggung rakyat sebesar Rp 14,5 triliun. (Saefudin, 2006). Pusat Penelitian Depkes tahun 2005 melaporkan, total tahun produktif yang hilang karena penyakit yang terkait tembakau adalah 5.411.904 dan bila dihitung berdasarkan perkapita maka total biaya yang hilang mencapai US$ 4,87 miliar atau Rp 43,8 triliun. Belum lagi ditambah biaya perawatan medis tahun 2005 yang diperkirakan hampir Rp 2 triliun serta kerugian karena kematian prematur yang diprediksi US$ 3,461 miliar atau Rp 31,1 triliun. Selain itu kerugian akibat sakit dan disabilitas yang mencapai US$ 1,352 miliar atau Rp 12,16 triliun. Jadi, jika dijumlahkan, total kerugian di bidang kesehatan karena rokok bisa mencapai Rp 88,06 triliun pada tahun 2005. Rokok menimbulkan dampak yang buruk, terutama terhadap kesehatan karena di dalam rokok terkandung kurang lebih 4000 bahan kimia berbahaya yang dapat merusak kesehatan. Para ahli dari badan kesehatan dunia menyimpulkan bahwa merokok dapat menyebabkan seseorang terkena kanker paru, bronkitis kronik, emfisema, penyakit jantung iskemik, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker

3 tenggorokan dan kerongkongan, penyakit pembuluh darah otak, dan gangguan kehamilan dan janin. (Aditama, 1997). Sementara itu, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyatakan bahwa 90% dari jumlah kasus kanker mulut, kanker kerongkongan, bronkitis, dan gangguan paru; 75% dari jumlah kasus penyakit paru kronis; 40% dari jumlah kasus penyakit cerebrovaskuler, disebabkan oleh rokok. Setiap satu batang rokok yang dihisap akan mengambil tujuh menit nyawa. (Reksoprodjo, 2002). Kebiasaan merokok tidak hanya berdampak buruk bagi pihak yang merokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya yang juga menghisap asap rokok dari orang yang merokok, atau lebih dikenal dengan sebutan perokok pasif. Perokok pasif menghisap asap sampingan (sidestream) yang merupakan asap hasil pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup. Dengan demikian pengisap asap sampingan (perokok pasif) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Para perokok pasif mengalami resiko 14 kali menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan, 4 kali menderita kanker esophagus, 2 kali menderita kanker kandung kemih dan 2 kali serangan jantung bila dibandingkan dengan para perokok aktif. (Saleh, 2008) Masalah rokok telah menjadi perhatian serius penduduk dunia. Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2006 melaporkan bahwa jumlah perokok di seluruh dunia mencapai 1,26 miliar. Hampir dua pertiga dari perokok di dunia tinggal di 10 negara yakni di China, India, Indonesia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman dan Turki. Diperkirakan, 900 juta (84%) perokok sedunia tinggal di negara-negara berkembang. Setiap tahunnya, sekitar lima juta orang

4 meninggal dunia akibat kebiasaan merokok. Jika tidak dilakukan penanganan yang memadai, berdasarkan survey WHO, kematian akibat rokok pada tahun 2020 mencapai 8,4 juta jiwa kematian penduduk dunia setiap tahun dan tahun 2030 mencapai 10 juta orang. Sementara itu, WHO (2007) melaporkan bahwa jumlah perokok di kawasan Asia Tenggara mencapai 125, 8 juta orang. Jumlah kematian karena merokok di ASEAN berkontribusi terhadap 20 persen kematian karena rokok di dunia. Indonesia menempati peringkat pertama di kawasan ASEAN, yakni 46,16 persen dari perkiraan total jumlah perokok di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2007. Filipina menempati posisi kedua yakni sebanyak 16,62 persen, dan Vietnam di posisi ketiga sebesar 14,11 persen. Indonesia merupakan negara yang jumlah perokoknya paling banyak di wilayah Asia Tenggara yakni mencapai 62.800.000 jiwa (www.depdagri.go.id). Selama 30 tahun terakhir, konsumsi rokok Indonesia meningkat dari 33 miliar batang pada tahun 1970 menjadi 230 miliar batang pada tahun 2006. Tinggi dan meningkatnya jumlah konsumsi rokok di Indonesia menyebabkan angka kesakitan dan kematian makin meninggi. Tahun 2005, Depkes melaporkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit yang terkait dengan tembakau diperkirakan mencapai 399.800 jiwa. Selain itu, 500 ribu orang Indonesia menderita berbagai penyakit akibat rokok (BPOM RI, 2002). Sementara itu, sekitar 30,05% penduduk Depok mempunyai kebiasaan merokok (Dinkes Depok, 2007). Pemerintah Indonesia, sejak tahun 1999 telah menetapkan peraturan guna menanggulangi masalah rokok, yakni dikeluarkannya PP No.81/1999 yang isinya membatasi penggunaan zat-zat berbahaya dalam satu batang rokok, dan produsen wajib mencantumkan bahaya merokok bagi kesehatan. Selanjutnya, dikeluarkan PP No.19/2003 tentang

5 Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan yang berisikan pengaturan penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan yang mencakup kadar nikotin dan tar yang diperbolehkan dalam rokok yang beredar, persyaratan produksi dan penjualan rokok, persyaratan iklan dan promosi rokok, dan penetapan kawasan tanpa rokok. (LM3, 2003). Pada kenyataannya, adanya peraturan dan pengetahuan yang baik dari semua orang akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut. Hingga saat ini, merokok tampaknya masih menjadi kebiasaan dan bagian dari gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Seperti dapat dilihat setiap hari bahwa banyak masyarakat yang merokok terutama di tempat-tempat umum misalnya terminal, stasiun, pasar, dsb. Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda (usia remaja). Perokok usia muda (remaja) di Indonesia semakin meningkat. Laporan Global Youth Tobacco Survey 2007, jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia. Tidak kurang dari 13,2 % remaja di Indonesia adalah perokok aktif. Sekitar 34,4 % penduduk Indonesia usia 15 tahun keatas mempunyai kebiasaan merokok (Susenas 2004). Dari data tersebut, proporsi laki-laki yang merokok sekitar 63% dan perempuan sekitar 5%. Kondisi tersebut dinilai menjadi sebuah ancaman bagi bangsa Indonesia karena dikhawatirkan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (SDM) karena terkena penyakit akibat merokok, sehingga pembangunan akan terhambat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) melaporkan bahwa terdapat sekitar 1,92 juta anak usia tujuh hingga delapan belas tahun yang menjadi perokok. Menurut Susenas tahun 2001, usia pertama kali merokok terbesar adalah 15-19 tahun (59,8%), sedangkan pada Susenas tahun 2004 usia mulai

6 merokok tertinggi masih pada usia 15-19 tahun, jumlahnya mencapai 63,7 persen. Prevalensi perokok berumur 15-19 tahun meningkat dari 22,6% (1995) menjadi 27,2% (2001), umur 20-24 tahun meningkat dari 42,6% (1995) menjadi 60,1% (2001). (www.kompas.com). Sementara itu, Dinas Kesehatan Depok (2007) menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah perokok berusia lebih dari 15 tahun di wilayah Jawa Barat. Prevalensi perokok berumur lebih dari 15 tahun di wilayah Jawa Barat sebesar 31,8% tahun 2001, 32% tahun 2003, dan 39% pada tahun 2004. Remaja dengan latar belakang kepribadian yang masih relatif labil, kurangnya penerangan mengenai rokok, serta berbagai dalih seperti ingin dianggap lebih dewasa, macho, keren, banyak terpengaruh dan terjebak untuk merokok, yang akhirnya menjadi ketagihan dan menjadi pecandu rokok. Menurut Mu tadin (2002), remaja merokok karena pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor kepribadian, dan pengaruh iklan. Susenas tahun 2001 memperlihatkan bahwa alasan remaja merokok antara lain karena kemauan sendiri, terpengaruh (melihat) teman yang merokok, dan diajari atau dipaksa oleh temannya untuk merokok. Utami, dkk (1993) sebagaimana dikutip Smet (1994) menyatakan bahwa, perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh faktor demografis (umur, jenis kelamin) serta faktor sosio cultural (kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, gengsi, pekerjaan). Kok & De Vries (1985) dalam Smet (1994) menyebutkan bahwa remaja merokok dipengaruhi oleh sikap dan norma sosial (teman-teman, kawan sebaya, orang tua, saudara, media, sosial-politik). Murray, dkk (1983) dan Chassin, dkk (1991) dalam Sarafino (1994) menyebutkan bahwa perilaku merokok remaja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang rokok dan sikap positif mereka terhadap merokok serta kurang percaya bahwa merokok dapat merusak kesehatan

7 Remaja di lingkungan RW.22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan dipersiapkan untuk pembangunan di masa depan. Oleh karenanya, remaja tersebut perlu diupayakan agar memiliki pengetahuan yang jelas dan tepat terutama tentang perilaku hidup bersih dan sehat, khususnya tidak merokok. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 1.2. Rumusan Masalah Perilaku merokok sangat berbahaya bagi kesehatan perokok maupun orang di sekitarnya. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwa merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker paru, jantung, dan sebagainya. Prevalensi perokok di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok usia muda (remaja). Survei sosial ekonomi memperlihatkan terjadinya peningkatan yang cukup mengkhawatirkan pada jumlah perokok usia remaja. Prevalensi perokok berumur 15-19 tahun meningkat dari 22,6% (1995) menjadi 27,2% (2001), perokok berumur 20-24 tahun meningkat dari 42,6% (1995) menjadi 60,1% (2001). Tidak kurang dari 13,2 % remaja di Indonesia adalah perokok aktif. Hal ini merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia karena akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga pembangunan akan terhambat. Kelompok remaja tersebut terjebak dalam perilaku merokok antara lain karena kurangnya pengetahuan tentang rokok, sikap yang salah mengenai rokok, serta pengaruh lingkungan sosial, seperti teman dan keluarga.

8 Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku merokok remaja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu melihat hubungan antara umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap tentang rokok, serta faktor teman dan keluarga dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2008. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008? 2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008? 3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008? 4. Apakah ada hubungan antara sikap tentang rokok dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008? 5. Apakah ada hubungan antara faktor teman dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008? 6. Apakah ada hubungan antara faktor keluarga dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008?

9 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran mengenai perilaku merokok dan faktor-faktor yang berhubungan antara lain umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap tentang rokok, faktor teman dan keluarga pada remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok pada bulan Juni 2008. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan antara umur dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008. 2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008. 3. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008. 4. Mengetahui hubungan antara sikap tentang rokok dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008. 5. Mengetahui hubungan antara faktor teman dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008. 6. Mengetahui hubungan antara faktor keluarga dengan perilaku merokok remaja di lingkungan RW. 22 Sukatani Cimanggis-Depok pada bulan Juni 2008.

10 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat untuk peneliti Dapat menyajikan suatu studi di bidang kesehatan masyarakat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai upaya membuka wacana serta penerapan disiplin ilmu dalam bentuk tulisan ilmiah. 1.5.2. Manfaat untuk RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok Sebagai bahan acuan untuk membuat program dalam rangka menanggulangi masalah merokok pada remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok. 1.5.3. Manfaat untuk FKM UI Hasil penelitian dapat digunakan dan dikembangkan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan sebagai dokumentasi data penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok, khususnya di kalangan remaja. 1.6. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku merokok remaja serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya, yaitu umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap tentang rokok, serta faktor teman dan keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana seluruh variabel yang ditetapkan, diamati dan diukur secara bersamaan pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kluster sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2008. Penelitian ini dilakukan terhadap para remaja di lingkungan RW. 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok.