BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai wadah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali:

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasar modal merupakan salah satu bentuk-bentuk pasar keuangan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pasar modal tidak jauh berbeda dengan pasar-pasar lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk

) TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan tingkat pengembalian (return) (Arista). Tujuan perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pendapatan Nasional Per Kapita berinvestasi pada saham yang dapat memberikan penghasilan (return) yang

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks setiap waktunya, menyebabkan pasar modal dan industri sekuritas

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai wadah untuk bertemunya antara pemilik modal (investor) dan pihak yang membutuhkan modal (emiten). Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang paling sering diperdagangkan di pasar modal. Menurut Sunyoto (2013:119) saham adalah alat bukti kepemilikan atas asset suatu perusahaan yang menerbitkannya baik saham biasa (common stock) maupun saham preferen (preferred stock). Tujuan para investor melakukan transaksi pada saham di pasar modal adalah untuk memperoleh keuntungan (return) yang optimal (Widayanti dan Haryanto, 2013). Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Return dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: return realisasi (return yang sudah terjadi) dan return ekspektasi (return yang belum terjadi yang diharapkan di masa mendatang) (Jogiyanto, 2003:109). Salah satu alat pengukuran return realisasi adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain dan yield (Jogianto, 2003:110). Yield merupakan komponen dari return yang mencerminkan aliran kas (pendapatan)yang diterima secara periodik dari investasi. Yield pada saham ditunjukkan dengan besarnya deviden yang diperoleh investor. Capital gain (loss) adalah kenaikan (penurunan) harga saham yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor (Tandelili, 2001:48). 1 1

2 Harga pasar saham yang semakin tinggi menunjukan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh investor, karena dengan semakin tinggi harga saham maka akan menghasilkan capital gain yang semakin besar (Jogianto, 2009:200). Dan capital gain yang semakin besar tentu akan sangat berpengaruh pada tingkat keuntungan (return) yang akan diterima oleh para investor. Investor sangat berharap dapat memperoleh return yang optimal sebagai imbalan atas investasi yang dilakukannya. Namun fenomena yang terjadi di berbagai perusahaan, tidak mampu memberikan return yang optimal seperti yang diharapkan investor. Untuk itu para investor perlu melakukan analisis sebelum melakukan investasi di suatu perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian peneliti adalah return saham pada perusahaan wholesale dan retail trade yang telah go public. Perusahaan ritel (retail trade) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan yang melakukan aktivitas penjualan langsung pada konsumen akhir. Masyarakat Indonesia lebih senang berbelanja di ritel modern karena faktor gengsi, kebersihan, kenyamanan dan kepraktisan, yang dapat memicu meningkatnya gairah berbelanja masyarakat menjadi konsumtif (Purnomo, Serfiyani dan Hariyani, 2013:213). Bisnis ritel modern digolongkan menjadi toko modern (hypermarket, supermarket, departement store, minimarket dan lainnya) dan pusat perbelanjaan (mall, plaza, square, dan trade center). Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Sejak Desember 2011 Indonesia kembali pada status negara yang layak investasi (invesment grade) yang dulu lepas sejak tahun 1997 akibat krisis

3 ekonomi. Status sebagai negara layak investasi mendorong masuknya investasi asing ke dalam negeri dalam jumlah besar-besaran. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya perusahaan ritel modern yang membuka cabang di berbagai daerah, sehinga memperketat persaingan diantara mereka, yang akan berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh perusahaan dan tentu juga akan berdampak pada return yang di terima para investor. Sama halnya dengan perusahaan ritel perusahaan kategori wholesale aktivitas utamanya juga bergerak dibidang perdagangan. Wholesale adalah pegang besar (grosir) yang aktivitas utamanya adalah distributor jual beli dalam partai besar. Perdagang jenis ini melakukan transaksi bukan kepada pemakai akhir seperti halnya ritel, melainkan melakukan transaksi jual beli kepada pedagang lain yaitu pengecer atau kepada pemakai industri dalam jumlah besar. Perusahaan wholesale dan retail trade telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang perdagangan. Perkembangan tersebut membuat persaingan semakin ketat dan dituntut untuk dapat meningkatkan potensinya dan memanfaatkan peluang yanga ada secara efektif dan efesien dalam kegiatan operasionalnya, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang akan berpengaruh pada penilaian perusahaan dimata para investor. Hal inilah yang menjadi daya tarik peneliti untuk memilih objek pada perusahaan wholesale dan retail trade karena kedua jenis perusahaan ini sama-sama bergerak dalam bidang perdagangan, dan sektor ini memiliki prospek investasi yang cukup beresiko sehingga perlu adanya analisis yang mendalam dalam menilai return sahamnya. Berikut ini adalah gambaran pergerakan return saham beberapa perusahaan wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4 Tabel 1.1 Nilai Return Saham Pada Beberapa Perusahaan Wholesale dan Retail EMITEN PERRUSAHAAN THN AIMS BMSR WICO LPPF HERO RALS Sub sektor : Wholesale Akbar Makmur Tbk Indo Stimec Bintang Mitra Semestaraya Tbk Wicaksana Overseas International Tbk Sub sektor : Retail Trade Matahari Departement Store Tbk Hero Supermarket Tbk Ramayana Lestari Sentosa Tbk Trade di BEI Periode 2009-2012 Sumber: www.idx.co.id yang diolah 2013 H. SAHAM SEKARANG H.SAHAM SEBELUMNYA RETURN SAHAM 2009 115 137-0,1606 2010 135 115 0,1739 2011 255 135 0,8889 2012 240 255-0,0588 2009 200 300-0,3333 2010 265 200 0,3250 2011 210 265-0,2075 2012 190 210-0,0952 2009 50 50 0,0000 2010 50 50 0,0000 2011 61 50 0,2200 2012 53 61-0,1311 2009 700 50 13,0000 2010 2550 700 2,6429 2011 2400 2550-0,0588 2012 2700 2400 0,1250 2009 4000 4000 0,0000 2010 4300 4000 0,0750 2011 1100 0 4300 1,5581 2012 4325 11000-0,6068 2009 620 500 0,2400 2010 850 620 0,3710 2011 720 850-0,1529 2012 1220 720 0,6944 Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat pergerakan return saham pada perusahaan wholesale dan retail trade secara garis besar mengalami fluktuasi selama kurun waktu 2009-2012. Jika diperhatikan return saham tersebut mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2009 sebesar 13,00 pada perusahaan LPPF, dan diperoleh return saham terendah pada tahun 2012 sebesar -0,6068 pada perusahaan HERO. Hal ini menunjukkan bahwa return saham yang diharapkan

5 investor perlu dianalisis lebih lanjut mengenai beberapa faktor yang mempengaruhinya, agar prediksi investor dalam membeli saham perusahaan dapat menghasilkan return yang positif artinya terjadi peningkatan return yang akan diterima investor. Isu yang berkembang saat ini bisnis ritel modern di Indonesia sudah semakin menjamur hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Menurut Purnomo, Serfiyani dan Hariyani (2013:213) bisnis ritel sangat prospektif dan menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit, sehingga memicu banyak pelaku usaha berlomba-lomba membangun bisnis ritel. Namun kenyataannya jika diperhatikan pada tabel 1.1 return yang diterima investor tidak stabil dan dapat pula ada pula tidak meguntungkan. Hal ini tentu saja menjadi daya tarik peneliti untuk mengangkat masalah return saham pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI. Penelitian mengenai return saham telah banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan menggunakan faktor-faktor yang berbeda yang diduga dapat mempengaruhi return saham dengan hasil yang berbeda-beda pula, seperti penelitian: Arista dan Astohar (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Hasil risetnya menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Price Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Begitu juga hasil dari penelitian yang dilakukan Susilowati dan Turyanto (2011) dari hasil penelitiannya mengenai reaksi signal rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return

6 saham hanya mampu membuktikan DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Variabel lain yang digunakannya yaitu EPS, Net Profit Margin (NPM), ROA, dan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif naum tidak signifikan terhadap return saham. Sugiarto (2010) juga melakukan riset tentang return saham dengan menggunakan variabel BETA, Size, DER dan PBV. Hasil risetnya membuktikan Size dan PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan BETA berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian Hermawan (2012) yang melakukan penelitian mengenai return saham dengan menguji variabel DER, EPS, dan NPM. Dari hasil penelitiannya yang terbukti dapat mempengaruhi return saham secara positif dan signifikan hanya EPS. Penelitian lain mengenai return saham, dilakukan oleh Sari dan Venusita (2013) dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA), EPS, ROE, NPM terhadap return saham. Hasil penelitiannya hanya mampu membuktikan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel EVA dan NPM berpengaruh positif namun tidak signifikan. Berdasarkan survey literatur diatas banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return saham. Menurut Samsul (2006:200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro. Faktor makro adalah faktor yang berada di luar perusahaan seperti kurs, politik, dan inflasi. Fakto mikro merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri seperti: laba bersih per saham, nilai buku per saham, rasio utang terhadap ekuitas dan rasio keuangan lainnya.

7 Penelitian ini akan menggunakan faktor mikro, dimana faktor mikro mampu mencerminkan kondisi perusahaan melalui analisis rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan oleh emiten dalam laporan keuangan (Samsul, 2006:203). Rasio keuangan dianalisis dengan menggunakan informasi yang tertera dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi penting yang dapat memprediksi laba saham melalui angka-angka yang ada dalam neraca, laporan laba rugi, perubahan modal dan arus kas. Analisis pada laporan keuangan disebut juga analisis fundamental. Ada perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak investor dalam menganalisis rasio keuangan. Rasio likuiditas dan rasio aktivitas sangat penting bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui besar kecilnya keuntungan yang diperoleh setiap bulannya tergantung pada pengelolaan dana likuiditas serta persediaan dan piutang. Tapi bagi investor yang terpenting adalah hasil pengelolaan bukan pada cara pengelolaannya. Karena tidak semua rasio keuangan yang dianalisis dari laporan keuangan tersebut dibutuhkan oleh para investor. Oleh sebab itu rasio yang penting bagi investor adalah laba usaha per saham, laba bersih per saham, dan nilai buku per saham (Samsul, 2006:204). Maka penelitian ini menggunakan variabel fundamental dengan berfokus pada penggunaan faktor mikro dengan menggunakan variabel profitabilitas, struktur modal, Rasio Saham (Common Stock Ratios) dan ukuran perusahaan (size) serta menggunakan komisaris independen sebagai penerapan dari prinsipprinsip Good Corporate Governance (GCG). Rasio profitabilitas sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan yang mewakili kinerja manajemen. Rasio sangat penting

8 untuk diperhatikan para pemegang saham, sebab akan berdampak pada harga saham serta dividen yang akan diterima investor (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:64). Alat ukur profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan menggunakan modal sendiri. ROE yang semakin tinggi dari suatu perusahaan akan semakin menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, karena ROE perusahaan yang tinggi berarti return yang akan diterima nantinya juga semakin besar. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Sari dan Venusita (2013) membuktikan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham. Tetapi tidak begitu dengan hasil penelitian Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini lah menjadi alasan penggunaan ROE sebagai salah satu alat ukur variabel independen dalam penelitian ini sebab masih beragam hasil yang ditemukan para peneliti terdahulu. Variabel lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu struktur modal. Struktur modal pada setiap perusahaan akan ditetapkan dengan memperhitungkan berbagai aspek atas dasar kemungkinan akses dana, keberanian perusahaan menanggung resiko, rencana strategis pemilik, serta analisis biaya dan manfaat yang diperoleh dari tiap sumber dana tersebut (Sugiarto, 2009:2). Struktur modal merupakan alat analisis solvabilitas yang dapat dilihat dari beberapa prespektif, salah satunya adalah dengan menganalisis prespektif perbedaan antara utang dan ekuitas yang disebut dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER yang tinggi menunjukkan bahwa total hutang lebih besar dibanding modal sendiri. Rasio ini secara umum menunjukkan tentang kelayakan dan resiko keuangan suatu

9 perusahaan (Kasmir, 2012:158). Pemilihan variabel ini diperkuat oleh hasil riset Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan DER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sebaliknya hasil penelitian Anik dan Indriana (2010) menyatakan DER tidak berpengaruh signifikan return saham. Hal ini lah menjadi alasan penggunaan DER sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian ini sebab masih beragam hasil penelitian sebelumnya. Rasio Saham (Common Stock Ratios) merupakan rasio yang menunjukkan bagian dari laba suatu perusahaan, dividen, dan modal yang dibagikan pada setiap saham. Ada beberapa cara pengukuran rasio ini diantaranya Earning Per Share (EPS), Price Book Value (PBV) dan lain-lain (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:66). Komponen utama yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis perusahaan adalah EPS atau laba per lembar saham. EPS dapat menggambarkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap untuk dibagikan pada semua pemegang saham (Tandelilin, 2001:241). EPS yang lebih tinggi akan menggambarkan prospek perusahaan lebih baik, yang berpengaruh terhadap harga saham dan return saham. Oleh karena itu para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS lebih tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Hermawan (2012) membuktikan bahwa EPS berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Namun menurut hasil penelitian Sari dan Venusita (2013) EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, begitu juga dengan hasil penelitian Susilowati dan Turyanto (2011). Hasil penelitian mengenai EPS masih beragam hal ini menjadi alasan penggunaan EPS sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini.

10 Investor juga dapat menggunakan Price Book Value (PBV) sebagai indikator dalam pengambilan keputusan investasi. PBV merupakan rasio pasar yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai buku (Sugiarto, 2010). Tinggi atau rendahnya nilai PBV akan berpengaruh pada tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan. Dimana harga saham akan berdampak pada return yang akan diterima para investor. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Sugiarto (2010) yang membuktikan bahwa PBV berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu size (ukuran perusahaan). Besar kecilnya Ukuran (size) suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan kegiatan operasinya. Size perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan tersebut (Sunyoto, 2013:115). Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil yang akan berpengaruh pada tingkat pengembalian (return) saham. Investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula. Hal ini diperkuat oleh hasil riset Sugiarto (2010) mampu membuktikan bahwa size suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan komisaris independen sebagai salah satu implementasi untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Menurut Riandi dan Siregar (2011) Peran dan tuntutan para investor dan kreditor asing mengenai penerapan GCG merupakan salah satu faktor dalam

11 pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Dengan adanya komisaris independen pada suatu perusahaan diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat direksi untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif, kewajaran dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Menurut Anggitasari dan Mutmainah (2012) semakin besar proporsi komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan semakin objektif. Pengambilan keputusan yang objektif ini dapat mempengaruhi harga saham perusahaan sehingga akan berdampak pada return saham dan akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yan telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat isu yang sama yaitu mengenai return saham dengan mengangkat judul penelitian: Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, Rasio Saham, dan Size Terhadap Return Saham Dengan Komisaris Independen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di Bursa Efek Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas (ROE), struktur modal (DER), rasio saham (EPS dan PBV) dan size berpengaruh terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial? 2. Apakah komisaris independen dapat memoderasi hubungan profitabilitas (ROE), struktur modal (DER), rasio saham (EPS dan PBV) dan size dengan return saham?

12 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh profitabilitas (ROE), struktur modal (DER), rasio saham (EPS dan PBV) dan size berpengaruh terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial. 2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap hubungan profitabilitas (ROE), struktur modal (DER), rasio saham (EPS dan PBV) dan size. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan peneliti khususnya mengenai pengaruh profitabilitas, struktur modal, rasio saham dan size berpengaruh terhadap return saham. 2. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor maupun calon investor dalam memilih investasi yang tepat khususnya pada saham. 3. Sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan masalah yang sama sehingga hasilnya lebih baik dan dapat diterapkan secara operasional di lapangan. 1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat replikasi dari penelitian Arista dan Astohar (2012) yang meneliti tentang Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI periode 2005-2009). Yang menggunakan variabel ROA, DER, EPS dan

13 PBV. Dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa PBV berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Perbedaan penelitian yang sekarang yaitu alat ukur untuk profitabilitas menggunakan ROE dari penelitian sebelumnya menggunakan ROA dan menambah variabel Size sebagai variabel independen dengan alasan bahwa menurut Sugiarto (2010) dan Suharyoko (2009) yang menyatakan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Dimana para investor berspekulasi bahwa ukuran perusahaan (size) mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan dan resiko yang akan berdampak pada tingkat pengembaliannya (return) yang akan di peroleh investor. Selain menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini juga menggunakan variabel moderating yaitu komisaris independen, yang diduga juga memiliki pengaruh terhadap return saham. Sebab komisaris independen merupakan salah satu cara dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG, dimana informasi mengenai penerapan GCG pada suatu perusahaan akan meningkatkan kepercayaan para investor pada emiten. Alasan utama menggunakan komisari independen sebagai variabel moderaring yaitu menurut pendapat Anggitasari dan Mutmainah (2012) semakin besar proporsi komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan semakin objektif. Pengambilan keputusan yang objektif, dapat mempengaruhi harga saham perusahaan, harga saham tentu akan mempengaruhi return saham yang diterima investor. Jenis perusahaan yang dipilih juga berbeda yaitu penelitian sebelumnya pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI periode 2005-2009 sedangkan

14 penelitian yang sekarang pada perusahaan wholesale dan retail trade yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. Beberapa tahun terakhir menjadi fenomena Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki pertumbuhan bisnis ritel terbaik di Asia setelah India dan China, hal itu sesuai dengan hasil survei yang dilakukan perusahaan konsultan manajemen global AT kearney dalam laporan Global Ritail Development Index (GRDI) pada tahun 2011 (Purnomo, Serfiyani dan Hariyani, 2013:1). Peneliti memilih sektor ini dengan alasan isu yang berkembang saat ini bisnis ritel modern di Indonesia sudah semakin menjamur hampir diseluruh wilayah Indonesia, sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Tingginya tingkat persaingan menyebabkan sejumlah pelaku bisnis ritel modern melakukan berbagai upaya dalam mengelola dan mengembangkan usahanya. Begitu juga dengan perusahaan wholesale merupakan sektor yang memiliki prospek investasi yang cukup beresiko sehingga perlu adanya analisis yang mendalam dalam menilai return sahamnya. Untuk lebih jelasnya perbedaan tersebut dapat dilihat pada ringkasantabel berikut ini: Tabel 1.2 Originalitas Penelitian Jenis Penelitian saat ini (2014) Penelitian sebelumnya (2012) Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X) Variabel Moderating (Z) Lokasi Populasi Alat Uji Statistik Return Saham Profitabilitas (ROE) Struktur Modal (DER) Rasio Saham (EPS) Rasio Saham (PBV) Size Return Saham Komisaris Independen - Perusahaan wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di BEI periode 2008-2012 Perusahaan wholesale dan Retail Trade sebanyak 26 perusahaan dengan time series 5 tahun sehingga jumlah 130 data. Uji regresi berganda dan uji moderating residual dengan menggunakan SPSS Return On Asset (ROA) Debt to Equity Ratio (DER) Earning Per Share (EPS) Price to Book Value (PBV) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009 Perusahaan Manufaktur yang sebanyak 114 perusahaan yang dijadikan sebagai data. Uji regresi berganda menggunakan SPSS