BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia dengan angka kelahiran yang sangat. berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang.

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program keluarga berencana (KB) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia, maka pemerintah mencanangkan program keluarga berencana untuk menuju norma keluarga yang kecil, bahagia dan sejahtera sehingga dapat menghasilkan SDM yang berkualitas. Keluarga Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). Kontrasepsi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, mengunakan alat/obat, atau dengan operasi (Mansjoer, dkk, 2001). Kontrasepsi hormonal merupakan obat atau alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan, dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya, kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 3, yaitu kontrasepsi suntik, kontrasepsi oral (pil) dan kontrasepsi implant (susuk)

(Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). Menurut petugas Unit Kesehatan Keluarga Puskesmas Baki, bahwa peserta Keluarga Berencana yang masih menggunakan kontrasepsi pil dan non metode jangka panjang lainnya diarahkan untuk memilih spiral/iud atau metode jangka panjang yang lebih murah dan telah diketahui mempunyai daya lindung yang lebih efektif serta pemakaian yang lama, digunakan satu kali dalam waktu yang cukup lama. Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik, ada yang dililit tembaga dan ada yang tidak, ada pula yang dililit tembaga bercampur perak. Selain itu, ada yang mengandung hormon pencegah kehamilan (Saifuddin, 2003). Metode kontrasepsi IUD dan Pil mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda. Kontrasepsi IUD mempunyai efek samping dan komplikasi yang sering terjadi, seperti perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama, dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi saat haid lebih sakit yang memungkinkan penyebab anemia, merasa sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar), tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, penyakit radang panggul (Saifuddin, 2003). Sedangkan kontrasepsi pil mempunyai efek samping dan komplikasi yang ditimbulkan seperti muntah, sakit kepala, payudara membesar dan terasa lebih nyeri, oedema/resistensi cairan tubuh, berat 2

badan yang bertambah, rasa lelah, depresi, dysplasia servik, hipertensi, miokard infark (Hartanto, 2004). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), (2014) menyatakan bahwa jumlah peserta KB aktif sampai bulan Januari 2014 menurut tempat pelayanan, yaitu pelayanan di Pemerintah sebanyak 18.957.650 peserta dan pelayanan di Swasta sebanyak 14.881.089 peserta. Berikut informasi mengenai jumlah perseta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang digunakan, yaitu 3.922.409 peserta IUD, 1.207.597 peserta MOW, 241.968 peserta MOP, 3.307.997 peserta implant, 1.046.579 peserta kondom, 15.891.480 peserta suntik dan 8.220.709 peserta pil (BKKBN, 2014), memperlihatkan bahwa masyarakat lebih memilih pelayanan kontrasepsi di pelayanan Pemerintah daripada pelayanan swasta, dengan metode kontrasepsi IUD menempati urutan ketiga setelah metode kontrasepsi hormonal (suntikan dan implant). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), (2014) menyatakan bahwa peserta KB aktif di Provinsi Jawa Tengah sampai bulan Januari 2014 sebanyak 5.274.506 peserta, dengan persentase sebagai berikut 469.126 (8,89%) peserta IUD, 279.948 (5,31%) peserta MOW, 53.355 (1,01%) peserta MOP, 120.884 (2,29%) peserta kondom, 582.887 (11,05%) peserta implant, 2.997.642 (56,45%) peserta suntikan dan 790.664 (14,99%) peserta pil (BKKBN, 2014). Data tersebut menunjukkan, bahwa metode kontrasepsi hormonal (suntik, implant dan pil) lebih disukai oleh masyarakat dari pada metode kontrasepsi lainnya. 3

Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berenacana (KPPKB) Kabupaten Sukoharjo menyatakan bahwa, masyarakat lebih memilih kontrasepsi hormonal (suntik, implant dan pil) dari pada alat kontrasepsi non hormonal seperti IUD, MOP, MOW dan kondom. Pengguna KB aktif sampai bulan Maret 2014 sebanyak 122.233 peserta, dengan jumlah sebagai berikut 22.375 peserta IUD, 10.347 peserta MOW, 501 peserta MOP, 1.530 peserta kondom, 9.964 peserta implant, 61.823 peserta suntikan dan 15.693 peserta pil (KPPKB, 2014). Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Baki menyatakan bahwa peserta KB aktif pada tahun 2013-2014 sebanyak 2031 peserta, dengan jumlah sebagai berikut 61 peserta IUD, 9 peserta MOW, 0 peserta MOP, 2 peserta Kondom, 152 peserta implant, 1.570 peserta suntikan dan 237 peserta pil (PKB, 2014). Dari data tersebut diketahui, bahwa metode kontrasepsi pil menempati urutan kedua setelah metode kontrasepsi suntik. Unit Kesehatan Keluarga (Kesga) Puskesmas Baki menyatakan bahwa peserta KB aktif pada bulan April 2014 sebanyak 30 peserta, dengan jumlah sebagai berikut 4 peserta IUD, 6 peserta implant, 19 peserta suntikan dan 1 peserta pil (Kesga, 2014). Diketahui bahwa masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas lebih memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implant dan suntikan daripada memilih metode kontrasepsi pil. Selain itu, metode kontrasepsi pil juga banyak tersedia di apotek-apotek. Maka dari itu, masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas kebanyakan untuk memilih 4

metode kontrasepsi jangka panjang, yang pelayanannya hanya tersedia di pelayanan kesehatan Pemerintah dan Swasta. Penyuluh Keluarga Berencan (PKB) Kecamatan Baki menyatakan bahwa pada tahun 2011 peserta KB IUD ssebanyak 62 akseptor dan pil 202 akseptor, pada tahun 2012 peserta KB IUD mengalami peningkatan menjadi 108 akseptor dan KB pil menjadi 247 akseptor, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan terhadap peminatan peserta KB IUD menjadi 47 akseptor dan KB pil menjadi 150 peserta. Tujuan kelima dari Millennium Development Goal s (MDGs) yaitu menigkatkan kesehatan ibu, salah satunya mencapai dan menyediakan askes kesehatan reproduksi tahun 2015. Penggunaan kontrasepsi pada WUS (15-49 tahun) meningkat menjadi 61%. Akan tetapi dengan keterbatasan data sulit untuk mengukur sejauh mana pencapaian target akses untuk kesehatan reproduksi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 bahwa proporsi WUS khususnya di Jawa Tengah lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi hormonal daripada non hormonal. Sedangkan untuk tempat pelayanan KB masyarakat lebih memilih ke Bidan daripada tempat-tempat pelayanan KB yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Purba (2008), bahwa faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi yaitu jumlah anak (p=0,008), pengetahuan (p=0,014), dan sikap (0,041), sedangkan faktor 5

pendorong dan pendukung yang berpengaruh diantaranya ketersediaan alat kontrasepsi (p=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (p=0,005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan petugas kesehatan keluarga Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo diperoleh hasil bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan alat kontrasepsi. Padahal sebelum dilakukan tindakan pemakaian alat kontrasepsi, masyarakat sudah diberi penyuluhan terhadap efek samping yang ditimbulkan dari alat kontrasepsi yang dinginkan. Selain itu, mereka yang datang ke Puskesmas juga lebih memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti kontrasepsi suntik, implant dan IUD dari pada metode kontrasepsi lainya. Maka dari itu, pemilihan metode kontrasepsi yang tepat merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat terutama pada wanita usia subur yang sudah menikah, karena masing-masing dari alat kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan metode kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan jumlah anak. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti tentang Faktor Yang Membedakan Antara Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) Dan Kontrasepsi Pil Pada Wanita Usia Subur Di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah Ada Faktor Yang Membedakan Antara Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) Dan Kontrasepsi Pil Pada Wanita Usia Subur Di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang membedakan antara pemilihan alat kontrasepsi IUD dengan alat kontrasepsi pil pada wanita usia subur. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, pendapatan) yang membedakan masyarakat dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. b. Menggambarkan faktor pemungkin (ketersediaan alat kontrasepsi dan akses pelayanan KB) yang membedakan masayakat dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. c. Menggambarkan faktor pendorong (dukungan suami dan petugas kesehatan) yang membedakan masayakat dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. 7

d. Menganalisis perbedaan antara faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, pendapatan) dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. e. Menganalisis perbedaan antara faktor pemungkin (ketersediaan alat kontrasepsi dan akses pelayanan KB) dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. f. Menganalisis perbedaan antara faktor pendorong (dukungan suami dan petugas kesehatan) dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil. g. Mengetahui faktor-faktor yang membedakan pemilihan alat kontrasepsi IUD dan pil pada WUS. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam memilih alat kontrasepsi, sehingga dapat bermanfaat secara maksimal. 2. Bagi Instansi PLKB Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam kebijakan pengembangan keluarga berencana. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 8