I.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005).

ASPEK HUKUM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Husendro

BAB I PENDAHULUAN. 1945) Pasal 1 ayat (2) menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

Implikasi Hak Recall Partai Politik Terhadap Sistem Kedaulatan Rakyat. Malicia Evendia. Mahasiswa Bagian HTN Fakultas Hukum Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DAN OTORITASNYA DALAM PEMAKZULAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

MEKANISME PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DI KABUPATEN JEMBER. Oleh: Fauziyah

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 38/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Hak Recall

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

BAB III. MEKANISME PAW ANGGOTA DPR/DPRD MENURUT UU RI No 27 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Re

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS HAK RECALL OLEH PARTAI POLITIK DALAM SISTEM PEMILU PROPORSIONAL TERBUKA NASKAH PUBLIKASI

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

- 2 - Memerhatikan...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini, rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan bahwa Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengemukakan, rakyatlah yang dianggap sebagai pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. 1 Sebagai pemilik dan pemegang kekuasaan, rakyat menentukan corak dan cara pemerintahan diselenggarakan, serta menentukan tujuan yang hendak dicapai negara. 2 Dalam UUD Tahun 1945, kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui sistem perwakilan ( representation). 3 Jimly Asshidiqie menyatakan bahwa kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau demokrasi biasa juga disebut sistem demokrasi perwakilan (representative democracy) atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy). 4 Dalam praktek ketatanegaraan pengisian lembaga perwakilan dilaksanakan melalui Pemilihan umum (Pemilu). Dengan demikian, Pemilu adalah salah satu instrumen mewujudkan kedaulatan 1 Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PSHTN FHUI, 1983), hlm. 328. 2 Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah konstitusi, 2006), hlm. 168. 3 Lihat Pasal 1 ayat (2) UUD Tahun 1945 4 Ibid, hlm. 328.

rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang sah serta sarana mengartikulasi aspirasi dan kepentingan rakyat. 5 Oleh karena itu dalam perkembangan negara modern, Pemilu menjadi tonggak demokrasi. Sedangkan esensi demokrasi secara universal adalah pemerintahan yang dipilih langsung atau tidak langsung melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di dalam lembaga perwakilan, yang lebih lazim disebut parlemen. Alfred de Grazia dalam tulisannya mengenai Teori Perwakilan Politik mengemukakan bahwa perwakilan diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakil dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakil. 6 Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui Pemilu secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakilnya. Dalam Pasal 22E UUD Tahun 1945 disebutkan bahwa Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 7 (UU Pemilu), menyatakan bahwa Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka. 8 Melalui sistem proporsional terbuka rakyat tidak lagi hanya memilih tanda gambar partai namun langsung tertuju terhadap calon yang akan dipilih untuk duduk di parlemen. Dalam sistem 5 Ibnu Tricahyo, Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal, (Malang: In-Trans Publishing, 2009), hlm. 6. 6 Alfred de Grazia dalam Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 1. 7 Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 5316. 8 Lihat Pasal 5 ayat (1) UU Pemilu.

proporsional terbuka, siapa yang meraih suara paling banyak dialah yang terpilih tanpa mempersoalkan nomor urut. Proses rekrutmen keanggotaan lembaga perwakilan rakyat (DPR/DPRD) berbasis partai politik, sehingga tidak ada satupun anggota dewan yang tidak terikat pada suatu partai politik. Sebagaimana tercermin Pasal 67 dan Pasal 341 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 9 (UU MD3), menyatakan bahwa DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. Selain itu dalam Pasal 22E ayat (3) UUD Tahun 1945 disebutkan bahwa peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. Serta pada Pasal 7 UU Pemilu bahwa Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah partai politik. Menurut UUD Tahun 1945, badan-badan perwakilan rakyat yang ada di Indonesia adalah : 1.) MPR, yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu. 2.) DPR, terdiri atas anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum, yang berkedudukan sebagai lembaga negara. 3.) DPRD, terdiri atas anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih melalui pemilihan umum, yang berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah. 10 9 LNRI Tahun 2009 Nomor 123, TLNRI Nomor 5043. 10 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 172

Anggota DPR dan DPRD selain dipilih, dapat juga diberhentikan dari jabatannya. Ketentuan mengenai alasan pemberhentian antar waktu anggota lembaga perwakilan rakyat tersebut telah diatur dalam Pasal 213 ayat (1) dan (2) serta Pasal 383 ayat (1) dan (2) UU MD3. Pasal 213 ayat (1) menyatakan bahwa anggota DPR berhenti antarwaktu karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan. Pasal 213 ayat (2) UU MD3 menjelaskan lebih lanjut bahwa anggota DPR diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila: a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun; b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPR; c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun penjara atau lebih; d. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPR yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah; e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum; g. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau i. menjadi anggota partai politik lain. Ketentuan mengenai pemberhentian antar waktu anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 213 ayat (1) dan (2) berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemberhentian antar waktu anggota DPRD.

Terdapat hal yang menarik dalam ketentuan pemberhentian antar waktu anggota DPR dan DPRD tersebut, yaitu terkait alasan diberhentikannya anggota DPR dan/atau DPRD dari jabatannya apabila diusulkan oleh partai politiknya dan diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 11 Lebih jelas pada Pasal 16 ayat (1) Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 12 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Poltik 13 (UU Partai Politik), disebutkan bahwa Anggota Partai Politik diberhentikan keanggotaannya dari Partai Politik apabila: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri secara tertulis; c. menjadi anggota Partai Politik lain; atau d. melanggar AD dan ART. Pengaturan pemberhentian anggota partai politik yang telah diatur dalam undang-undang tersebut, secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap keberadaan anggotanya yang ada di parlemen. Pasal 16 ayat (3) UU Partai Politik, lebih lanjut menerangkan bahwa Dalam hal anggota Partai Politik yang diberhentikan adalah anggota lembaga perwakilan rakyat, pemberhentian dari keanggotaan Partai Politik diikuti dengan pemberhentian dari keanggotaan di lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Harun Al Rasyid mengemukakan bahwa Pemberhentian Antar Waktu atau yang biasa disebut Recall adalah hak suatu partai politik untuk menarik kembali anggota parlemen yang terpilih 11 Lihat Pasal 383 ayat (2) huruf e UU MD3. 12 LNRI Tahun 2008 Nomor 2, TLNRI Nomor 4801. 13 LNRI Tahun 2011 Nomor 8, TLNRI Nomor 5189.

melalui daftar calon yang diajukannya. 14 Dalam hal ini makna dari kedaulatan rakyat menjadi semu karena seolah-olah ada Coup dari pimpinan partai yang merebut hak rakyat untuk melakukan recall menjadi hak partai. Senada dengan pendapat Harun Al Rasyid, jauh hari sebelum Indonesia memasuki era reformasi, Muhammad Hatta menyatakan bahwa hak recall partai politik yang tidak dapat diganggu gugat itu hanya dikenal di negara-negara komunis, dengan pandangan bahwa partai adalah segala-galanya dan seolah-olah sebagai pihak yang berdaulat. 15 Fungsi partai politik dalam pemilu adalah wahana rekruitmen politik yang menyeleksi calon-calon politikus untuk kemudian ditawarkan kepada rakyat untuk dipilih. Setelah rakyat memilih orang tersebut sebagai wakil mereka di parlemen, maka partai politik tidak sepatutnya bertindak sewenang-wenang me-recall wakil rakyat tersebut. Sejarah mencatat bahwa pada masa Orde Baru Pergantian Antar Waktu atau yang biasa disebut recall menjadi alat efektif untuk menyingkirkan anggota dewan yang berseberangan dengan kepentingan penguasa. Dewasa ini recall menjadi alat efektif untuk menyingkirkan anggota dewan yang berseberangan dengan kepentingan pengurus partai politik, akibatnya eksistensi anggota dewan sangat tergantung oleh selera pengurus partai politik, sehingga menggeser orientasi anggota dewan menjadi penyalur kepentingan pengurus partai politik, padahal keberadaan anggota dewan karena dipilih oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum yang bersifat langsung, bebas, jujur dan adil. 14 Risalah Sidang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Perkara No. 008/PUUIV/2006 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD Serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik Terhadap UUD 1945. 15 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi, DPR dan Sistem Kepartaian, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 171.

Harun Al Rasyid mengutip pendapat Manual Luis Quezon, mantan Presiden Filipina yang mangatakan, tatkala seseorang dipilih menjadi anggota parlemen, maka dia mengatakan my loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins yang artinya kesetiaan saya kepada partai berakhir ketika kesetiaan saya kepada tanah air dan bangsa berawal. 16 Sehingga dalam pengaturan recall ini timbul pertanyaan bahwa rakyat yang memilih wakilnya secara langsung, namun mengapa partai politik yang kemudian berhak memberhentikannya di parlemen. Anggota DPR dan DPRD sebagai wakil rakyat mempunyai 3 (tiga) fungsi dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. 17 Fungsi tersebut merupakan fungsi yang dimiliki lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan. Namun, fungsi tersebut saat ini seperti menjadi artifisial belaka. Dimana seyogyanya fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, namun kini telah bercampur dengan kepentingankepentingan politik semata. Padahal ketentuan mengenai fungsi yang dimiliki anggota DPR dan DPRD ini tidak dapat diartikan lain selain penegasan atas alasan dasar ( sui generis), yaitu perwakilan rakyat. 18 Artinya DPR dan DPRD tidak dibenarkan menjalankan fungsi-fungsinya itu untuk tujuan lain dari perwakilan rakyat. Dari hal di atas, muncul sebuah permasalahan bahwasannya Partai Politik mampu menggeser kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan Partai Politik melalui pemberhentian anggota partai politiknya yang berada di DPR dan/atau DPRD. Berdasarkan permasalahan tersebut, muncul 16 Risalah Sidang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Perkara No.008/PUU-IV/2006..., Op. Cit. 17 Lihat Pasal 350 UU MD3 18 Sebastian Salang, et all, Menghindari Jeratan Hukum Bagi Anggota Dewan, (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 2009), hlm. 206.

sebuah pertanyaan mendasar yang memerlukan penelitian mendalam yaitu apakah pengaturan hak recall partai politik sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat? B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan, yaitu apakah pengaturan hak recall partai politik sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat? C. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian dibatasi pada kajian Hukum Tata Negara (HTN) dengan spesifikasi pada pengaturan hak recall partai politik terhadap prinsip kedaulatan rakyat. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaturan hak recall partai politik sejalan atau tidak dengan prinsip kedaulatan rakyat. E. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian adalah : 1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan pengetahuan ilmu hukum yaitu HTN khususnya dalam memahami hak recall partai politik. 2. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah : a. Untuk menjadi panduan bagi pengambil kebijakan agar mengatur hak recall dalam pengaturan perundang-undangan yang sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat. b. Sebagai salah satu syarat akademik bagi peneliti untuk menyelesaikan Strata Satu pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.