Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah

dokumen-dokumen yang mirip
HISTORY OF AFRICA. By: Umi Hartati, M.Pd

Antara Budak dan Manusia Merdeka

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, Erlangga 2012, Hal. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Kunci Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Adam Smith Sebuah Primer Bagian 4: Tentang Wealth of Nations. Upah bergantung pada pertumbuhan ekonomi

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

SPMB 2007 IPS Terpadu

Albania Negeri Muslim di Benua Biru?

Fase Perkembangan Ilmu Antropologi. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

Komunisme dan Pan-Islamisme

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PRAKTIKUM.

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

PENAKLUKAN PADA MASA AWAL KEKUASAAN ISLAM

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

TIGA GELOMBANG ALVIN TOFFLER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

Audit Internal: Sejarah, Perkembangan, dan Gambaran Umum

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Novia Ningsih NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika

Bab XII : Pemalsuan Surat

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Shaharuddin Daming, Komisioner Komnas HAM

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I SEJARAH KEMERDEKAAN DAN DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Review Roman "Anak Semua Bangsa" : Anak Semua Bangsa : Pramoedya Ananta Toer : Lentera Dipantara. Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang

SILABUS. Dra. Murdiah Winarti, M.Hum./1086. Farida Sarimaya, S.Pd, M.Si./2332

SUMBER HUKUM PERBURUHAN

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

NCB Interpol Indonesia - Perjanjian Ekstradisi Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Philipina Selasa, 27 Juli :59

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

Transkripsi:

Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah Hubungan kerja dalam arti hubungan antara orang yang melakukan pekerjaan pada/dibawah pimpinan orang lain/badan telah melewati berbagai fase. Di awali dengan hubungan kerja yang memandang pekerja/buruh sebagai alat produksi yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan pemberi kerja/majikan/pengusaha. Sebagai alat produksi berarti pekerja/buruh adalah barang milik yang dapat diperlakukan sama halnya benda-benda milik lainnya, dipindahtangankan, diperjualbelikan, dan sebagainya untuk kepentingan sang pemilik. Pada fase ini dikenal dengan masa perbudakan. Perbudakan Secara faktual, perbudakan eksis jauh sebelum ia mencapai skala besar melintasi Atlantik lima abad lalu. Bangsa Mesir,Babilonia, Yunani, Persia dan Romawi semuanya melakukan praktik perbudakan. Pada Abad Pertengahan, seluruh jaringan Arab yang tumbuh di Sahara dan seputar sungai Nil, mengambil para budak dari jantung Afrika. Pada waktu itu, budak terdiri dari orang yang negaranya ditaklukkan, sebagai hak milik pasca perang untuk barter. Menyusul penemuan benua Amerika, perdagangan budak semakin meningkat dan menjadi bagian integral bagi struktur ekonomi negara-negara barat; setiap penguasa kolonial terlibat dalam menumbuh suburkan praktik perbudakan. Kolonialisme datang secara bergelombang, dengan membawa sebanyak 25 sampai 30 juta orang tanpa menghitung ratusan sampai ribuan yang mati sewaktu transit atau selama perang dan penyerangan. Menurut para ahli sejarah, perbudaan pertama-tama diketahui terjadi di masyarakat Sumeria, yang sekarang adalah Irak, lebih dari lima-ribu tahun yang lalu. Perbudakan juga terjadi di masyarakat Cina, India, Afrika, Timur-Tengah dan Amerika. Perbudakan berkembang, seiring dengan perkembangan perdagangan dan industri. Meningkatnya perdagangan dan industri meningkatkan permintaan akan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang keperluan ekspor. Budak yang melakukan sebagian

besar pekerjaan. Kebanyakan orang kuno berpendapat bahwa perbudakan merupakan keadaan alam yang wajar, yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Tidak banyak yang memandang perbudakan sebagai praktek jahat atau tidak adil. Di kebanyakan negara, budak dapat dibebaskan oleh pemiliknya untuk menjadi warganegara biasa. Pada waktu-waktu kemudian, budak menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang banyak diminta. Salah satu produk itu adalah gula. Orang Italia menciptakan ladang tebu yang luas mulai sekitar pertengahan abad ke-12. Mereka menggunakan budak dari Rusia dan dari daerah-daaerah lain Eropa untuk melakukan pekerjaan. Pada tahun1300, orang kulit hitam Afrika mulai menggantikan budak-budak Rusia. Budak kulit hitam itu dibeli atau ditangkap dari negara-negara Arab di Afrika Utara, yang digunakan sebagai budak selama bertahun-tahun. Menjelang tahun-tahun 1500-an, Spanyol dan Portugal memiliki koloni-koloni di Amerika. Orang-orang Eropa mempekerjakan orang Indian pribumi Amerika di perkebunan luas dan di daerah pertambangan di koloni-koloni di Amerika. Kebanyakan orang Indian meninggal dunia karena terserang penyakit dari Eropa, dan karena perawatan yang tidak memadai. Karena itu orang Spanyol dan Portugal mulai mendatangkan orang-orang dari Afrika Barat sebagai budak. Prancis, Inggris dan Balanda berbuat serupa di koloni-koloni mereka di Amerika. Koloni-koloni Inggris di Amerika Utara menciptakan sistem ekonomi pertanian yang tidak bisa bertahan hidup tanpa menggunakan budak sebagai tenaga kerja. Undang-undang yang disyahkan di koloni-koloni Amerika sebelah selatan menyatakan ilegal bagi budak untuk menikah, memiliki harta-kekayaan, atau memperoleh kebebasan. Paraturan itu juga tidak mengizinkan budak memperoleh pendidikan, bahkan untuk belajar membaca. Namun ada pemilik budak yang membolehkan budak mereka memperoleh kebebasan. Ada juga yang memberi budak mereka uang sebagai bonus bagi pekerjaan yang dikerjakan dengan baik. Ada pula pemilik budak yang menggunakan ancaman hukuman untuk memaksa budak-budak agar bekerja. Hukuman itu antara lain pemukulan, menahan pemberian makan dan mengancam akan menjual anggota keluarga budak itu. Ada sebagian

pemilik perkebunan meng-eksekusi budak-budak yang dicurigai melakukan kejahatan serius dengan menghukum gantung atau membakarnya hidup-hidup. Para ahli sejarah mengatakan, orang-orang yang cukup kaya memiliki banyak budak untuk menjadi para pemimpin di daerah-daerah lokal mereka. Mereka adalah anggota-anggota pemerintah lokal, dengan tugas menghadiri pertemuan badan legislatif di ibu-ibu kota koloni, biasanya dua kali setahun. Para pemilik budak mempunyai waktu dan pendidikan, sehingga dapat sangat mempengaruhi kehidupan politik di koloni-koloni di daerah Amerika sebelah selatan, karena pekerjaan berat mereka dilakukan oleh para budak mereka. Sekarang, kebanyakan orang di dunia mengutuk perbudakan. Tidaklah demikian halnya pada awal berdirinya negara Amerika. Banyak orang Amerika berpendapat bahwa perbudakan itu jahat, namun diperlukan. Pada awal tahun-tahun 1700-an memiliki budak merupakan hal yang biasa di kalangan orang kaya. Banyak dari pemimpin di koloni-koloni yang berperang bagi kemerdekaan Amerika memiliki budak. Bagaimana halnya di Indonesia? Perbudakan juga pernah berlangsung di bumi nusantara. Di Tahun 1887 di wilayah Sumba apabila raja wafat maka 100 budak harus dibunuh agar di alam baka raja tersebut mempunyai cukup pengiring, pelayan dan pekerja lainnya. Di Baree Toraja di Sulawesi Tengah, suku-suku memiliki budak yang digunakan untuk mengerjakan sawah dan ladang. Secara social ekonomis dan yuridis dapat dikatakan bahwa budak tidak memiliki hak apapun atas dirinya karena sepenuhnya si pemilik punya wewenang penuh atas dirinya. Menggunakan bahasa hukum maka seorang budak tidak memiliki kecakapan hukum untuk bertindak. Aturan Normatif Terhadap Larangan Perbudakan Sebelum membahas aturan normative yang melarang praktek perbudakan, ada baiknya melihat kondisi kebalikannya, di mana ternyata perbudakan dahulunya mendapatkan legalisasi sehingga para pemilik semakin bebas dalam menerapkan praktek perbudakan ini. Antara lain pernah terjadi sebuah aturan yang dikenal sebagai Black Code merupakan dari Jean-Baptiste Colbert (1619-1683), dirjen keuangan masa Raja Louis XIV, yang merupakan inisiator dari kebijakan reformasi, pendiri sejumlah akademi,

patron sastrawan. Black Code diinsyafi oleh banyak kalangan sebagai justifikasi kejahatan terburuk dan teknik paling sadis dalam perdagangan manusia dan pembunuhan massal. Apa yang dilakukan Colbert adalah menginstitusionalisasi dan memberi stempel kesepakatan resmi pada praktek yang ada pada saat itu. Dengan instrument hukum ia memasukkan perbudakan ke dalam system legal. Di Prancis legalisasi terhadap perbudakan terlihat secara implicit melalui Dekrit tahun 1685, di mana dalam Dekrit ini diatur hukuman yang dikenakan oleh tuan para budak pada mereka (budak), dan membentuk semacam rasio antara pelanggaran dan hukuman; akan tetapi tidak menghentikan jumlah korban para budak Negro yang mati setiap hari dalam belenggu rantai besi. Penderitaan dan kematian yang sama sebagaimana sebelumnya. Sedikit demi sedikit tumbuh pandangan bahkan perlawanan fisik atas perbudakan. Perlawanan yang terjadi pada 1791 di Santo Domingo (sekarang Haiti dan Republik Dominika) memainkan peran krusial dalam penghapusan perdagangan budak trans-atlantik, dan moment itu oleh PBB diperingati sebagai titik awal penghapusan perbudakan di dunia, bahkan pada Januari 2004 yang lalu PBB melakukan peringatan hapusnya perbudakan di Cape Ghost (Ghana), salah satu bekas pusat perdagangan budak paling aktif. Di Nusantara pada tahun 1811-1816 masa pendudukan Inggris dengan tokohnya Thomas Stanford Raffles dikenal sebagai anti perbudakan, di tahun 1816 mendirikan The Java benevolent institution semacam lembaga dengan tujuan penghapusan perbudakan. Masa pendudukan Nederland pada 1817 ada peraturan tentang larangan memasukkan budak ke Pulau JAwa (Stb. 1817 No. 42). Prinsipnya larangan ini kemudian dimasukkan dalam Regeringsreglement tahun 1818 yang melarang jual-beli budak dan larangan memasukkan/mendatangkan budak dari luar Indonesia. Selanjutnya dikeluarkanlah peraturan-peraturan lainnya guna mendukung Regeringsreglement tersebut di antaranya: 1. Pendaftaran Budak Stb 1819 No. 58, Stb 1820 No. 22 a dan 34, Stb. 1822 No. 8, Stb 1824 No. 11, Stb. 1827 No. 20, Stb 1834 No. 47, Stb. 1841 No. 15. 2. Pajak atas pemilikan budak: Stb. 1820 No. 39 a, stb. 1822 No. 12 a, stb. 1827 No. 81, Stb. 1828 No. 52, Stb.1829 No. 53, Stb. 1830 No. 16, Stb. 1835 No. 20 dan 53, Stb. 1836 No. 40. 3. Larangan Pengangkutan Budak Kanak-kanak di bawah umur 10 tahun: Stb. 1829 No. 29, Stb. 1851 No 37. 4. Pendaftaran anak budak: Stb. 1833 No. 67.

5. Pembebasan dari perbudakan bagi pelaut yang dijadikan budak : Stb 1848 No. 49. Penghapusan perbudakan di Indonesia terjadi secara berangsur, ditandai dengan beralihnya hubungan ini dan diganti dengan system perhambaan. Perhambaan Sistem ini dapat dikatakan pelunakan dari perbudakan (pandelingschap) dengan menetapkan sejumlah uang sebagai utang (pinjaman) dari si-hamba (bekas budak) kepada si bekas pemilik (disebut juga pemegang gadai karena diibaratkan adanya peristiwa pinjam meminjam uang dengan jaminan pembayarannya adalah diri si peminjam/berutang). Pendapat lain menyatakan bahwa perhambaan ini sama saja dengan perbudakan karena pemegang kekuasaan atas budak tetap memiliki otoritas menggunakan tenaganya demi kepentingan si pemegang. Disamping memang kondisi social ekonomi menunjukkan kemiripan antara perbudakan dan perhambaan tersebut. Larangan terhadap praktek Perhambaan justru telah ada sebelum digencarkannya larangan Perbudakan, tercatat di Tahun 1616 sudah ada larangan praktek perhambaan. Salah satu aturan Regelingreglement 1818 dan Stb. 1822 No. 10. terhadap larangan ini adalah