MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Pertemuan 6 20 April 2013

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

05Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Komunikasi Antar Budaya dalam Situasi Perbedaan Kebudayaan. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si.

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi Antar Budaya

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

BAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk. berkomunikasi, baik itu verbal ataupun nonverbal. Hal yang sama ini juga

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan cara atau metode yang benar dalam penelitian tersebut.

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

MODUL 9 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Industri periklanan dunia saat ini berkembang semakin pesat. Dan

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media komunikasi antar penduduk dunia juga semakin mengikuti

Hambatan. Komunikasi Massa. Sesi 8. Universitas Pembangunan Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

TEORI KOMUNIKASI. Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan SOFIA AUNUL, M.SI. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Daftar Isi. iii TINJAUAN MATA KULIAH...

Implementasi Lokalitas Budaya Madura sebagai salah satu kekayaan Bahasa dan Sastra Indonesia

MODUL PERKULIAHAN. Propaganda & Komunikasi Politik. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

METODOLOGI PENELITIAN

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAKNA NOISE & UMPAN BALIK DALAM KOMUNIKASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan arus informasi yang sangat cepat membuat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Komunikasi Organisasi

I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

: IPS 4255/ 3 SKS (2-0) : Fitri Hariana Oktaviani, S.S.,S.E., M.Commun. : Mata Kuliah Wajib Prodi Ilmu Komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

MEDIA & CULTURAL STUDIES

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut.

Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Subyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

Harap hubungkan Speaker/Headset ke PC anda sebelum memulai Presentasi Modul ini

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

Transkripsi:

PERTEMUAN 15 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Penelitian Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Penelitian yang disoroti dalam komunikasi antarbudaya adalah adanya perbedaan latar belakang kebudayaan dalam hal menafsirkan sebuah pesan. Komunikasi antarbudaya terjadi bila pesan yang diproduksi berasal dari individu atau kelompok suatu budaya dan penerima pesan adalah individu atau kelompok budaya lain. TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah membaca modul ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan berbagai masalah penelitian dalam komunikasi antarbudaya. Dan secara khusus mahasiswa mampu menjelaskan : 1. Ruang lingkup penelitian komunikasi antarbudaya 2. Komponen-komponen budaya 3. Komponen-komponen komunikasi 4. Jenis-jenis penelitian komunikasi antarbudaya

Penelitian Komunikasi Antarbudaya Kepustakaan : 1. Mulyana, Deddy. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2. Rumondor, Alex, dkk. 1999. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas Terbuka. 3. Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. A. Ruang Lingkup Penelitian Komunikasi Antarbudaya YIS adalah sebuah organisasi perencana komunikasi di Jawa Tengah, organisasi ini dimaksudkan untuk memberikan penerangan kepada rakyat Indonesia di bagian Timur tentang bencana alam yang sering terjadi. Di daerah tersebut korbankorban seringkali jatuh. YIS ingin mengajarkan kepada penduduk tentang tentang teknik-teknik menghadapi bencana alam. Mereka akan dilatih untuk menjadi anggota Kesatuan Penyelamat (Emergency Squad). Mengingat jarak budaya antara komunikator dan komunikan, serta menimbang bahwa rata-rata pendidikan khalayak rendah, maka YIS memutuskan untuk mempersiapkan perangkat komunikasi dengan menggunakan gambar. Sebelum dimasyarakatkan, gambar-gambar itu dipraujikan kepada wakil-wakil kelompok sasaran. Mengejutkan, ternyata mereka memerhatikan apa yang tidak diperhatikan oleh para perencana gambar. Sasaran ternyata tidak memahami perspektif. Seorang wanita mempertanyakan apakah orang yang berbadan besar (di bagian depan gambar) bisa masuk rumah yang kecil (gambar rumah sebagai latar belakang), begitu cerita Mary Johnston, salah seorang perancang pesan YIS. Ketika gambar karikatur diperlihatkan, reaksinya ternyata menggelikan bagi mereka. Setelah tertawa-tawa kecil dan berbicara ke sana-ke mari, seorang pimpinan tradisional akhirnya menyatakan bahwa yang ada dalam gambar itu adalah setan, tulis Johnston (dalam Open, 1988 : 175) yang dikutip dari Jalaluddin Rakhmat, 1993). Dari cerita di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian dalam komunikasi antarbudaya adalah adanya perbedaan latar belakang kebudayaan dalam hal menafsirkan pesan. Tidak ada bahasa universal baik verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarbudaya akan efektif bila kita mengetahui pola-pola penafsiran pesan dari budaya yang berlainan. Untuk memahami pengetahuan ini, agar tidak terjebak ke dalam stereotip, harus berdasarkan penelitian. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Komunikasi ini bisa terjadi antara orang Jepang dengan orang Indonesia, atau antara orang Batak dengan orang Jawa, atau antara orang-orang Jawa sendiri (perbedaan subkultur). Pada dasarnya, setiap kali terjadi perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan, maka setiap kali itu pula terjadi komunikasi antarbudaya. Karena itu, penelitian komunikasi antarbudaya memfokuskan perhatian pada bagaimana budaya-budaya yang berbeda itu berinteraksi dengan proses komunikasi; bagaimana komponen-komponen komunikasi berinteraksi dengan komponen-komponen budaya. Bagaimanakah nilai yang dianut Margaret (komponen budaya) memengaruhi caranya memberi makna (komponen komunikasi) pada pesan yang disampaikan Paijo? B. Komponen Komponen Budaya Penelitian mengenai komunikasi antarbudaya banyak merujuk pada antropologi budaya terutama dalam mengidentifikasi dan menafsirkan berbagai komponen budaya. Samovar (1981) membagi berbagai aspek kebudayaan ke dalam tiga komponen sosiobudaya yang mempunyai pengaruh sangat besar dan langsung atas makna yang dibangun dalam persepsi kita. Unsur-unsur tersebut adalah system kepercayaan (belief), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (world views), dan organisasi social (social organization). Ketiga unsure ini memengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif. Kita mungkin akan melihat suatu objek, atau peristiwa social yang sama dan memberikan arti objektif yang sama, tetapi arti secara individualnya biasanya berbeda. Contohnya seorang Arab dan seorang Amerika akan menyatakan secara objektif bahwa seseorang adalah wanita berdasarkan wujud fisiknya. Namum kemungkinan besar pendapat keduanya akan berbeda tentang bagaimana wanita itu dalam arti sosialnya. Contoh, orang Arab lebih cenderung menemukan peranan wanita pada kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Sementara orang Amerika memandang wanita sama dengan pria, dalam arti seorang wanita memiliki derajat dan kesempatan yang sama dengan pria dalam pekerjaan dan rumah tangga.

Pendapat Samovar ini kemudian digabung dengan pendapat dari Asante (1979) yang melahirkan enam komponen budaya penting untuk penelitian yaitu : kepercayaan, nilai, pandangan dunia, sejarah, mitos dan otoritas status. Kepercayaan adalah suatu kemungkinan-kemungkinan subjektif yang diyakini oleh individu bahwa suatu objek atau suatu peristiwa memiliki karakteristik tertentu. Kepercayaan melibatkan hubungan antara objek yang dipercaya dengan karakteristik yang membedakannya. Derajat kepercayaan kita mengenai suatu objek yang memiliki karakteristik tertentu dan dapat menunjukkan sikap subjektif kita dan konsekuensinya juga menunjukkan intensitas kepercayaan kita. Jelasnya semakin kita merasa pasti dalam kepercayaan kita, maka semakin besar intensitas kepercayaan tersebut. Dalam hal ini, kebudayaan mempunyai peranan yang besar. Sedangkan pada komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar dan yang salah sejauh menyangkut kepercayaan. Kepercayaan bersifat sentral, misalnya : Tuhan itu ada, agama itu perlu, orang Indonesia itu halus dan pemaaf, orang Barat itu cerdas dan canggih, dan sebagainya. Salah satu unsure kepercayaan yang sangat penting dalam komunikasi antarbudaya adalah citra (image) kita dengan komunikasi dengan budaya lain. Prasangka dan stereotip adalah contohnya. Stereotip merupakan keyakinan, prasangka adalah sikap. Citra memengaruhi perilaku kita dalam hubungannya dengan orang yang citranya kita miliki. Citra menentukan desain pesan komunikasi kita. Nilai adalah aspek evaluatif dan system kepercayaan. Dimensi-dimensi evaluatif ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan keseragaman dan sebagainya. Walaupun setiap inidividu memiliki tatanan nilai yang unik, tetapi terdapat pula nilai-nilai yang cenderung menyerap budaya. Nilai-nilai ini dinamakan nilai budaya. Nilai-nilai budaya dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu nilai primer, yang pantas untuk diperjuangkan. Nilai sekunder, dianggap perlu, tetapi tidak sampai harus mengorbankan diri, sementara nilai tertier hanya merupakan alternative saja. Nilai juga dapat diklasifikasikan ke dalam: positif, negative atau netral. Misalnya mempertahankan kapitalisme merupakan nilai posistf bagi kebanyakan orang Amerika dan merupakan nilai negative bagi kebanyakan orang komunis. Nilai yang tidak jelas masuk positif atau negative bagi suatu anggota kebudayaan termasuk dalam nilai netral. Sistem nilai masyarakat budaya tertentu memengaruhi cara berpikir anggotaanggotanya. Banyak cara untuk mengidentifikasi nilai. Spranger mengemukakan kategori nilai yang terkenal: nilai ilmiah, nilai religius, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai

politis dan nilai social. Sementara Kluckhon dan Strodbeck (1961) menunjukkan enam nilai yang dapat dijadikan variable penelitian yaitu orientasi sifat manusia, orientasi waktu, orientasi kegiatan, orientasi relasional, orientasi ruang, dan orientasi manusia alam. Beberapa dimensi nilai yang sering menjadi focus dalam komunikasi antarbudaya adalah orientasi inidividu-kelompok, umur, persamaan hak, formalitas, rendah-tinggi hati, dan lain-lain. Komponen budaya yang ketiga adalah pandangan dunia. Setiap kebudayaan pasti memiliki pandangan dunia (pandangan hidup tentang dunia), meskipun konsep dan deskripsinya bersifat abstrak, namun merupakan salah satu aspek terpenting dalam perceptual komunikasi antarbudaya. Setiap budaya mempunyai cara yang khas dalam memandang dunua, dalam memahami, menafsirkan, dan menilai dunia. Pandangan dunia ini dikondisikan oleh lingkungan dan pengalaman histories yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu budaya. Walaupun simplistic, Asante (1980) menyebut tiga tipe pandangan dunia : Afrosentrik, Eurosentrik, dan Asiosentrik. Pandangan Afrosentrik melihat semua realitas berpadu dan bergerak secara agung. Tidak ada pemisahan antara yang material dan spiritual, yang profane dan sacral, bentuk dan substansi. Pandangan Asiosentris melihat materi sebagai ilusi. Yang riil adalah yang dating dari alam spiritual. Dalam konsep filosofis Asia, spirit harus menguasai materi. Sebaliknya pandangan eurosentrik melihat materi sajalah yang riil. Yang spiritual itu ilusi. Everything that is not within sense-experience become non-sense. Jadi orang Afrika personalistik, Asia spiritualistic, dan Eropa materialistic. Pandangan dunia ini memengaruhi nilai, sikap, kepercayaan, penggunaan waktu dan berbagai budaya lainnya. Dengan cara yang halus dan samar. Pandangan dunia memengaruhi komunikasi antarbudaya, oleh karena itu sebagai anggota suatu budaya, setiap perilaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam secara mendalam dalam jiwa dan sepenuhnya dianggap benar, serta menganggap orang lain sama sebagaimana ia memandang dunia. Komponen budaya yang keempat adalah sejarah. Sejarah adalah catatan peristiwa, fenomena, dan kepribadian yang mengatur pandangan suatu bangsa tentang anda. Sejarah bukanlah apa yang dikatakan orang tentang Anda. Sejarah adalah apa yang Anda ketahui dan percayai (Asante, 1980 : 406). Lewat sejarah yang mereka ketahui, mereka saling bertukar pesan dalam komunikasi antarbudaya. Komponen budaya yang kelima adalah mitologi. Mitologi dari suatu kelompok budaya memberikan pada kelompok pemahaman hubungan-hubungan, yakni hubungan