I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam suatu negara atau pun daerah. Menurut Mankiw (2014),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Terbesar di Dunia. Setelah China, India, dan Amerika Serikat. Di tambah dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran (Dimas dan Woyanti, 2009). Penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah, dengan maksud bahwa penyerapan tenaga kerja mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. Kesempatan kerja, kuantitas, serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, diantaranya tenaga kerja sebagai

2 sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan jasa, dan tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992). Salah satu tema utama bidang ketenagakerjaan adalah penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah pendapatan nasional, tingkat investasi, dan upah tenaga kerja. Perubahan pada faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja. Adanya penyerapan tenaga kerja ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Penyerapan tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja di pasar tenaga kerja (demand for labour force), oleh karena itu penyerapan tenaga kerja sama dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja, maka semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak penyerapan tenaga kerja yang tersedia (Roni, 2010). Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka akan terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Jika penduduk dapat memperoleh pekerjaan, maka hal ini akan dapat meningkatkan

3 kesejahteraan bangsanya. Tetapi jika tidak memperoleh pekerjaan berarti mereka akan menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih rendah (Irawan dan Suparmoko, 2002). Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro, 2000). Semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya. Di sisi lain, meningkatnya jumlah angkatan kerja dalam waktu yang cepat dan jumlah yang tinggi, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas akan menyebabkan timbulnya pengangguran. Inilah yang membuat permasalahan ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung akan berkaitan dengan masalah-masalah lainnya seperti ketidakmerataan pendapatan, kemiskinan, perlambatan pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan instabilitas politik. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam rangka

4 meningkatkan kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang berimplikasi terhadap lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja (Roni, 2010). Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya karena permintaan tenaga kerja merupakan tenaga kerja turunan (derived demand) dimana permintaan akan tenaga kerja sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya (Mankiw, 2000). Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan menelaah hubungan antara produksi barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan dapat diketahui faktor yang menentukan upah keseimbangan. Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, dalam Gianie, 2009:1). Di Indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Upah minimum yang ditetapkan tersebut berdasarkan pada Kebutuhan Fisik Hidup Layak berupa kebutuhan akan pangan sebesar. Dalam Pasal 1 Ayat 1 dari

5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah minimum didefinisikan sebagai Upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap Pembahasan mengenai upah terutama upah minimum sering terjadi perdebatan, dimana kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran untuk sebagian pekerja. Dapat diketahui hubungan upah dengan penyerapan tenaga kerja memiliki dua sisi yaitu kenaikan upah dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikkan penyerapan tenaga kerja. Apabila melihat upah dari sisi demand maka akan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dan apabila melihat upah dari sisi supply maka akan berpengaruh positif bagi penyerapan tenaga kerja. Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Menurut hasil estimasi, penduduk di Provinsi Lampung pada tahun 2012 mencapai 7.767.312 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 106,09. Tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Lampung tampak masih timpang atau tidak merata antar wilayah. Dibandingkan dengan kabupaten, kepadatan penduduk di kota umumnya sangat tinggi. Seperti tingkat kepadatan penduduk kota Bandar Lampung mencapai 2.417 jiwa per kilometer persegi. Sementara itu, tingkat kepadatan penduduk di semua kabupaten masih berada dibawah 600 jiwa per

6 kilometer persegi, bahkan Kabupaten lampung Barat baru mencapai 86 jiwaper kilometer persegi. Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah daerah mengurangi jumlah penduduk miskin. Dalam penyajian data ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung menggunakan batasan umur 15 tahun ke atas dari semua penduduk dan dikenal dengan istilah penduduk usia kerja di Provinsi Lampung. Tabel 1. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Lampung ( Dalam Juta Jiwa) Tahun Penduduk Usia kerja Angkatan Kerja Bekerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Menganggur 2001 6.724.052 4.590.431 3.731.869 3.466.784 265.085 2002 6.787.654 4.643.848 3.932.932 3.620.103 265.085 2003 6.852.998 4.727.590 4.113.736 3.780.202 333.534 2004 6.915.951 4.808.534 4.303.123 3.947.383 355.740 2005 6.983.676 4.895.054 4.488.878 4.121.958 366.920 2006 7.504.834 4.950.973 4.587.186 4.211.861 375.325 2007 7.127.056 5.007.712 4.687.646 3.281.351 317.674 2008 7.391.128 5.248.138 3.568.770 3.313.553 255.167 2009 7.500.674 5.351.935. 3.627.155 3.387.175 240.110 2010 7.500.674 5.367.848 3.686.346 3.462.297 224.049 2011 7.691.007 5.426.127 3.761.621 3.547.030 214.591 2012 7.691.097 5.523.672 3.632.415 3.616.574 215.841 Sumber: Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Lampung,2013

7 Tabel 1 menunjukkan penduduk Provinsi Lampung tahun 2001 berjumlah 6.724.052 jiwa terdiri dari 3.731.869 jiwa angkatan kerja, sedangkan penyerapan tenaga kerja berjumlah 3.466.784 jiwa, sehingga tingkat pengangguran yang terjadi berjumlah 265.085 jiwa. Pada tahun 2004 jumlah penduduk meningkat menjadi 6.915.95 jiwa, jumlah penduduk yang meningkat juga diiringi jumlah penyerapan tenaga kerja yang meningkat yaitu sebanyak 3.947.383 jiwa, walaupun jumlah penyerapan tenaga kerja meningkat tetapi jumlah penduduk yang menganggur tidak mengalami pengurangan, jumlah pengangguran pada tahun 2004 sebanyak 355.740 jiwa. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Provinsi Lampung meningkat menjadi 7.691.007 jiwa, pada tahun 2011 penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 3.547.030 jiwa, jumlah penduduk yang meningkat dan penyerapan tenaga kerja yang meningkat ternyata mampu mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Lampung, jumlah pengangguran pada tahun 2011 menjadi 214.591 jiwa. Jumlah penduduk pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu menjadi 7.691.097 jiwa. Pada tahun 2012 angkatan kerja yang tersedia berjumlah 3.632.415 jiwa. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012 ternyata lebih besar dibandingkan tahun 2011, yaitu sebesar 3.616.574 jiwa. Meskipun jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011, tetapi jumlah pengangguran pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011 yaitu berjumlah 215.841 jiwa. Upaya Pemerintah untuk terus meningkatkan kesejahteraan pekerja terus dilakukan, salah satunya melalui penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP). Peningkatan upah minimum dapat menjadi indikator bagi sektor-sektor ekonomi

8 dalam melakukan permintaan terhadap tenaga kerja. Ketika upah minimum meningkat para pengusaha umumnya akan melakukan substitusi terhadap tenaga kerja. Seperti halnya ketika upah minimum naik maka para pengusaha lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja yang ada dari pada menambah pekerja baru. Tabel 2: Besarnya kebutuhan Hidup Minimum (KHM) Pekerja dan Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung 2001-2012 (rupiah) Tahun Kebutuhan Hidup Minumum Upah Minimum Provinsi Surat Keputusan Gubernur Lampung 2001 260.685 240.000 No.G/388/B.VII/HK/2001 Tanggal 22 Desember 2001 2002 325.000 310.000 No.G/346/B.VII/HK/2002 Tangga 22 November 2002 2003 403.000 350.000 No.G/002/B.VII/HK/2003 Tanggal 2 Januari 2003 2004 377.500 377.500 No.G/379/B.VIII/HK/2003 Tanggal 23 Desember 2003 2005 399.456 405.000 No.G/407/B.VII/HK/2004 Tanggal 15 Desember 2004 2006 589.540 505.000 No. G/473/B.VII/HK/2005 tanggal 31 Desember 2005 2007 554.21 555.000 No.G/515/B.VII/HK/2006 Tanggal 29 Desember 2006 2008 650.000 617.000 No.G/617/B.VII/HK/2007/Tanggal 17 Desember 2007 2009 805.308 691.000 No.G/652/B.VII/HK2008/Tanggal 17 Desember 2008 2010 861.340 767.500 No.G/681/III.05/HK/2009/Tanggal 19 November 2009 2011 897.600 855.000 No.G/682/III.05/HK/2010/Tanggal 29 Desember 2010 2012 1.008.109 975.000 No.G /757/III.05/HK/2011/Tanggal 29 Desember 2011 Sumber: BPS Provinsi lampung, 2013 Upaya Provinsi Lampung untuk terus meningkatkan UMP terus dilakukan. Penetapan kebijakan UMP disesuaikan dengan kebutuhan hidup minimum

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 9 masyarakat Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 pemerintah provinsi lampung menetapkan UMP sebesar Rp 1.150.000. Dengan jumlah UMP yang ditetapkan maka akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga di Provinsi Lampung. Pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru ternyata tidak mampu merealisasikan harapan. Tambahan tenaga kerja yang terserap relatif kecil angka penganguran masih saja tinggi. Hal ini terjadi antara lain karena adanya pengaruh serikat kerja dan intervensi pemerintah dalam penentuan upah minimum. Sebab lain adalah banyaknya pencari kerja dengan tingkat pendidikan tertentu tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pasar kerja. Kondisi ideal dari pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi mampu mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja secara lebih besar. 45,000000 40,000000 35,000000 30,000000 25,000000 20,000000 15,000000 10,000000 5,000000 0,000000 PDRB Sumber: BPS, Provinsi Lampung, 2013 Gambar 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Tahun Dasar 2000 (Dalam Juta Rupiah).

10 Dapat dilihat pada Gambar 1 berdasarkan perhitungan PDRB Provinsi Lampung dengan tahun dasar 2000, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja untuk memenuhi kebuthan pasar dibidang produksi. Untuk meningkatkan perekonomian di suatu daerah, pemerintah senantiasa menciptakan keadaan agar meningkatkan investasi, karena dengan adanya investasi maka akan meningkatkan produksi dan juga berdampak pada tingkat penyerapan tenaga kerja. Selain itu pemerintah juga mencengah tingginya timgkat pengangguran. Investasi merupakan pengeluaran pemerintah dan non pemerintah (swasta) dimana membutuhkan modal riil untuk mendirikan perusahaan baru dengan hasil keutungan mereka dan dapat memperluas usaha yang telah ada sehingga dampak positifnya adalah memberikan peningkatan penyerapan tenaga kerja dan peluang kerja bagi masyarakat. Selain itu pula dapat memperoleh keuntungan besar dari pada modal awal untuk menginvestasikan modalnya tersebut. Upaya tersebut yang memicu Pemerintah Daerah Provinsi Lampung khususnya investasi yang berorientasi padat karya sehingga dapat memperluas lapangan kerja, dari pada padat modal yang hanya menambah modal terus menerus tetapi tidak berdampak positif bagi penyerapan tenaga kerja. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun 2000-2012 dapat dilihat pada Gambar 2.

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 11 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 PMA (US$) PMDN (Rp) Sumber: BPMD Provinsi Lampung, 2013 Gambar 2. PMA dan PMDN Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi Lampung berfluktuatif. Pada tahun 2003 sampai tahun 2006 PMDN mengalami peningkatan, namun pada tahun 2007 sampai 2009 mengalami penurunan,di tahun 2010 kembali mengalami kenaikan tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 dan kembali naik pada tahun 2011 dan 2012. Begitu pula dengan PMA yang berfluktuatif setiap tahunnya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, juga mencerminkan naik turunnya pembangunan ekonomi. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja telah banyak dilakukan, salah satunya yang dilakukan oleh Akmal Roni (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan UMP akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris

12 paribus. Variabel investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan investasi akan mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung Tahun 2000-2012 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana UMP berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung? 2. Bagaimana PDRB berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung? 3. Bagaimana investasi swasta berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukan nya penelitian ini adalah; 1. Untuk menganalisis pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung. 2. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB)

13 terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung. 3. Untuk menganalisis pengaruh investasi swasta terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung. D. Kerangka Pemikiran Pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini pada negara yang sedang berkembang, Masalah dalam ketenagakerjaan menjadi salah satu masalah yang tidak pernah terselesaikan. Salah satunya yang terjadi di Provinsi Lampung. masalah ketenagakerjaan ini membuat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran. Pemerintah sebagai salah satu instansi yang bertugas sebagai pemecah masalah harus mampu mengatasi hal tersebut. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki wilayah yang cukup luas dan mempunyai sumber daya manusia serta alam yang cukup memadai serta jumlah penduduk yang tidak sedikit. Karena adanya sumber daya manusia dan alam yang memadai ditambah peran pemerintah khususnya dalam hal ini adalah meningkatan upah minimum, PDRBserta investasi swasta diharapkan dapat memaksimalkan dan memperluas penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung.

14 Permasalahan ketenagakerjaan merupakan masalah bagi suatu daerah yang jumlah pertumbuhan penduduknya tinggi tetapi tidak diimbangi dengan perluasan penyerapan tenaga kerja. Karena dengan persentase tingkat penyerapan tenaga kerja rendah maka semakin banyak penduduk yang menganggur namun sebaliknya bila tingkat presentase penyerapan tenaga kerja tinggi maka tingkat atau jumlah orang yang menganggur akan berkurang. Bila seperti itu maka perekonomian dalam suatu daerah dapat dikatakan baik. Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang tidak secepat dengan laju pertumbuhan penduduk. Sehingga antara UMP, PDRB, dan investasi swata berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung adapun pemikiran penelitian disajikan pada gambar 3: Bidang Ketenagakerjaan Faktor-Faktor Penyerapan Tenaga Kerja UMP PDRB IS Peyerapan Tenaga Kerja Gambar 3: Kerangka Pemikiran

15 E. Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Diduga Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. 3. Diduga Investasi swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. F.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Jumlah penyerapan tenaga kerja dalam hal ini adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di Provinsi Lampung pada tahun 2000-2012 yang terserap pada pasar tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah. 2. Upah Minimum Provinsi Upah Minimum Provinsi yaitu balas jasa yang diterima para pekerja atas pengorbanan yang dilakukan yang telah ditetapkan jumlahnya oleh pemerintah Provinsi Lampung. UMP yang digunakan pada penelitian ini adalah UMP tahun 2000-2012 yang telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan gubernur Provinsi Lampung disetiap tahunnya.

16 3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam waktu tertentu. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB di Provinsi Lampung atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha antara tahun 2000-2012. 4. Investasi Swasta Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Investasi langsung yang dikenal dengan PMA merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisi perusahaan. keseluruhan nilai realisasi investasi yang memperoleh fasilitas dari pemerintah berupa PMA dan PMDN yang dilakukan Provinsi Lampung dalam kurun waktu 2000-2012. Dalam hal ini PMA yaitu perusahaan asing yang ada di Provinsi Lampung dan juga PMDN yaitu peerusahaan-perusahaan milik pemerintah di Provinsi Lampung. G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari : Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

17 Bab II : Tinjauan pustaka yang berisi tujuan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan skripsi ini. Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan peubah variabel, dan metode analisis Bab IV Bab V : Hasil perhitungan dan pembahasan : Kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN