TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

Barat pada kurun waktu SM. Jadi sebagai ternak, kambing lebih tua

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KATA PENGANTAR. telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

Oleh: drh. Adil Harahap (dokadil.wordpress.com)

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Natuna,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan taksonomi

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Transkripsi:

13 TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :Kingdom : Animalia, Phylum :Chordata, Subphylum: Vertebrata, Class : Mamalia, Ordo : Artiodactyla, Sub ordo : Ruminantia, Famili : Bovidae, Genus : Bos (cattle), Spesies : Bos taurus (sapi Eropa), Bos indicus (sapi india/sapi zabu), Bos sondaicus (banteng/sapi Bali). Sapi Peranakan Ongole ( PO) Sapi PO (Peranakan Ongele) merupakan sapi yang berasal dari persilangan antara bangsa sapi Jawa (sapi lokal) dengan bangsa sapi Ongole (India) yang telah berlangsung cukup lama yakni sejak tahun 1908. Persilangan tersebut merupakan suatu Grading Up yang bertujuan untuk memperoleh ternak sapi yang dapat digunakan bagi keperluan tenaga tarik membantu petani mengolah tanah pertanian dan transportasi (Erlangga, 2009). Ciri khas sapi tersebut yaitu berpunuk besar, bergelambir longgar dan berleher pendek. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau putih kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung. Mata besar dengan sorot 5

14 yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sapi jantan. Telinganya panjang dan menggantung (Sarwono dan Arianto, 2003). Sapi Brahman Cross Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk yang besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada.. Karakteristik sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000 kg, sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapi kompetitif dengan jenis sapi lainnya. Presentase karkas 48,6-54,2 dan pertambahan berat harian 0,83-1,5 kg. Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi dari abu-abu muda dan abu-abu tua. Sapi jantan berwarna lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha bagian bawah. Sapi brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas tanpa gangguan selera makan dan produksi susu (Hardjosubroto, 1994). Sapi Limousin Sapi limousin merupakan sapi potong keturunan bos taurus yang berhasil dijinakkan dan di kembangkan di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin yaitu bulunya berwarna merah mulus dan tumbuh agak panjang bulu di bagian kepala, mata awas, kaki tegap dan dada besar serta dalam. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil, tetapi bagian paha dan pinggul cukup besar, penuh daging dan sangat padat. Sapi limousin sudah diimpor Indonesia di antaranya dipelihara di Balai Inseminasi Buatan Lembaga Jawa Barat.

15 Sapi Aceh Sapi Aceh adalah sapi yang hidup dan berkembang biak di provinsi Aceh dan umumnya dimiliki oleh petani pedesaan sejak dahulu hingga sekarang. Sapi ini termasuk tipe sapi potong berukuran kecil serta mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan daging di daerah (Diskeswannak, 2011). Sapi aceh memiliki bentuk badan kecil, padat dan pada sapi pejantan berpunuk sedangkan pada sapi betina tidak berpunuk namun bagian pundaknya tidak rata sedikit menonjol dibanding sapi Bali betina. Diantara satu daerah dengan kabupaten yang lain dalam provinsi Aceh terdapat sedikit perbedaan baik dalam konformasi tubuh, tanduk, maupun warna bulu. Hal ini mungkin disebabkan asal usul persilangan yang berbeda dari sapi India dan sebagainya (Umartha, 2005). Pola warna bulu sapi Aceh yang muda dan dewasa sangat bervariasi yaitu coklat muda, coklat merah (merah bata), coklat hitam, hitam dan putih kelabu. Warna coklat merupakan warna yang umum didalam populasi sapi Aceh (Ali, 1980). Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestika yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali. Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadangkadang disebut juga dengan nama Bilbos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus.berdasarkan hubungan

16 silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasi ke dalam sub genus Bibovine termasuk genus bos (http://peternakan-deeansosekundip.com/2012/11/ sapi-bali.htm, 2015l) Sapi Bali memiliki karakteristik ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang, kepala agak pendek dengan dahi datar, badan padat dengan dada yang dalam, tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir, kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau, pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba hingga pangkal ekor, cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam, tanduk pada sapi jantan tumbuh ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina ke bagian dalam (http://andiwawantornra.com/2010/02/mengenal-sapi-bali.html Keandalan pita ukur Suatu alat ukur dikatakan memiliki keterandalan (reliabilitas tinggi) atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dalam pengertian bahwa hasil yang diperoleh dengan penerapan alat tersebut tidak berbeda jauh dengan bobot hidup yang sesungguhnya. Untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur disebut mantap, maka perlu diketahui indeks atau koefisien reliabilitasnya. Indeks reliabilitas yang lebih rendah daripada 0.9 menunjukkan reliabilitas yang kurang artinya alat ukur yang digunakan masih belum dapat diandalkan (Natsir, 1985). Tingkat reliabilitas alat pengumpul data hanya dapat dilakukan dengan perhitungan korelasi dan data untuk perhitungan dapat diperoleh dari hasil ujicoba pada sejumlah individu di luar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama (Nawawi, 1985).

17 Penelitian untuk mengetahui keterandalan pita Coburn dalam menduga bobot badan juga telah dilakukan oleh Sahat (2013) terhadap 30 ekor sapi. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa penyimpangan bobot badan dengan pita ukur Coburn sebesar 6,79%, sedangkan bila dibandingkan dengan rumus Schoorl 0,40%. Sehingga penyimpangan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl nyata (P<0,05) lebih rendah daripada penyimpangan dengan pita ukur Coburn. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa pendugaan bobot badan dengan menggunakan pita ukur Coburn tidak cocok bila dibandingkan dengan rumus Schoorl dalam menduga bobot badan sapi. Penelitian untuk mengetahui keterandalan pita Dalton dalam menduga bobot hidup kerbau Lumpur, sapi Bali, dan babi persilangan Landrace telah dilakukan oleh Putra (2005) terhadap 544 ekor kerbau lumpur, 1264 ekor sapi Bali, dan 200 ekor babi persilangan Landrace jantan dan betina menunjukkan bahwa pita Dalton tidak dapat diandalkan secara langsung untuk menduga bobot hidup kerbau Lumpur, sapi Bali, dan babi. Pita Dalton terandalkan penggunannya bila dikoreksi melalui regresi linier sederhana antara bobot hidup hasil penimbangan dengan bobot hidup hasil pendugaan dengan pita Dalton. Dimana rumus untuk menduga bobot hidup ternak melalui pita Dalton adalah masing-masing : BH (Bobot Hidup) = 37.408+0.729 PD (Pita Dalton) untuk kerbau Lumpur, BH = 30.167+0.670 PD untuk sapi Bali, BH = 8.609 + 0.714 PD untuk babi persilangan Landrace. Bobot badan Menurut Hassen.,et al (2004) ukuran bobot badan merupakan salah satu representasi ekonomi yang penting dalam peternakan sapi potong. Selain itu, bobot

18 badan juga sangat berkaitan erat dengan aspek ekonomi lainnya meliputi produksi dan reproduksi. Djagra (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya berat badan sedangkan besarnya badan dapat diketahui melalui pengukuran pada tinggi badan, panjang badan dan lingkar dada. Taylor (1995) menambahkan bahwa berdasarkan curva sigmoid pertumbuhan sapi, pertumbuhan yang konstan dimulai pada saat ternak berumur 22 bulan atau lebih kurang 1 tahun. Bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak tersebut. Di lapangan masih banyak dijumpai peternak yang memberikan pakan tidak mempertimbangkan jumlah kebutuhan berdasarkan bobot badan. Kurangnya pengetahuan peternak tentang cara penentuan jumlah pakan serta penentuan harga jual yang tidak lepas dari pengaruh bobot badan dan minimnya fasilitas untuk mengetahui bobot badan yang tepat menjadi salah satu alasan. Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat diukur bagian tubuh ternak sapi, antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar dan lingkar. Indikator penilaian digunakan dalam menilai produktivitas antara lain lingkar dada, tinggi badan dan panjang badan. Berat badan juga merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan menejemen peternakan (Saladin, 1981). Bahan pertimbangan untuk memilih ternak adalah bobot lahir, karena ada kecenderungan bahwa bobot lahir yang tinggi akan mengalami pertambahan bobot

19 badan yang lebih baik dan cepat dari pada ternak yang mempunyai bobot lahir rendah. Bobot badan dapat digunakan oleh seseorang yang terlah berpengalaman beberapa tahun (Ensminger, 1968), sedangkan tingkat keberadaannya sangat subjektif. Hal ini mengakibatkan bahwa tidak mudah sembarangan orang menduga bobot badan ternak, lagi pula sering berbias besar. Demikian pula halnya dengan menduga bobot lahir ternak. Pendugaan bobot badan memakai pita ukur buatan Dalton,Inggris, terutama digunakan untuk ternak sapi. Jelas bahwa pita ukur ini kurang tepat apabila dipergunakan untuk kerbau yang berbeda keadaan dan bangsanya. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan untuk hidup pokok sapi didasarkan pada bobot badan. Bobot badan sapi maupun ternak lainnya akan dapat diketahui dengan tepat, apabila sapi itu ditimbang dengan menggunakan timbangan sapi. Namun, harganya cukup mahal sehingga besar kemungkinan tidak terdapat dipeternak. Oleh karena itu, diperlukan alat pengukur lain selain timbangan tersebut meskipun hasilnya tidak setepat timbangan sapi. Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur. Keduanya untuk mengukur lingkar dada sapi. Hasil pengukuran dituangkan dalam persamaan regresi. Lingkar dada memiliki hubungan erat dengan bobot badan (http://www.docstoc.com/pendugaan-bobot-sapi, 2015) Untuk mencari alternatif lain dalam pendugaan bobot hidup seekor ternak, digunakan ukuran-ukuran tubuh. Sesuai dengan pendapat Anderson dan Kisser (1963) dirujuk oleh Setiawati (2007) bahwa ukuran-ukuran tubuh seekor ternak mempunyaui hubungan yang erat dengan bobot hidup. Ukuran-ukuran tubuh ini dapat memberikan gambaran bobot hidup dari ternak tersebut. Dengan mengetahui ukuran-

20 ukuran tubuh diketahui apakah ternak itu berproduksi baik atau tidak.bobot hidup dari seekor ternak juga berguna dalam menentukan jumlah makanan yang akan diperlukan pada seekor ternak sapi. Lingkar dada dan rumus Pendugaan Pendugaan umur dan berat badan seekor ternak menjadi sangat penting untuk diketahui, khususnya bagi peternak dan pedagang ternak sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan sebelah pihak (Suardi, 1993). Dalam usaha untuk mengatasi kendala yang dihadapi jika alat ukur untuk menduga berat badan ternak yang berkapasitas besar tidak tersedia, dapat dilakukan penaksiran berat badan ternak tersebut dengan menggunakan dimensi tubuhnya. Misalnya melalui panjang badan dan juga lingkar dada, karena lingkar dada seekor ternak memiliki korelasi yang sangat kuat untuk menduga berat hidup ternak (Parakkasi, 1999). Secara umum ada dua teknik penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu penimbangan (weight scale) dan penaksiran. Kedua teknik tersebut memiliki keuntungan dan keterbatasannya masing-masing. Metode penimbangan merupakan cara paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan peralatan khusus dan dalam beberapa kasus membutuhkan operator relatif lebih banyak (terutama dalam peternakan besar dengan sistem ranch) sehingga menjadi kurang efisien, dan tidak semua ranch memiliki peralatan (weight scale) tersebut. Adapun metode penaksiran atau pendugaan umumnya dilakukan melalui ukuranukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada, tinggi pundak, dan lain lain. Metode pendugaan ini memiliki keunggulan dalam hal kepraktisan, akan tetapi

21 memiliki kendala dengan tingkat akurasi pendugaannya dan masih perlu terus dikembangkan terutama dalam konteks ternak-ternak lokal di Indonesia (Gunawan,1990). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan mengukur panjang badan dan lingkar dada. Terdapat beberapa rumus penduga bobot badan ternak menggunakan lingkar dada, yaitu Schrool, Winter, dan Denmark. Rumus-rumus tersebut dapat digunakan untuk sapi, kambing, domba, babi dan kerbau (Gafar, 2007). Brookes dan Harmiington (1960) menyatakan bahwa korelasi tertinggi antara bobot hidup dengan ukuran-ukuran badan adalah lingkar dada (r = 0,90). Lingkar dada (L), panjang badan (P) dan tinggi pundak (T). Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan mengatur dahulu posisi berdiri sapi dengan tegak. Sehingga keempat kakinya terletak dalam segi empat diatas bidang datar. Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para peternak untuk mengetahui bobot badan ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kaki harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis disamping timbangan ini jumlahnya terbatas (http://www.docstoc.com/pendugaan-bobot-sapi, 2015). Rumus penentuan badan sapi berdasarkan ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Rumus yang telah dikenal adalah rumus schrool yang mengemukakan pendugaan bobot badan ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut (Wahyudin,2007) :

22 Bobot badan (kg) = Keterangan : 1 inchi = 2,54 cm 1 lbs = 0,4536 kg (Lingkar dada (cm) + 22)² 100 Menurut Gafar (2007) rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan adalah : Rumus Schrool (lbs) = Rumus Smith (lbs) = Keterangan: LD = Lingkar Dada PB = Panjang Badan (LD + 22)² 100 (LD + 18)² 100 Makin bertambah ukuran-ukuran tubuh seekor ternak maka semakin bertambah bobot hidupnya. White dan Green diacu dalam Yurnalis (2007) menyatakan bahwa koefisien korelasi antara lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dengan bobot hidup sangat tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya. Ternak yang sedang tumbuh setiap pertumbuhan 1% lingkar dada diikuti oleh kenaikan bobot hidup sebesar 3%, ditambahkan oleh Kidwel (1965) penafsiran yang paling tepat dalam pendugaan bobot hidup ternak sapi adalah melalui ukuran lingkar dada.