STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh : Muh. Khamim N I M : Q

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini (Suyanto, 2003:17).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Anonim, 2010 : 4). Namun, pendidikan bukanlah suatu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

baik dari segi proses maupun hasilnya. Apalagi, dewasa ini Indonesia berada

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi gutu itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan professional

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, dan (3) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor. penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. baru agar pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat lagi, karena lemahnya sistem pendidikan nasional terkait erat

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

2016 HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN LAMA MENGAJAR GURU SEJARAH DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang dituntut

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

Transkripsi:

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar (Munadhiroh, 2011). Menurut Fatah (2012) menyatakan bahwa pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman, setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Selanjutnya Fatah (2000) pun berpendapat itulah sebabnya, pendidikan

senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Menurut Zuhriyah (2012), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran, model, metode yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan kepribadian siswa secara optimal. Guru harus mempunyai kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Saud (2009) berpendapat bahwa guru adalah profesi yang memerlukan suatu keahlian khusus. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini kedudukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah belum dapat digantikan oleh alat atau mesin secanggih apapun. Keahlian khusus itu pula yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi yang lainnya terletak dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab erat kaitannya dengan kompetensi-kompetensi yang disyaratkan untuk memangku profesi guru yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Danim (2010) menambahkan bahwa kompetensi guru, pada awalnya dipersiapkan atau diperoleh melalui lembaga pendidikan formal keguruan, sebelum seseorang memangku jabatan (tugas dan tanggung jawab) sebagai guru. Tetapi untuk menuju ke arah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, tidaklah cukup dengan berbekal dengan kemampuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan formal tersebut. Saud (2009) berpendapat bahwa tuntutan terhadap peningkatan kompetensi secara berkelanjutan disebabkan karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu. Di samping itu, keharusan bagi setiap guru untuk mengembangkan kompetensinya secara terus-menerus dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, didorong juga oleh perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan pemerintahan dan perubahan kurikulum pendidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Saud (2009), berikut ini. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru merupakan suatu keharusan, terlebih lagi pada Ahmad Yani kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu: (1) perkembangan iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Joni (dalam Mantja, 2008) menyebutkan bahwa guru harus bertanggungjawab secara profesional untuk terus menerus meningkatkan profesionalnya. Salah satu upaya yang ditempuh untuk mengembangkan tugas profesi guru adalah pembentukan gugus sekolah. Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No 0487 Tahun 1982 tentang Sekolah Dasar, dan Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep./I/1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru, bahwa strategi pembinaan dan peningkatan profesional guru sekolah dasar adalah melalui pembentukan gugus sekolah, di antaranya melalui kelompok kerja guru (KKG). Demikian juga Supriyadi (2007) menyatakan bahwa Indonesia sesungguhnya telah ada wahana yang digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG, dan KKG. Suparlan (2006) menyatakan bahwa KKG merupakan wadah pembinaan guru SD

yang Profesional dan tergabung dalam gugus sekolah. Dengan demikian pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekelompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kabupaten/kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama.kkg sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran. Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan melalui strategi Sistem Pembinaan Profesional sudah selayaknya selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. Salah satunya dilakukan dengan membentuk gugus sekolah yang terdiri dari satu sekolah sebagai SD Inti dan SD lainnya sebagai SD Imbas, sehingga satu gugus sekolah paling banyak terdiri dari 8 SD. Pada SD Inti dibentuk Pusat Kegiatan Guru. Di dalam Pusat Kegiatan Guru tersebut dilakukan kegiatan berupa Kelompok Kerja Guru serta Kelompok Kerja Kepala Sekolah. Kelompok Kerja ini berfungsi sebagai wadah peningkatan mutu profesional guru dan tenaga kependidikan untuk megembangkan kompetensi bersama teman sejawat. Keberadaan gugus sekolah dalam Sistem Pembinaan Profesional khususnya di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, secara organisatoris telah ada dan berfungsi. Namun terkadang, sistem pelaksanaannya kurang efektif

sehingga tujuan yang diharapkan tidak dapat tercapai secara optimal. Trimo (2007) menyatakan bahwa kegiatan gugus lazim diadakan setiap hari Sabtu ternyata belum sesuai dengan harapan bagi sementara guru yang menganggap bahwa kegiatan KKG hanya merupakan serangkaian kegiatan yang kurang bermanfaat. Bahkan ada kecenderungan, para guru yang mengikuti KKG dilandasi rasa "terpaksa" karena "takut" dengan Kepala Sekolah atau Pengawas, bukan dilandasi motivasi yang tinggi akan pentingnya wawasan dan pengetahuan guna meningkatkan kompetensi. Gambaran mengenai gugus yang ada di Kecamatan Bergas, khususnya KKG gugus Ahmad Yani hanya dikuti oleh sekitar 10 orang dari 36 orang guru. Hal ini sejalan yang dinyatakan Benzito (2008) dapat disebabkan kesibukan di masing-masing sekolah telah banyak menyita tenaga guru, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan di tiap gugus. Rohiat (2010) pun menyatakan bila selama ini kegiatan yang ada di gugus pada dasarnya masih bersifat konvensional, artinya hanya bersifat sebagai langkah untuk memenuhi ketentuan, sehingga apa yang dilakukan di dalam gugus belum sesuai dengan pedoman yang ada. Bahkan, di beberapa daerah, kegiatan gugus hanya layaknya sebagai upaya untuk membuat surat pertanggungjawaban atas anggaran yang memang dialokasikan untuk kegiatan gugus.

Dampak dari tidak berfungsinya gugus adalah sikap profesional guru dalam mengajar dan mendidik tidak mengalami perubahan atau kemajuan. Guru banyak disibukkan dengan administrasinya, mengikuti seminar, workshop untuk mengejar sertifikasi dan sebagainya. Kesemuanya itu membawa dampak pada sikap profesional guru. Dari penelitian awal yang dilaksanakan di KKG Gugus Ahmad Yani melalui studi dokumentasi administrasi KKG dan data dinding serta wawancara terhadap pengurus diperoleh data yang terdapat pada daftar check (dalam lampiran). Dari hasil pra penelitian diperoleh bahwa ketercapaian atau kesesuaian dengan kondisi yang ditentukan dalam gugus (jumlah skor perolehan: jumlah skor maksimal) X 100% = 52 : 115 x 100% = 45%. Berdasarkan focus group discussion yang dilakukan peneliti bersama anggota KKG Gugus Ahmad Yani diperoleh gambaran model awal pengelolaan dan pelaksanaan KKG seperti gambar di bawah ini.

Eksternal Exchange Perubahan Paradigma Pendidikan Ijin Operasional Program Pengembangan KKG Ahmad Yani Kepengurusan Sarana dan Prasarana Nara Sumber OUTPUT Peningkata n Kompetensi dan Profesionali Pembiayaan Internal Exchange Guru Pendidikan Lap.Pertanggung Jawaban Gambar 1: Model Pengelolaan Organisasi KKG Ahmad Yani Penjelasan Gambar: Pengelolaan KKG Ahmad Yani mengalami perubahan akibat adanya faktor eksternal, yaitu perubahan paradigma pendidikan dari model sistem industri "Teacher centered/tradisional" yang berpusat pada guru untuk mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, sistem pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem pembelajaran yang berbasis pada pemahaman. Faktor internal pengembangan profesional lebih

diarahkan pada motivasi pribadi guru sebagai agen perubahan (agent of change). Faktor Eksternal dan Faktor Internal inilah yang menuntut adannya pengembangan pengelolaan KKG Ahmad Yani melalui strategi pengelolaan baru sebagai jaminan layanan terhadap anggotanya yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dengan sumber daya yang dimiliki (Ijin Operasional, Program, Kepengurusan, Sarana dan Prasarana, Nara Sumber, Pembiayaan, dan Laporan Pertanggungjawaban). Sebagai Output setelah guru mengikuti kegiatan di dalam organisasi KKG Ahmad Yani terjadi adanya peningkatan kompetensi. Dengan demikian apa yang terjadi pada KKG Gugus Ahmad Yani di Kecamatan Bergas, berdasarkan pra penelitian diketahui bahwa kegiatan KKG selama ini belum berjalan sesuai harapan terutama dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan. Adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan saat pra penelitian ini menimbulkan permasalahan, sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian tentang model pengembangan kelompok kerja guru (KKG) dalam meningkatkan kompetensi guru. Model awal strategi pengelolaan KKG sebagaimana gambar 1 (satu) masih sangat dangkal karena belum menjangkau unsur-unsur yang meliputi organisasi, program dan kegiatan, sumber daya manusia, sarana

prasarana, pengelolaan, pembiayaan pemantauan dan evaluasi. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian "Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dilakukan, maka dirumuskan masalah: Bagaimana strategi pengelolaan KKG untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk menyusun strategi pengelolaan KKG Ahmad Yani dalam upaya meningkatkan kompetensi professional guru di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola KKG maupun pemangku kepentingan yang lain untuk mengembangkan strategi pengelolaan KKG yang lebih efektif dalam peningkatan kompetensi guru.