Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

IDA AYU RACHMAYANTI T.GEOMATIKA FTSP-ITS 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengujian Ketelitian Hasil Pengamatan Pasang Surut dengan Sensor Ultrasonik (Studi Kasus: Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap)

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

BAB III 3. METODOLOGI

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. A. H. Nasution No. 264 Bandung

KONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Pengertian Pasang Surut

2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

II TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan

I Elevasi Puncak Dermaga... 31

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga

BAB IV PASANG SURUT AIR LAUT TIPE MIXED TIDES PREVAILING DIURNAL (PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG) UNTUK PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT DENGAN METODE ADMIRALTY

KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Foto stasiun pengamatan pasut di Kecamatan Muara Gembong

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

KAJIAN POLA ARUS DI TELUK UJUNGBATU JEPARA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT

ANALISIS SEBARAN SEDIMEN DASAR AKIBAT PENGARUH ARUS SEJAJAR PANTAI (LONGSHORE CURRENT) DI PERAIRAN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN CHART DATUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN KEDALAMAN KOLAM DERMAGA

ANALISIS DATA ARUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALYSIS OF FLOW DATA ON ESTUARINE BANYUASIN RIVER IN SOUTH SUMATERA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di :

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

BAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

3. METODOLOGI. Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut

BAB I PENDAHULUAN I.1

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK DATA PASANG SURUT JAM-JAMAN DARI PELABUHAN PANJANG. Ahmad Zakaria1)

PENGARUH SIMULASI AWAL DATA PENGAMATAN TERHADAP EFEKTIVITAS PREDIKSI PASANG SURUT METODE ADMIRALTY (STUDI KASUS PELABUHAN DUMAI)

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teori Pasut Laut

PERAMALAN PASANG DI PERAIRAN PULAU KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, MENGGUNAKAN PROGRAM WORLDTIDES

Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK DATA PASANG SURUT JAM-JMAN DARI STASIUN MENENG. Ahmad Zakaria1)

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah Menggunakan Metode Admiralty

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

III METODE PENELITIAN

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

Analisis Pasang Surut Di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa Dengan Metode Admiralty

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Transkripsi:

1 Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square Miftakhul Ulum dan Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: khomsin@geodesy.its.ac.id Abstrak Analisis maupun peramalan pasut pada daerah survei dapat dipakai untuk berbagai keperluan rekayasa, antara lain perencanaan alur pelabuhan, navigasi, pengembangan wilayah pantai, penentuan batas wilayah dan sebagainya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut selama periode tertentu diantaranya adalah metode admiralty dan metode least square. Dalam penelitian ini dilakukan analisa prediksi pasang surut di stasiun Surabaya dengan menggunakan data pasut 29 hari. Metode yang digunakan adalah metode admiralty dan metode least square dengan panjang data 15 dan 29 hari. Dari keempat metode tersebut dilakukan perhitungan tiap komponen pasutnya sehingga dapat dilakukan prediksi pasut dan dibandingkan hasilnya. Nilai yang dihasilkan oleh metode least square lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh metode admiralty yakni sebesar 12,360 cm untuk panjang data 15 hari dan 5,972 cm untuk panjang data 29 hari pada prediksi pasut bulan pertama. P Kata Kunci Prediksi Pasut, Admiralty, Least Square. I. PENDAHULUAN erubahan vertikal muka air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir atau di lautan merupakan fenomena alam yang dapat dikuantifikasi. Fenomena tersebut dikenal sebagai pasang surut (pasut) atau tide. Fenomena naik-turunnya muka air laut terjadi akibat adanya gaya tarik benda-benda luar angkasa, khususnya akibat gaya gravitasi bulan dan matahari yang bekerja terhadap bumi.. Pengetahuan mengenai pasang surut sangat berguna untuk berbagai keperluan, mulai dari masalah navigasi, hidrografi sampai ke perencanaan bangunan laut atau pantai. Sebagai suatu fenomena yang periodik, pasut dapat diprediksi. Menurut Thomson amplitudo dan fase dari setiap komponen pasut dapat dihitung dari pengamatan, dan karena periode setiap komponen dapat diketahui dari teori analisa harmonik, maka pasang surut dapat diprediksikan pada setiap tempat di bumi.[1] Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut selama periode tertentu diantaranya yang sering digunakan adalah metode admiralty dan metode least square. Dari konstanta harmonik yang dihasilkan kedua metode ini dapat digunakan untuk melakukan prediksi pasut untuk waktu yang akan datang. Namun perlu dikaji terlebih dahulu seberapa akurat hasil prediksi yang dihasilkan oleh metode admiralty dan least square untuk panjang data pengamatan pasut masingmasing 15 dan 29 hari. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji karakteristik pasang surut di stasiun pasut Surabaya. yang digunakan adalah elevasi muka air selama 29 hari yaitu tanggal 1-29 Januari 2007. Elevasi pasang surut adalah penjumlahan dari beberapa konstanta pasang surut dan faktor meteorologis yang diasumsikan konstan, seperti ditunjukkan pada persamaaan berikut: ( ) ( ) (1) Dimana: η(t) = elevasi pasang surut sebagai fungsi waktu A i = amplitudo konstanta pasang surut i ω i = 2π/T i, T : periode dari konstanta pasang surut i P i = fase dari konstanta i S 0 = tinggi muka laut rata-rata (Mean Sea Level) SS 0 = perubahan tinggi muka laut yang disebabkan oleh faktor meteorologis t N = waktu = jumlah dari konstanta pasang surut yang membangun elevasi pasang surut. Analisa harmonik pasang surut dapat dilakukan oleh beberapa metode, seperti metode admiralty dan least square, metode-metode ini merupakan analisa harmonik untuk mendapatkan solusi dari persamaan diatas. Perhitungan metode admiralty yang telah dikembangkan oleh Doodson ditentukan berdasarkan panjang data pengamatan, ada empat perhitungan yang umum digunakan yaitu perhitungan panjang data 29 hari, 25 hari, 7 hari dan 1 hari. Dalam penelitian ini, perhitungan yang digunakan untuk panjang data 29 dan 15 hari. Dalam perhitungan panjang data 29 hari dan 15 hari dihasilkan 9 komponen pasang surut, yang mempresentasikan jenis pasang surut yang terjadi di tempat tersebut.diurnal K 1, P 1 dan O 1, semidiurnal M 2, K 2, S 2 dan N 2, kuarter-diurnal M 4 dan MS 4. Perhitungan dengan metode admiralty dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai konstanta harmonik pasut. Langkah perhitungan metode admiralty 29 hari dan 15 hari adalah sama, baik tahap perhitungan dan hasil akhir yang diperoleh. Dimulai dengan perhitungan proses harian, bulanan dan perhitungan matrik polinomial dibantu dengan tabel pengali proses harian dan bulanan serta tabel matrik polinomial untuk panjang data 29 dan 15 hari Selain metode admiralty, untuk mendapatkan nilai konstanta-konstanta pasang surut (M 2, S 2, K 2, N 2, O 1, K 1, P 1, MS 4, dan M 4 ) juga digunakan metode least square. Dalam penelitian ini, analisa harmonik pasut metode least square dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel.

2 Perhitungan metode least square dilakukan dengan mengabaikan faktor meteorologis dapat diturunkan persamaan (Ongkosongo, 1989) : ( ) (2) Dimana A i dan B i adalah konstanta harmonik komponen ke-i, k adalah bilangan dari komponen yang akan ditentukan, dan t n adalah waktu pengamatan. Dengan metode least square, solusi didapatkan dengan menggunakan persamaan linier akan menghasilkan: 1. Tinggi muka laut rata-rata (MSL) S 0 = A k+1 (3) 2. Amplitudo dari tiap-tiap komponen pasut (4) 3. Fase dari tiap komponen pasang surut 1 Bi P i tan (5) Ai Sehingga persamaan sebelumnya dapat ditulis sebagai: ( ) ( ) (6) Setelah diperoleh konstanta harmonik masing-masing dengan menggunakan metode admiralty dan least square selanjutnya dilakukan pemodelan prediksi pasut dengan menggunakan persamaan: ( ) ( ) (7) dimana, fi = koreksi amplitudo dari komponen pasut ke-i X i = argumen astronomi komponen pasut ke-i A i = amplitudo komponen ke-i ω i = kecepatan sudut P i = fase komponen ke-i S 0 = MSL t = waktu n = jumlah komponen pasut = Vi + Ui X i III. HASIL DAN ANALISA A. Analisa Prediksi Admiralty Hasil analisis metode admiralty berupa grafik yang terdiri dari data, prediksi, dan residu. Dapat dilihat dari Gambar 1 hasil analisis metode admiralty untuk panjang data 15 hari. ke-12 dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya dilakukan perhitungan, rata-rata simpangan dan kesalahan maksimum dari data prediksi yang hasilnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisa Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Simpangan Bulan ke-1 30,362 25,980 73,220 Bulan ke-3 25,976 21,480 68,506 Bulan ke-6 29,714 23,196 78,247 Bulan ke-9 28,340 21,958 74,193 Bulan ke-12 30,539 26,091 75,234 Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat untuk perbandingan data prediksi admiralty 15 hari dengan data pengamatan lapangan menunjukkan hasil berkisar antara 25,976 cm sampai 30,539 pada bulan ke-12. simpangan paling besar terjadi pada bulan ke-12 sebesar 26,091 cm. Sedangkan kesalahan maksimum terbesar terdapat pada bulan ke-6 yakni sebesar 78,247 cm.. Pada Gambar 2 menunjukkan hasil prediksi analisis metode admiralty dengan panjang data 29 hari dibandingkan data pengamatan pasut lapangan bulan pertama. Gambar 2. Hasil Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Pertama Dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa hasil prediksi dengan metode admiralty 29 hari cukup baik dibandingkan dengan data pengamatan. Sedangkan hasil untuk perbandingan prediksi admiralty 29 hari dengan data pengamatan bulan ke-3, ke-6, ke-9 dan ke-12 dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya dilakukan perhitungan, rata-rata simpangan, dan kesalahan maksimum agar dapat dilakukan analisa secara kuantitatif. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisa Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Gambar 1. Hasil Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Pertama Terlihat dari Gambar 1 di atas bahwa hasil prediksi dengan metode admiralty 15 hari pada bulan pertama kurang baik jika dibandingan dengan data. Hal tersebut terlihat dari fluktuatifnya grafik residu yang dihasilkan. Residu merupakan selisih antara data pasut hasil prediksi dengan data pasut hasil pengukuran lapangan. Sedangkan hasil prediksi admiralty 15 hari dengan perbandingan data pengamatan bulan ke-3, ke-6, ke-9 dan Simpangan Bulan ke-1 15,686 12,818 41,526 Bulan ke-3 21,604 18,098 51,373 Bulan ke-6 17,030 13,980 46,352 Bulan ke-9 25,768 21,462 57,911 Bulan ke-12 17,379 14,207 44,834 Dari Tabel 2 dapat dilihat untuk perbandingan dengan data pengamatan bulan pertama menunjukkan hasil RMS error paling kecil yakni sebesar 15,686 cm. Simpangan ratarata berkisar antara 12,818 cm sampai 21,462 cm.

3 maksimum pada bulan ke-9 adalah yang terbesar di antara bulan yang lain yakni sebesar 57,911 cm. B. Analisa Prediksi Least Square Hasil analisis least square untuk stasiun pasut Surabaya dengan panjang data 15 hari dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 4 dapat diamati bahwa hasil prediksi dengan metode least square 29 hari cukup baik dibandingkan dengan data pengamatan pasut lapangan 1 bulan. Grafik data prediksi dan grafik data pengamatan berhimpit, serta grafik residu yang dihasilkan juga tidak berfluktuatif. Hasil untuk perbandingan data prediksi least sqaure 29 hari dengan data pengamatan 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan, rata-rata simpangan dan kesalahan maksimum dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Analisa Prediksi Pasut Least Square 29 Hari Gambar 3. Hasil Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Pertama Dari Gambar 3 dapat diamati hasil prediksi dengan metode least square 15 hari cukup baik dibandingkan dengan data pengamatan untuk 15 hari pertama atau data 360 jam pengamatan. Selanjutnya grafik residu mulai berfluktuatif sampai data hari ke-29. Sedangkan hasil untuk perbandingan data prediksi least square 15 hari dengan data pasut pengamatan 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan dapat dilihat pada lampiran. Nilai, rata-rata simpangan, dan kesalahan maksimum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Analisa Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Simpangan Bulan ke-1 12,360 8,763 44,702 Bulan ke-3 39,455 33,999 87,665 Bulan ke-6 19,529 16,847 47,709 Bulan ke-9 42,496 33,425 109,855 Bulan ke-12 19,587 14,517 69,354 Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat untuk perbandingan dengan data pengamatan 1 bulan menunjukkan hasil prediksi yang naik turun. Nilai RMSerror relatif kecil pada bulan ke-1, ke-6 dan ke-12. Sedangkan pada bulan ke-3 dan ke-9 nilai cukup besar yakni 39,455 cm dan 42,496 cm. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada nilai rata-rata simpangan dan kesalahan maksimum. Selanjutnya untuk analisis least square untuk stasiun pasut Surabaya dengan panjang data 29 hari dapat dilihat pada Gambar 4. Simpangan Bulan ke-1 5,972 4,713 18,127 Bulan ke-3 16,992 14,473 37,313 Bulan ke-6 13,333 11,005 30,363 Bulan ke-9 22,607 17,750 56,917 Bulan ke-12 13,106 10,650 34,242 Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat untuk perbandingan dengan data pengamatan 1 bulan menunjukkan hasil prediksi cukup bagus jika dibandingkan dengan data pasut lapangan. Nilai pada bulan pertama sebesar 5,972 cm yang merupakan nilai terkecil. Nilai rata-rata simpangan dan kesalahan maksimum terbesar terdapat pada bulan ke-9 yakni sebesar 17,750 cm dan 56,917 cm. C. Perbandingan Prediksi Admiralty dan Least Square Dengan membandingkan nilai tiap metode dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat akurasi prediksi pasut yang dilakukan selama selang waktu tertentu. Hasil nilai tiap metode dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Nilai Dari Tiap Metode Adm 15 Adm 29 Lsq 15 Lsq 29 Bulan ke-1 30,362 15,686 12,360 5,972 Bulan ke-3 25,976 21,604 39,455 16,992 Bulan ke-6 29,714 17,030 19,529 13,333 Bulan ke-9 28,340 25,768 42,496 22,607 Bulan ke-12 30,539 17,379 19,587 13,106 Tabel 5 di atas menunjukkan nilai dari metode least square dengan panjang data 29 hari memiliki nilai paling kecil untuk interval prediksi 1 bulan yakni sebesar 5,972 cm. Sementara nilai terbesar terdapat pada metode least square 15 hari pada prediksi bulan ke-9. Nilai terkecil tiap bulannya ditunjukkan oleh metode least square 29 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perbandingan tiap metode dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 4. Hasil Prediksi Least Square untuk 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Pertama.

4 menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode least square. D. Analisa Tipe Pasut Melalui perhitungan dengan menggunakan formula formzhal: F = (O 1 + K 1 ) / (M 2 + S 2 ) Dapat diketahui tipe pasang untuk tiap metode Dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Gambar 5. Diagram Hasil Perbandingan Tiap Metode Dapat dilihat dari Gambar 5 diatas, nilai pada metode admiralty 15 hari nilai berkisar antara 25,976 cm sampai 30,539 cm. Untuk metode admiralty 29 hari nilai antara 15,686 cm sampai 25,768 cm. Nilai untuk metode least square 15 hari memiliki selisih yang besar yakni dari 12,630 cm sampai 42,496 cm. Sementara itu untuk metode least sqaure 29 hari nilai RMS error berkisar antara 5,972 cm sampai 22,607 cm. Nilai tiap metode pada bulan pertama menunjukkan nilai yang paling kecil dan untuk bulan-bulan selanjutnya berfluktuatif. prediksi metode least square 15 hari pada bulan ke-3 dan ke-9 naik secara signifikan. Sementara metode-metode yang lain cenderung lebih stabil nilainya. Namun dapat diamati juga pada bulan ke-3 dan ke-9 kecenderungan hasil tiap metode terjadi peningkatan dibandingkan bulan-bulan sebelum dan sesudahnya. Terjadi penyimpangan pada prediksi pasut metode least square dengan panjang data 15 hari. Nilai yang dihasilkan pada prediksi bulan ke-3 dan ke-9 menunjukkan penyimpangan yang besar dibandingkan dengan hasil perhitungan bulan sebelumnya. Penyimpangan hasil prediksi least sqaure 15 hari ini juga nampak jika dibandingkan dengan hasil prediksi ketiga metode yang lain. Hal ini menunjukkan metode least square kurang baik jika digunakan untuk melakukan prediksi pasut jika hanya memiliki panjang data 15 hari. Semakin panjang data pengamatan maka semakin baik pula prediksi least square yang dihasilkan. Dapat diambil kesimpulan juga hasil prediksi pasut metode least square 29 hari memiliki nilai RMS terkecil dibandingkan dengan ketiga metode yang lain. Selanjutnya yang memiliki nilai yang cukup baik adalah metode admiralty 29 hari disusul admiralty 15 dan least square 15 hari. Hasil prediksi pasut dengan panjang data yang digunakan 29 hari memiliki akurasi yang lebih bagus dibandingkan dengan hanya menggunakan data 15 hari. Penggunaan data pengamatan 15 hari untuk prediksi dibandingkan dengan data pengamatan 29 hari memiliki beda yang signifikan. Pada data pengamatan 15 hari tidak melalui dua fase pasang purnama (spring tide) dan dua fase pasang perbani (neap tide). Sedangkan pada pengamatan 29 hari sudah mengalami 2 kali fase pasang purnama dan 2 kali fase pasang perbani. Sementara untuk perbandingan metode admiralty dan least square menunjukkan untuk panjang data 29 hari metode least square lebih baik daripada metode admiralty. Sebaliknya pada panjang data 15 hari, metode admiralty Tabel 6. Tipe Pasang Surut Tiap Metode No Metode Formzhal Tipe Pasut 1 Admiralty 15 1,075 Campuran cenderung semidiurnal 2 Admiralty 29 1,413 Campuran cenderung semidiurnal 3 Least Square 15 1,106 Campuran cenderung semidiurnal 4 Least Square 29 1,405 Campuran cenderung semidiurnal Tabel 6 menunjukkan tipe pasut tiap metode adalah campuran cenderung semidiurnal. Tipe pasang surut yang dihasilkan ini menunjukkan bahwa pengaruh komponen semi-diurnal lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh komponen diurnal. Hal ini juga menunjukkan kecocokan antara hasil yang diperoleh dari metode admiralty dan least square. Tipe pasut campuran cenderung semidiurnal ini juga cocok dengan tipe pasut perairan Surabaya di lapangan. Perairan Surabaya mengalami dua kali pasang dalam satu hari dengan perbedaan tinggi dan interval yang berbeda. IV. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa informasi yang penting, yaitu antara lain: 1. Nilai terkecil ditunjukkan oleh metode least square 29 hari sebesar 5,972cm pada prediksi pasut bulan pertama. 2. Metode least square 29 hari lebih efektif digunakan untuk melakukan prediksi pasut jika dibandingkan dengan ketiga metode yang lain, hal ini ditunjukkan dengan nilai untuk metode least square 29 hari memiliki nilai paling kecil pada tiap rentang waktu prediksi yang dilakukan. 3. Hasil prediksi dari data pengamatan 29 hari menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil prediksi dengan data pengamatan 15 hari.

5 LAMPIRAN A. Hasil Prediksi Pasut Metode Admiralty Gambar A.6 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keenam Gambar A.1 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Ketiga Gambar A.7 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Kesembilan Gambar A.2 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keenam Gambar A.8 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keduabelas Gambar A.3 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Kesembilan B. Hasil Prediksi Pasut Metode Least Square Gambar A.4 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keduabelas Gambar B.1 Hasil Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Ketiga Gambar A.5 Hasil Prediksi Pasut Admiralty 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Ketiga Gambar B.2 Hasil Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keenam

6 Gambar B.3 Hasil Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Kesembilan Gambar B.8 Hasil Prediksi Pasut Least Square 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keduabelas DAFTAR PUSTAKA Gambar B.4 Hasil Prediksi Pasut Least Square 15 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keduabelas Gambar B.5 Hasil Prediksi Pasut Least Square 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Ketiga [1] Ali, M., Mihardja, D.K. dan Hadi, S. 1994. Pasang Surut Laut. Bandung: Institut Teknologi Bandung. [2] Analisis Harmosik Pasang Surut. Bandung: Prodi Oseanografi dan Sains Terapan-ITB. [3] ITB-Bakosurtanal.1986. Diktat Survei dan Pemetaan Laut. [4] Mikhail, Edward M. 1981. Analysis and Adjustment of Survey Measurement. New York: Van Nostrand Reinhold Company. [5] Ongkosongo, Otto S.R. 1989. Pasang-Surut. Jakarta: LIPI. [6] Poerbandono dan Eka Djunarsjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung: Refika Aditama. [7] Prihadi, Krisna. 2005. Analisis Prediksi Pasut Berdasarkan Variasi Lama Pengamatan Dan Jumlah Konstanta Harmonik Dengan Metode Kuadrat Terkecil. Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS. [8] Sasongko, Agung Koko. 2006. Studi Pembuatan Software Hitungan Pasang Surut Dengan Metode Admiralty. Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS. [9] Setyo, Nur Kholis. 2008. Analisis Harmonik Pasang Surut Laut dari Satelit Altimetri TOPEX/Poseidon. Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS. [10] Sjachulie, Denny. 2005. Penerapan Metode Admiralty dalam Analisi Pasang Surut Jangka Pendek Tanpa Menggunakan Tabel. Tugas Akhir Program Studi Oseanografi, ITB. [11] Vanicek, P. dan Krakiwsky, E.J. 1986. Geodesy, The Concepts. North Holland. Gambar B.6 Hasil Prediksi Pasut Least Square 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Keenam Gambar B.7 Hasil Prediksi Pasut Least Square 29 Hari Dibandingkan Pengamatan Bulan Kesembilan