Upaya Mengurangi Polusi Udara pada Proses Produksi Kalsium Oksida di Sentra Industri Kecamatan Manyar, Gresik

dokumen-dokumen yang mirip
ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI

Iklim Perubahan iklim

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

Penentuan Prioritas Pengembangan Sentra Industri Kecil Batik yang Ramah Lingkungan sebagai Produk Unggulan di Bangkalan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

APA ITU GLOBAL WARMING???

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

ANALISIS NON PRODUCT OUTPUT DALAM RANGKA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI BERBAGAI INDUSTRI

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.

FENOMENA GAS RUMAH KACA

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi,

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

Transkripsi:

Upaya Mengurangi Polusi Udara pada Proses Produksi Kalsium Oksida di Sentra Industri Kecamatan Manyar, Gresik Nachnul Ansori Program Studi Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan E-mail: nachnul@gmail.com Abstrak Industri kalsium Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik adalah salah satu bagian dari usaha kecil menengah dibidang pembuatan aktif (kalsium ). Pergeseran paradigma bisnis mulai merambah ke produk yang lebih akrab terhadap lingkungan, sehingga diharapkan produk lebih memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan yang seminimal mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi tata kelola (mitigasi) penanganan Risiko terkait dengan aktivitas produksi yang terjadi dalam business proses industri kalsium. Identifikasi aspek dan dampak lingkungan dalam siklus produksi sangat berperan dalam mengevaluasi dampak dimasing-masing tahapan business proses. Evaluasi dampak menggunakan skoring BAPEDAL. Proses evaluasi dilanjutkan dengan pemetaan Risiko menggunakan peta Risiko untuk mengetahui keberadaan Risiko sekaligus untuk dapat merumuskan pola penanganan Risiko utamanya pada business proses yang memiliki nilai yang signifikan memberikan konstribusi dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Perangkat yang digunakan untuk menidentifikasi aspek dan dampak lingkungan berupa material balance. Skoring BAPEDAL merupakan instrumen untuk mengevaluasi dampak yang dihasilkan, sedangkan peta Risiko sebagai alat bantu untuk memetakan pola penanganan (mitigasi) Risiko. Dari hasil analisa diperoleh skor signifikan 39.375 pada aktivitas dan kuadran I (satu) pada pola penangangan (mitigasi) Risiko berupa (1) Menggunakan kayu kering dan padat (2) Tidak mencampur bahan pembakar dengan karet atau plastik (3) Memastikan kalsium karbonat mengandung sedikit air (H 2 O) (4) Memperbanyak tanaman yang memiliki daun lebar/banyak untuk mempermudah menyerap CO 2 di sekitar tungku (5) Pemakaian masker. Kata kunci: Material Balance, BAPEDAL, Mitigasi Risiko, Kalsium Oksida, Polusi Abstract Calcium Oxide Industry of Manyar District is one of small and medium enterprise in producing calcium oxide. Business perspective paradigm starts moving to green product. Therefore, product expected to environmental friendly and has minimum impact toward the environment. This research is to gain in mitigating risk concern with the activity of calcium oxide business process. Aspect and impact identification are used to evaluate impact each activity of business process. BAPEDAL scoring used to quantify the impact hence risk maping is to determine the position of the risk. Risk maping is to establish executing model in reducing or preventing the impact. Material balance used to identify the aspect and impact. The result of scoring through BAPEDAL is 39.375 of burning process, and quadrant I as its position. Mitigating action of the risk should be; (1) using dried and hard wood (2) no mixing rubber materials burning or plastic (3) calcium carbonat compound with less water (4) planting many tree which large or much leave (5) using masker Keywords: Material balance, BAPEDAL, Risk Mitigation, Calcium Oxide, Polution Pendahuluan Melalui pertimbangan peningkatan kesadaran konsumen terhadap produk, lingkungan (green consumer ) dan kesadaran industri untuk mengembangkan serta mendesain produk yang sustainable, perlu dibuat suatu pendekatan untuk mendesain dan mengembangkan produk yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekecil mungkin (sustainable development). Sentra industri kalsium yang berlokasi di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik merupakan salah satu sentra industri yang cukup berpotensi untuk dikembangkan, didukung oleh kemudahan dalam ketersediaan bahan bakunya berupa tanah yang banyak mengandung batu. Banyaknya industri besar dan kecil yang ada di wilayah Gresik merupakan faktor yang ikut mendorong perlu dikembangkannya sentra industri tersebut, di mana perusahaan tersebut

50 Rekayasa, Volume 4, Nomor 1, April 2011 sedikit banyaknya memerlukan kalsium untuk keperluan proses produksinya. Pembakaran kalsium karbonat dengan bahan pembakar baik dari kayu, karet ataupun serbuk grajen dan campurannya secara terus-menerus akan mengakibatkan memicu terjadinya pemanasan global (global warming), hal ini terjadi karena penyebaran CO 2, CO, C, N 2 O, CH 4 dan halokarbon sebagai akibat dari proses, sementara banyak terjadi komplain dari masyarakat sekitar terkait dengan masalah polusi udara yang ditimbulkan selama proses berupa kepulan asap tebal yang menggangu sampai pada radius 1,5 km. Dari uraian di atas, dirasa perlu untuk melakukan tindakan pengurangan terhadap dampak lingkungan melalui pengelolaan proses produksi kalsium yang diharapkan akan mampu mengurangi percepatan terjadinya polusi udara atau kerusakan lingkungan akibat proses kalsium. Target akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada sentra industri aktif mengenai aspek dan dampak lingkungan proses produksi kalsium serta tingkat signifi Risiko pada masing-masing bisnis proses yang ada. Selain itu juga diharapkan akan memberikan informasi tentang solusi tata kelola untuk mengurangi terjadinya polusi udara. Metode Penelitian Proses Desain dan Pengembangan produk yang ramah lingkungan Karlson [1] mendefinisikan green sebagai suatu aktivitas yang dilakukan dalam mendesain produk dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh siklus hidup produk, untuk meningkatkan tingkat kompetitif, meningkatkan nilai tambah market, menurunkan biaya atau untuk memenuhi permintaan keberlangsungan dan pengaturan lingkungan. Hundal [2] menjelaskan bahwa design for environment memiliki dua tujuan yaitu untuk mencegah limbah dan mengoptimalkan penggunaan material. Mengurangi penggunaan material tidak hanya mengurangi biaya produk tetapi dilakukan untuk mengurangi limbah, emisi dan energi yang dikeluarkan oleh material. Green design memiliki empat tujuan antara lain: mengurangi limbah, perbaikan manajemen material, mencegah polusi, dan perbaikan produk. Proses Analisis Risiko Risiko dapat digambarkan sebagai isu atau kejadian yang berpotensi memengaruhi kelangsungan proyek. Ini penting ketika sebenarnya proses identifikasi Risiko dapat memberikan hasil yang bukan terbatas pada kerugian materi atau kerugian seseorang saja. Satu hal yang harus diperhatikan harus ada pengamatan mendalam pada even yang bisa saja berbahaya bagi kesuksesan dan penyebaran proyek. Walaupun nampaknya tidak mungkin untuk mengeliminasi semua Risiko yang ada, proses analisis Risiko seharusnya memuat proses identifikasi, pengukuran, dan pengurangan Risiko. Kunci utama dalam elemen proses analisis Risiko terdiri dari: persiapan Risiko, perkiraan Risiko, pengurangan Risiko, dan manajemen Risiko [3]. Analisis Risiko bisa dilakukan pada segala bidang, misalnya peternakan, kedokteran, kontraktor, pertanian, bisnis, dan lain sebagainya. Risk Methodology Pada tahap ini dilakukan identifikasi aspek dan dampak lingkungan melalui suatu instrumen berupa material balance yang memuat input dan output dari masing-masing proses yang terjadi, yang terdiri dari tahapan proses ekstraksi bahan baku, transportasi ke tungku (furnace), penyusunan batu,, pendinginan, pengambilan arang, pengambilan kalsium, pemilihan dan pengantongan kalsium. Pada selanjutnya dilakukan skoring aspek dan dampak lingkungan dengan mengadopsi parameter skoring dari BAPEDAL. Di mana pada tahap tersebut akan dapat diketahui tingkat signifikansi aspek lingkungan terhadap faktor bisnis dan atau lebih utamanya adalah faktor lingkungan. Metode penskoringan menggunakan kuisioner yang akan disebarkan kepada 10 informan kunci yang terdiri dari para ahli lingkungan Kabupaten Gresik pada Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi (LHPE) dan pelaku bisnis kalsium. Pemilihan responden sejumlah 10 informan kunci didasarkan pada teknik pengambilan sampling purposive sampling. Pada tahap pemodelan, usulan rancangan tata kelola proses produksi yang ramah terhadap lingkungan akan dirumuskan berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Perancangan tata kelola proses produksi selain didasarkan pada nilai skor BAPEDAL,

Nachnul Ansori, Upaya Mengurangi Polusi Udara 51 di mana aspek lingkungan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dampak lingkungan jika total skor nilai lebih besar atau sama dengan 6.750 (hasil dari perkalian seluruh kriteria penilaian). Usulan rancangan tata kelola juga didasarkan pada diskusi dengan para ahli (brainstorming) dari LHPE-Gresik. Hasil dan Pembahasan Hasil identifikasi aspek yang merupakan kegiatan atau aktivitas business proses, dan dampak lingkungan yang merupakan konsekuensi terjadinya limbah (waste) dapat dirinci sebagaimana tabel material balance. Penilaian dampak lingkungan dilakukan berdasarkan pada masing-masing aspek yang ada pada business process yang kemudian dilakukan skoring dengan melibatkan pihak-pihak yang ahli (pakar) dalam masalah lingkungan keterkaitannya dengan proses pembuatan produk kalsium. Skoring dampak lingkungan terbagi menjadi dua kelompok penilaian, yang pertama adalah faktor lingkungan dan yang kedua adalah fakor bisnis. Signifikansi dampak lingkungan terjadi apabila masing-masing nilai kelompok penilaian yang ada apabila dikalikan secara keseluruhan mempunyai skore/nilai lebih besar atau sama dengan enam ribu tujuh ratus lima puluh. Tabel 2 memaparkan besarnya penilaian dari tiap fase aspek lingkungan pada proses pembuatan kalsium. Pada tabel tersebut terlihat bahwa dampak signifikan aspek lingkungan terjadi pada saat dilakukannya proses. Dalam proses kalsium (CaCO 3 ) berdasarkan reaksi kimia yang terjadi akan mengeluarkan gas CO 2. Gas CO 2 sendiri merupakan parameter dalam dampak lingkungan sebagai penyebab terjadinya green house gas (GHG) yang akan berdampak pada pemanasan global juga efek terhadap saluran /paruparu. Tabel 1. Material Balance Proses Pembakaran Kalsium Oksida No Proses Input Output Aspek Lingkungan 1 Ekstraksi bahan baku - Debu Pengambilan bahan baku 2 Transportasi ke tungku Solar Polusi Pemindahan bahan (furnace) Udara baku ke tempat 3 Penyusunan batu - Debu Penataan batu di tungku 4 Pembakaran Kayu Minyak tanah Emisi Panas Arang Proses Dampak Lingkungan Polusi udara Pemasasan Global Asap Panas di sekitar tungku 5 Pendinginan - Debu Pendinginan 6 Pengambilan arang - Debu Pengambilan arang 7 Pengambilan kalsium - Debu Pengambilan 8 Pemilihan dan pengantongan kalsium - Debu Pemilihan & pengantongan Penyebab CO, NOx, Hydrokarbon dari asap mobil Partikel partikel CO 2, CO C Api Partikel arang halus

52 Rekayasa, Volume 4, Nomor 1, April 2011 Tabel 2. Tingkat Signifikansi Aspek Lingkungan Kalsium Oksida No Proses Nilai Signifikan Total Signifikan A B C D E F G 1 Ekstraksi bahan baku 3 3 3 1 3 3 3 729 Tdk. Sign. 2 Transportasi ke tungku 7 3 5 1 3 3 3 2835 Tdk. Sign. (furnace) 3 Penyusunan batu 1 3 3 1 3 3 3 243 Tdk. Sign. 4 Pembakaran 7 5 5 3 3 5 5 39375 Sign. 5 Pendinginan 1 1 1 1 3 3 1 9 Tdk. Sign. 6 Pengambilan arang 3 3 3 1 3 3 3 729 Tdk. Sign. 7 Pengambilan kalsium 3 3 3 1 3 3 3 729 Tdk. Sign. 8 Pemilihan dan 3 3 3 1 3 3 3 729 Tdk. Sign. pengantongan kalsium Alternatif usulan rancangan tata kelola proses produksi didasarkan pada pemetaan aspek lingkungan dari business proses yang memiliki skoring dampak lingkungan yang signifikan. Aspek lingkungan yang memiliki skor signifikan (skor lebih besar atau sama dengan 6.750) adalah proses kalsium karbonat menjadi kalsium dengan total skor 39.375. Fokus penanganan Risiko pada proses ini didasarkan pada studi literatur dan brainstorming dengan para pakar dan masyarakat sekitar wilayah industri kalsium. Peta dan Penanganan Risiko Pemunculan alternatif upaya tata kelola proses produksi kalsium utamanya pada proses dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan finansial, sumber daya dan faktor lingkungan di sekitar area. Pemetaan Risiko dapat membantu dalam memutuskan cara-cara apa yang akan digunakan dalam penanganan Risiko. Cara mana yang akan digunakan tergantung pada status Risikonya. Di mana status Risiko ditentukan oleh dua hal, yaitu kemungkinan dan konsekuensi. Kemungkinan dan konsekuensi akan lebih jelas tampak pada peta Risiko. Risiko dapat dipetakan dan dikelompokkan ke dalam empat kuadran seperti pada gambar 1. Di mana posisi Risiko pada industri kalsium berapa pada kuadran I (Kuadran Pertama). Hal ini lebih didasarkan pada hasil inventarisasi dampak yang ditimbulkan dari aspek yang muncul serta konsekuensi akibat terjadinya dampak sebagaimana pada tabel material balance sebelumnya (tabel 1). Tabel 3. Alternatif Usulan Upaya Tata kelola (Mitigasi) Input Output Dampak Mitigasi Kayu, Minyak Tanah Emisi Panas Arang CO 2, CO, C Menggunakan kayu kering dan padat Tidak mencampur bahan pembakar dengan karet atau sejenisnya Memastikan kalsium karbonat mengandung sedikit air (H 2 O) Memperbanyak tanaman yang memiliki daun lebar/ banyak untuk mempermudah menyerap CO 2 di sekitar tungku Suhu tinggi/panas Desain tungku dibuat lebih tinggi Dinding pembakar tungku dibuat lebih tebal Partikel arang halus Pemakaian masker

Nachnul Ansori, Upaya Mengurangi Polusi Udara 53 Tabel 4. Alternatif Tata kelola (mitigasi) Industri Kalsium Oksida Kuadran Risiko Mitigasi Dampak yang dicegah/kurangi Mengurangi (1) Menggunakan kayu kering dan padat (2) Tidak mencampur bahan pembakar dengan karet atau sejenisnya (3) Memastikan kalsium karbonat mengandung sedikit air (H 2 O) Kadar/konsentrasi CO 2, CO, C Mencegah (4) Memperbanyak tanaman yang memiliki daun lebar/banyak untuk mempermudah menyerap CO 2 di sekitar tungku (5) Pemakaian masker (6) Desain tungku dibuat lebih tinggi (7) Dinding pembakar tungku dibuat lebih tebal Kadar/konsentrasi CO 2, CO, C Panas tinggi dari Debu yang berasal dari partikel arang bahan pembakar Kemungkinan Besar Kecil Mencega Menahan Kecil Mendana Konsekuensi Gambar 1. Peta Penanganan Risiko Sumber: Kountur (2004). Manajemen Risiko Operasional. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini di UKM Kalsium Oksida, maka langkah penanganan yang bisa dilakukan berupa mitigasi 1, 2, 3, 4, dan 5. Sementara mitigasi 6 dan 7 memerlukan sumber daya dan dana yang besar. Oleh karena itu diharapkan kelima bentuk model penanganan tersebut minimal akan mampu mengurangi terjadinya pencemaran gas berupa polusi udara sebagai akibat proses yang notabene menghasilkan emisi yang membahayakan ekosistem di sekitar wilayah Sentra Industri Kalsium Oksida di Kecamatan Manyar, Gresik. Simpulan Menghind Menguran Besar UKM Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada proses identifikasi, pengukuran dan pemodelan tata kelola yang ada, dapat ditarik beberapa kesimpulan berupa. 1. Aspek dan dampak lingkungan produk kalsium meliputi; (1) (2) Polusi Udara (3) Pemanasan Global (4) Asap/ Emisi (5) Panas di sekitar tungku. 2. Tingkat Risiko proses produksi kalsium yang signifikan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar berada pada proses dengan skor signifikansi 39.375. 3. Alternatif solusi tata kelola proses produksi kalsium berupa: (1) Menggunakan kayu kering dan padat (2) Tidak mencampur bahan pembakar dengan karet atau sejenisnya (3) Memastikan kalsium karbonat mengandung sedikit air (H 2 O) (4) Memperbanyak tanaman yang memiliki daun lebar/banyak untuk mempermudah menyerap CO 2 di sekitar tungku (5) Pemakaian masker. Daftar Pustaka [1] Karlsson, Mårten., 2001. Green Concurrent Engineering, A Model for DFE Management Programs. Doctoral Dissertation, The International for Industrial Environmental Economics Internationella Miljőinstitutet, LUND University, Swedia. [2] Hundal, Mahendra, 2000. Design for Recycling and Manufacturing. International Design Conference Design 2000. [3] Stantec.Inc., 2001. Risk Management Planning: An Essential QA/QC Tool Canada. [4] Kountur, Ronny D.M.S., Ph.D. 2004. Manajemen Risiko Operasional. PPM.