BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. pembenahan mulai dari armada pesawat baru dan pelayanan. Berdasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengatur transportasi udara pada tahun Deregulasi yang dilakukan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis restoran dan kafe hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. 1. Pengembangan layanan yang dilakukan di dalam implementasi strategi

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan ataupun ancaman bagi para pelaku bisnis. Pelaku bisnis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ini, mereka saling bersaing dalam mendapatkan perhatian dan tempat di hati

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. kaitannya dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memilih makanan. Makan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Dalam penulisan skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor faktor seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK Analisis Kualitas Pelayanan PT Garuda Indonesia Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang Sektor Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bidang usaha yang terjadi di era globalisasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa pada dasarnya merupakan suatu bisnis yang tidak berwujud, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis makanan berkembang dengan semakin banyaknya. dalam industri ini demi mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ±

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. melihat konsumen sebagai manusia rasional dan emosional yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelanggan baru. Strategi strategi tersebut mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha penerbangan harus pandai

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kegiatan pemasaran sudah tidak lagi ditujukan untuk pertukaran atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan inovatif untuk menciptakan suatu bisnis yang berkelas dan bisa bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keputusan niat beli ada beberapa perilaku yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan juga pelayanan yang

Konsep pemasaran terus berkembang dan berubah, dari konsep pemasaran. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor-faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi kepada pelanggan atau konsumen. Di dalam perekonomian yang kreatif ini,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak besar terhadap pemasaran perusahaan. berbagai produk dan jasa yang semakin hari semakin homogen.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam organisasi yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Individu tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang kepercayaan diri. Di Yogyakarta, pertumbuhan industri kecantikan saat

BAB I PENDAHULUAN. Memperoleh pelanggan-pelanggan yang setia adalah cita-cita terbesar bagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan teknik analisis Structural Equation

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan telah semakin besar. Semakin banyak pihak yang menaruh perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku bisnis. Agar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penumpang yang menggunakan jasa transportasi udara. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi secara global kini telah meningkatkan persaingan antar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggannya. Perusahaan berlomba-lomba menerapkan strategi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya kelas ekonomi, bisnis, hingga eksekutif yang menjadi salah satu

BAB III PERUMUSAN MASALAH

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha dihadapkan pada tantangan-tantangan yang baru agar dapat memenuhi

BAB I. PENDAHULUAN. kebutuhan, dan selera konsumen. Salah satu usaha fashion yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Maskapai Garuda 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,879 15,304,472

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya peluang bisnis dalam bidang kafe dan restoran juga diiringi dengan tingginya intensitas persaingan dalam bidang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. sendiri penerbangan sesuai jadwal dan kemampuan membeli tiket.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terdapat di Asia Tenggara. Negara ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara ini memiliki lebih dari 100.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, transportasi udara merupakan salah satu transportasi utama di negara ini. Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia menyatakan pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia pada tahun 2013 tumbuh dua kali lipat atau mencapai kisaran 13%-15% dari pertumbuhan ekonomi nasional. Lalu pertumbuhan penumpang pesawat diperkirakan mencapai 15% di Tahun 2015. Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA), Teungku Burhanudin menjelaskan bahwa pertumbuhan penumpang tergantung kepada perkembangan ekonomi yaitu sekitar 6,2% sampai 6,5%. Dan dengan pertumbuhan penumpang dalam negeri khususnya tumbuh antara 2 sampai 2,5 kali maka passenger growth dapat meningkat hingga 15%. Teungku menilai pertumbuhan penumpang udara di Indonesia akan terus meningkat karena dengan wilayah geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau transportasi udara menjadi pilihan utama. Melihat dari keadaan di atas, dimana permintaan atas transportasi udara terus meningkat serta banyaknya pesaing di industri penerbangan, maka menjadi peluang bagi perusahaan maskapai penerbangan untuk meningkatkan pangsa pasar mereka, salah satunya dengan memperbanyak lini jasa atau kelas yang ditawarkan, salah satunya adalah kelas untuk segmen menengah kebawah yang pastinya menawarkan harga yang lebih murah. Namun, dengan harga yang murah, maskapai penerbangan juga harus tetap memperhatikan keadaan pelanggan. Salah satu cara untuk dapat mempertahankan kepuasan pelanggan adalah dengan aspek pemasaran. Menurut Kotler, (2007): pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti: kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa dan gagasan); nilai, biaya 1

2 dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar dan pemasaran serta pemasar. Apabila perusahaan maskapai penerbangan memiliki sistem pemasaran yang baik, terutama pada seluruh kelas penerbangan tanpa terkecuali, maka tidak akan terjadi perbedaan kepuasan pelanggan antar kelas. Begitu pula sebaliknya, apabila maskapai penerbangan tidak mengevaluasi sistem pemasaran mereka, maka akan terjadi permasalahan yang dapat merugikan perusahaan. Salah satu yang saat ini sering terjadi adalah permasalahan mengenai tingkat ekspektasi konsumen atau pelanggan yang berbeda antar kelas. Hal inilah yang terjadi pada PT. Garuda Indonesia, terutama penerbangan kelas ekonomi. PT. Garuda Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengangkutan udara. Pelayanan jasa dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia digunakan untuk pengangkutan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya baik domestik maupun internasional. PT. Garuda Indonesia sebagai customer service berupaya memberikan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasa melalui pengelolaan secara profesional. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 25 Desember 1949 sebagai Garuda Indonesian Airways yang akhirnya berganti nama pada Tahun 1985 menjadi Garuda Indonesia diakibatkan perubahan pimpinan. PT. Garuda Indonesia berkantor pusat di Gedung Management Lantai 2 Garuda Maintenance Facility Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng 19130, Indonesia. Kelas yang dimiliki oleh Garuda Indonesia meliputi Kelas Utama (first class), Kelas Bisnis (executive class), dan Kelas Ekonomi (economy class). Saat ini sedang mengalami permasalahan mengenai rendahnya kepuasan pelanggan. Menurut hasil dari pilot test sebagai metode pengumpulan data awal, ditemukan jumlah pelanggan yang tidak puas dengan penerbangan kelas ekonomi sangat tinggi dan diambil sampel sebanyak 30 orang, dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1.1 Hasil Pilot Test Pertanyaan Respons Ya Tidak 1. apakah anda secara keseluruhan puas dengan penerbangan kelas ekonomi Garuda Indonesia? 4 26

3 Pertanyaan 2. Jika anda tidak puas, apa alasannya? Respons Pemahaman Penampilan Pelayanan Kepercayaan karyawan kebutuhan Fisik 6 5 3 7 5 Sumber: Data Kuisioner (2015) Adapun jumlah keluhan yang terjadi pada kelas Ekonomi sepanjang Tahun 2014. Keluhan dicatat dan dikumpulkan setiap bulannya. Berikut adalah Grafik keluhan yang terjadi: Gambar 1.1 Peningkatan Keluhan pada Kelas Ekonomi Sumber: Hasil Wawancara (2015) Dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia otomatis pengalaman pemasaran yang tercipta menjadi meningkat juga, serta dapat menambah tingkat kepuasan penumpang. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap layanan, memberi inovasi baru yang unik dan bermanfaat bagi penumpang. Dengan itu, ekspektasi penumpang terhadap kualitas pelayanan yang didapat bisa memuaskan. Dan akhirnya keluhan-keluhan yang ada menjadi berkurang atau hilang.

4 PT. Garuda Indonesia menyediakan jasa penerbangan yang menaruh perhatian kepada konsumennya. Garuda Indonesia sebagai maskapai full service carrier terus berupaya dalam memberikan kualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasanya melalui pengelolaan yang profesional. Setiap penumpang Garuda Indonesia mempunyai perasaan, pemikiran, dan perilaku yang berbeda-beda. Di zaman modern ini tidak cukup dengan hanya berfokus pada fitur dan manfaat (konsep traditional marketing), dalam hal ini penumpang diberikan jasa penerbangan sampai pada lokasi tujuan. Perubahan gaya hidup ini membawa perubahan strategi pemasaran dalam maskapai penerbangan untuk memperhatikan suasana, desain interior dan eksterior, keramah-tamahan (hospitality), dan faktor intangible lainnya. Fokus PT Garuda Indonesia saat ini telah berorientasi pada penciptaan pengalaman yang berkesan bagi konsumen agar kesan tersebut senantiasa melekat dalam benak mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku mereka dalam jangka panjang. Strategi ini disebut dengan experiential marketing. Tindakan PT. Garuda Indonesia untuk dapat bertahan dalam kompetisi dengan masakapai penerbangan lainnya dan untuk mencapai System Competitive Advantage (SCA) dengan itu Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas Garuda Indonesia Experience, yang menghadirkan kerahmah-tamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan post-journey. Garuda Indonesia Experience adalah konsep layanan baru yang menyajikan aspek-aspek terbaik dari Indonesia kepada para penumpang. Mulai dari saat reservasi penerbangan hingga tiba di bandara tujuan, para penumpang akan dimanjakan oleh pelayanan yang tulus dan bersahabat yang menjadi ciri keramah-tamahan Indonesia, diwakili oleh Salam Garuda Indonesia dari para awak kabin. Sejak pertama diluncurkan pada 2009, Garuda Indonesia Experience mengandalkan keramah - tamahan Indonesia. Ini sejalan dengan visi Garuda Indonesia, yaitu perusahaan penerbangan yang handal, menawarkan layanan berkualitas bagi masyarakat dunia dengan menggunakan keramahan Indonesia. Konsep keramah - tamahan Indonesia ini diterjemahkan dalam ikon-ikon yang mengandalkan panca indera, yang antara lain tercermin dari penggunaan bahan dan ornamen khas Indonesia untuk interior pesawat, aroma wewangian bunga khas

5 Indonesia, musik khas Indonesia, serta cita rasa makanan dan minuman khas Indonesia. Pada 2009, perusahaan melakukan program peremajaan untuk armada - armada lama, Boeing 747-400 dan Airbus 330-300, dengan mengganti interior pesawat dan menambah fasilitas AVOD (Audio and Video on Demand). Langkah yang sesuai dengan konsep layanan Garuda Indonesia Experience. Di samping melibatkan panca indera, konsep Garuda Indonesia Experience juga harus memiliki nilai-nilai dasar sebagai berikut: tepat waktu dan aman (tentang produk), cepat dan tepat (tentang proses), bersih dan nyaman (tentang bangunan) serta andal, profesional, kompeten dan siap membantu (tentang staf). Konsep ini diterima dengan baik oleh pelanggan Garuda Indonesia. Experiential marketing menjadi sangat penting untuk diimplementasikan karena berdasarkan pendapat Pine dan Gilmore (Chou, 2009:993) perusahaanperusahaan saling bersaing untuk dapat menciptakan pengalaman yang bernilai bagi konsumennya. Experiential marketing dideskripsikan oleh Schmitt (1999) sebagai rangsangan terhadap panca indera, perasaan, perilaku, serta bagaimana konsumen dapat mengintegrasikan dan menghubungkannya dengan kelompok sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ming-Shing Lee; Huey-Der Hsiao; Ming-Fen Yang (2010), strategi experiential marketing dan service quality dapat memempengaruhi kepuasan konsumen (customer satisfaction) dan menunjukkan bahwa nilai pengalaman mempengaruhi keloyalitasan konsumen (customer loyalty). Evaluasi dan persepsi konsumen terbentuk dari experiential marketing adalah faktor penting untuk mempengaruhi customer satisfaction dan customer loyalty. Faktor inti dari mempengaruhi variabel tersebut terletak pada service quality. Sekarang ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan bersangkutan adalah untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini disebabkan karena menyadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan aspek vital untuk bertahan dalam bisnis dan memenangkan persaingan. Keberhasilan suatu perusahaan tercermin dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan yang baik kepada pelanggan. Karena melalui pemberian kepuasan akan membuat pelanggan merasa dihormati dan dihargai sehingga pada akhirnya dapat menciptakan image yang positif terhadap perusahaan tersebut. Oleh sebab itu perhatian besar terhadap kepuasan pelanggan sebagai alat bersaing sekarang ini sangat penting karena

6 pelanggan yang terpuaskan cenderung akan setia terhadap perusahaan tersebut (Kotler, 2003). Sebenarnya kepuasan tidak selamanya dapat diukur hanya dengan harga, tetapi lebih didasarkan pada pemenuhan perasaan tentang apa yang diharapkan oleh seorang pelanggan. Kepuasan juga dapat dipandang sebagai suatu perbandingan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperolehnya. Seorang pelanggan akan merasa puas jika perbandingan tersebut cukup adil (Irawan, 2003). Namun, adanya ketidakseimbangan perbandingan, khususnya yang merugikan akan menimbulkan ketidakpuasan. Kepuasan menjadi sasaran agar perusahaan dapat berkembang dan tetap eksis dalam menghadapi perubahan persaingan yang ketat. Kepuasan pelanggan menjadi petunjuk arah, pendorong dan motivasi untuk menciptakan langkah kreatif dan inovatif sehingga kepuasan akan dapat diketahui jika pelanggan telah memanfaatkan jasa layanan perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akanni, Olonade, dan Iduma (2014), terdapat perbedaan yang signifikan antara gender (Pria dan Wanita) dan customer satisfaction, karena itu peneliti membagi pengolahan data menurut kelompok gender responden yaitu Pria dan Wanita. Dengan mengacu pada uraian di atas, maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh service quality terhadap experiential marketing dan dampaknya terhadap customer satisfaction pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang difokuskan kepada kelas Ekonomi, kedatangan Domestik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah service quality memiliki pengaruh terhadap experiential marketing? 2. Apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap customer satisfaction? 3. Apakah service quality secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi customer satisfaction dengan melalui experiential marketing selaku variabel mediator? 4. Apakah experiential marketing memediasi pengaruh service quality terhadap customer satisfaction?

7 1.3 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui apakah service quality memiliki pengaruh terhadap experiential marketing pada PT. Garuda Indonesia (T-1). 2. Untuk mengetahui apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap customer satisfaction pada PT. Garuda Indonesia (T-2). 3. Untuk mengetahui apakah service quality secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi customer satisfaction dengan melalui experiential marketing selaku variabel mediator pada PT. Garuda Indonesia (T-3). 4. Untuk mengetahui peranan experiential marketing dalam memediasi pengaruh service quality terhadap customer satisfaction pada PT. Garuda Indonesia (T-4). 1.4 Manfaat Penilitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi Perusahaan (PT. Garuda Indonesia) Dapat mengetahui seberapa besar konstribusi service quality terhadap experiential marketing yang selama ini diterapkan serta dampaknya terhadap customer satisfaction. Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan tambahan informasi mengenai efektivitas penerapan service quality dan experiential marketing dan serta sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan program-program pemasaran selanjutnya agar meningkatkan nilai pengalaman untuk mempengaruhi minat perilaku pelanggan guna meningkatkan keuntungan perusahaan. 2. Manfaat bagi penulis: Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam melakukan penelitian di bidang pemasaran. Sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan metode analisis kuantitatif menggunakan Path Analysis dalam menyelesaikan permasalahan di bidang pemasaran. Membandingkan pengetahuan teori dengan kenyataan yang ada dalam praktek sehari-hari.

8 3. Manfaat bagi pihak lain: Menambah wawasan mengenai pengaplikasian service quality dan experiential marketing dalam praktek nyata untuk dapat memberikan nilai bagi pelanggan dan mempengaruhi minat perilaku pelanggan. Menambah wawasan mengenai metode analisis Path Analysis dalam melakukan penelitian kuantitatif. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang digunakan untuk membatasi penelitian ini adalah: a. Topik yang diangkat adalah Service Quality, Experiential Marketing dan Satisfaction. b. Data yang digunakan merupakan data pelanggan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dari tahun 2014-2015 penerbangan kelas ekonomi pada kedatangan domestik di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta,Tangerang. Karena sudah merasakan pengalaman penerbangan menggunakan pesawat Garuda Indonesia sebelumnya. 1.6 State of the Arts Penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang dijalankan sebelumnya dan dapat diuraikan sebagai berikut:

9 Tabel 1.2 State Of The Arts No Pengarang Judul Objek Hasil THE STUDY OF Hasil penelitian menunjukkan dampak dari experiential marketing secara 1. signifikan berhubungan THE Experiential RELATIONSHIPS terhadap customer Marketing, AMONG satisfaction, service Ming-Shing Lee, Service EXPERIENTIAL quality memiliki Huey-Der Hsiao Quality, MARKETING, hubungan positif & Ming-Fen SERVICE QUALITY, terhadap customer Yang Satisfaction, CUSTOMER satisfaction, customer SATISFACTION satisfaction dan AND CUSTOMER Loyalty experiential marketing LOYALTY serta service quality berhubungan positif terhadap customer loyalty. 2. Sense, Feel, The Impact of Hasil penelitian Think, Act, Experiential menunjukkan sense dan Relate, Khaled Marketing and feel secara positif Experiential Alkilani, Kwek berhubungan dengan Marketing, Choon Ling & Satisfaction on customer satisfaction, Anas Ahmad customer satisfaction Satisfaction, Abzakh Commitment in the memiliki pengaruh and World of Social signifikan terhadap Networks commitment. Commitment 3. Hanky Fransiscus, Paulus Sukapto PENGEMBANGA N DIMENSI KUALITAS JASA Analisis Faktor, Kualitas Hasil penelitian menunjukkan model pengukuran kualitas

10 & Carles DAN Jasa, jasa untuk setiap Sitompul HUBUNGANNYA Structural kelompok. Model DENGAN Equation pengukuran kualitas KEPUASAN DAN Modeling layanan pada segmen LOYALITAS pertama terdiri dari 5 KONSUMEN dimensi, yaitu DALAM JASA lingkungan fisik, PENJUALAN interaksi, waktu ONLINE TIKET menunggu, faktor PENERBANGAN sosial, dan proses. Model pengukuran kualitas layanan pada segmen kedua terdiri dari 3 dimensi, yaitu interaksi, kemudahan, dan lingkungan fisik. Kualitas layanan memiliki hubungan dengan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen memiliki hubungan dengan loyalitas konsumen. 4. A. A. Akanni, Z. O. Olonade & N. I. Iduma. An Empirical Evaluation of the Influence of Service and Gender on Satisfaction Among Bank s in Ile-Ife Pearson Moment, satisfactio,; Chi-square test, services Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara customer care service dengan customer satisfaction, Ada perbedaan yang signifikan antara

11 gender (Pria dan Wanita) dan customer satisfaction, menunjukkan bahwa wanita pada umumnya lebih memiliki ekspektasi lebih tinggi terhadap pelayanan dibandingkan pria. Hasil penelitian menunjukkan adanya 5. Verhoef, Lemon & Parasuraman Experience Creation: Determinants, Dynamics and Management Strategies Self-service; Management strategies; Retail branding; Social Environment hubungan positif antara Service Quality dengan Experience. Pelayanan mempengaruhi pengalaman, jika pengalaman buruk bisa menjadi tolak ukur perusahaan untuk memperbaiki pelayanan.

12