MINGKIAJA HANYA KAMU BAB 1 AMANDA Hanya dengan memandangi fhotomu membuat hatiku damai, tetapi hanya sebatas itu yang dapat aku lakukan. Saat ini dirimu menjadi milik lelaki lain, lelaki yang sebenarnya tidak engkau cintai. Setiap waktu, aku mencoba untuk melupakan saat-saat bersamamu. Namun semua itu sia-sia belaka. Rasa cintaku melebihi segalanya, semakin aku berusaha untuk melupakanmu. Aku pun Semakin tersiksa dengan rasa rindu. Setiap malam, hanya wajahmu yang selalu muncul dalam lamunanku. Aku benarbenar gila sekarang, aku seperti melayang di dalam alam yang aku sendiri tidak paham. Aku tidak paham bagaimana caranya, untuk keluar dari alam ini. Alam ini seperti menghipnotis jiwaku yang telah kosong. Alam ini selalu membawaku ke sesuatu tempat yang amat gelap, alam yang membuat aku semakin menggilaimu. Alam yang membuat aku tersadar, ketika aku bersama denganmu, banyak kesalahan yang aku buat. Aku sadar, ketika engkau sudah tidak lagi ada di dalam pelukanku. Betapa aku sangat membutuhkanmu, betapa aku sangat butuh penyeimbang dalam kehidupan ini. Semua itu ada
padamu. Walaupun banyak sahabatku yang mengatakan, bahwa di dunia ini, banyak sekali wanita yang lebih segalanya dari dirimu. Tetapi aku tidak akan mendapatkan wanita yang sepertimu. Amanda, aku sangat merindukanmu. Aku rindu senyum manismu, aku rindu manjamu, aku rindu segalanya tentang kamu. Amanda, setiap hari aku selalu berharap dirimu kembali dalam pelukanku. Walaupun alam sadarku selalu mengatakan, itu semua sangat kecil kemungkinannya. Dirimu sudah menikah saat ini, kau sudah terikat dalam ikatan suci sebuah pernikahan. Aku tidak ingin merusak semua itu Amanda, tetapi alam yang lain selalu mengatakan hal yang berbeda. Aku masih berharap, dirimu dapat aku miliki kembali. Sudah genap satu tahun kau menikah dengan Rudi, satu tahun pula aku tersiksa oleh rasa cinta ini Amanda. Aku tidak pernah bisa untuk menemukan wanita lain, wanita yang bisa membuat aku melupakanmu. Sudah tiga kali aku menjalin cinta, dengan Rara, Sinta dan Suci. Tetapi aku tidak pernah bisa melupakanmu, hubunganku selalu hancur. Semua terjadi, karena aku masih belum bisa melupakanmu. Semua hancur, karena aku tergila-gila padamu Amanda. Saat ini dirimu sedang berjuang, untuk melahirkan anak pertamamu. Aku selalu berdoa, kau akan melewati semuanya dengan lancar. Aku masih terus berusaha untuk dekat denganmu, walaupun hanya sebatas sahabat. Suami mu pun sangat baik padaku. Ia tidak pernah cemburu, ketika aku menemanimu. Aku sendiri tidak mengerti, dengan apa yang aku lakukan. Aku seperti berada di 2
alam bawah sadarku. Perbuatanku ini, aku anggap gila. Bahkan Amanda sudah berulang kali, meminta aku, untuk tidak menemuinya. Amanda merasa tidak nyaman, dengan pertemuan kami. Tetapi aku tidak pernah bisa, untuk menolak keinginan alam bawah sadarku. Setiap aku berusaha mengabaikannya, justru aku yang menjadi semakin tidak menentu. Ketika bertemu dengan Amanda, jiwaku serasa damai. Aku sadar, semua yang aku lakukan ini salah. Tetapi aku bisa apa, jiwaku tidak mungkin aku bodohi. Jiwaku bisa tenang, hanya ketika aku dekat dengan kamu Amanda. Hari ini aku rela untuk tidak masuk kantor. aku sangat ingin melihatmu, berjuang melahirkan anak pertamamu. Walaupun aku hanya bisa menunggu di luar, tetapi aku tidak mempermasalahkan itu. Aku ingin melihatmu tersenyum, setelah semuanya selesai. Amanda, aku selalu berdoa untukmu dan juga untuk buah hatimu. Sudah hampir dua jam, aku duduk terpaku di ruang tunggu rumah sakit. Suami Amanda, sudah mempersilahkan padaku untuk pulang saja. Tetapi aku berusaha menolak dengan halus. tenang saja mas Rudi, aku nggak ada kerjaan juga hari ini ok deh doakan semua lancar ya Dod pasti mas. Itu pembicaraanku dengan Rudi, dua jam yang lalu. Ketika Amanda akan masuk, ke dalam ruang bersalin. Keringat dingin mengucur deras di tubuhku, aku sangat gugup. Menunggu kelahiran buah hatimu Amanda. Mungkin aku lebih gugup dari suamimu, tetapi aku berusaha untuk menutupi semuanya. Aku tidak mau, persahabatan yang sudah terjalin menjadi 3
hancur. Itu akan membuatku, menjadi jauh denganmu Amanda. Tentu saja, aku tidak mau itu semua terjadi. Aku ingin tetap seperti ini. Tetapi aku sendiri tidak tahu sampai kapan. Di tengah lamunanku, tiba-tiba terdengar bunyi pintu terbuka. Bunyi itu berasal dari ruang bersalin, yang berada tepat di hadapanku. Rudi keluar dari ruangan itu, dengan wajah yang amat tegang. Aku menjadi lebih tegang dari Rudi. Tetapi lagi-lagi aku simpan rasa itu dalam-dalam, aku tidak ingin Rudi curiga. Gimana Manda? Hhh..sorry gue tegang banget Wajar itu, Manda gimana? Dia baik-baik saja, hanya saja Hanya, bagaimana? Harus dioperasi Lha kenapa? Manda sudah tidak kuat lagi Aku rasa dokter lebih tahu, mungkin itu yang terbaik untuk Manda Rudi menyeka keringatnya, dia menepuk pundakku, lalu masuk kembali ke dalam ruang bersalin. Rudi pergi begitu saja meninggalkan aku, tidak ada sepatah kata pun yang ia ucapkan. Dari gelagat Rudi ini, aku merasakan ada sesuatu yang terjadi pada Manda. Atau mungkin juga pada anak mereka. Oh tuhan. Aku berharap, Engkau memberikan jalan yang 4
terbaik untuk Amanda dan buah hatinya. Aku merasa tidak kuat lagi berada di rumah sakit ini, aku putuskan untuk kembali saja kerumah. Aku selalu berharap, mendapatkan kabar baik dari Rudi. Sudah setengah jam, Rudi pun tidak keluar dari ruang bersalin. Aku pamit pada Rudi, dengan mengirimkan sms. Aku berdiri dari ruang tunggu dan melangkah keluar. Setelah di dalam mobil, aku menjadi raguragu untuk meninggalkan rumah sakit. Aku hanya terdiam, di belakang kemudi mobil tuaku. Tiba-tiba handphone ku berbunyi, aku lihat sesaat layar handphone. Terlihat nama Rudi, muncul di dalam layar hadphone ku. Dalam hati aku berkata mudahmudahan ini kabar gembira. Halo, ada apa Rud? Kamu dimana? Aku masih di parkiran mobil Rud Bisa nggak kamu masuk sebentar aja Hmm bisa, tunggu ya Baik, aku tunggu di depan ruang bersalin ya Iya, aku segera kesana Setibanya aku di depan ruang bersalin, aku sedikit lega. Wajah Rudi nampak berbinar penuh kebahagiaan. Aku yakin anak mereka, sudah lahir dengan selamat begitu juga dengan ibunya. Gimana Rud? 5
Anakku sudah lahir dengan selamat, Manda pun baik-baik saja Aaah syukurlah, lalu bagaimana dengan operasinya? Dibatalkan, dokter melihat Manda masih ada kesempatan untuk melahirkan secara normal Aah sudahlah. Yang jelas sekarang, semua sudah berakhir dengan baik Iya betul sekali Oh iya, sampai lupa Aku menjabat tangan Rudi Selamat ya, sudah sah sekarang kamu jadi papa Ha ha ha terima kasih ya Aku memutuskan untuk tetap kembali ke rumah. Aku pun berpamitan pada Rudi. Besok aku berencana akan datang lagi, untuk melihat Amanda dan si kecil. Aku berjalan mantap menuju tempat parkir, entah kenapa aku merasa sangat bahagia. Mungkin karena aku ikut lega. Lega karena Amanda sudah berhasil melewati masa kritis, ketika melahirkan buah hatinya. Di tengah perjalanan, aku melewati sebuah toko perlengkapan bayi. Tanpa berfikir lagi, aku kemudian mampir ke toko itu. Walapun anak itu bukan darah dagingku, tetapi aku tetap ingin, membuat anak itu bahagia. Mungkin aku memang sudah sakit jiwa, tetapi aku tidak mampu berkelit dari kondisi ini. Ketika sudah memasuki toko itu, aku kebingungan. Apa yang harus aku beli, semua sangat 6
asing untukku. Seorang lelaki lajang, mampir ke sebuah toko perlengkapan bayi. Oh, kenapa dengan aku ini. Tidak ada jalan lain, aku terpaksa bertanya pada penjaga toko. Maaf mbak Iya pak, ada yang bisa saya bantu? Gini mbak, sahabat saya baru saja melahirkan. Saya bingung, mau kasih kado apa untuk anak mereka Bayinya laki-laki atau perempuan pak? Mendengar pertanyaan itu, aku baru teringat. Aku belum menanyakan pada Rudi, anak mereka lelaki atau perempuan. Aduh, saya lupa mbak. Tadi belum sempat tanya Wah, nanti kalau salah gimana pak Gini aja mbak, kira-kira yang bisa di pakai bayi cowok dan cewek apaan ya? Coba bapak ke lantai 2, disana ada kereta dorong pak Oh iya, baik mbak. Terima kasih ya Iya pak, selamat berbelanja Aku bergegas menuju lantai 2, di lantai ini aku melihat berbagai kereta dorong dengan berbagai warna. Lagi-lagi aku kebingungan, kalau saja aku sudah tahu anak mereka laki-laki atau perempuan. Bagaimana tidak, ada kereta dorong dengan warna merah muda penuh dengan bunga. Kalau ini yang aku 7
beli, dan ternyata anak mereka laki-laki. Pasti mereka, tidak akan memakai kereta dorong yang aku belikan ini. Kalau aku telpon Rudi sekarang, pasti dia akan tahu. Kalau aku sedang mencarikan kado, untuk buah hatinya. Akhirnya aku menemukan kereta dorong, dengan warna yang netral. Kereta dorong ini, tetap cocok dipakai untuk bayi laki-laki atau perempuan. Aku memutuskan untuk membeli kereta dorong ini, tanpa melihat berapa harga dari kereta dorong itu. Aku mantap meminta penjaga toko, untuk mengambilkan kereta dorong itu. Ketika sampai di meja kasir, aku terkejut dengan harga dari kereta dorong itu. Maaf mbak, berapa harganya? 6 juta pak Haa..kok mahal sekali ya Ini memang merk yang paling mahal pak Aku berfikir sejenak, aku mencoba mengingat berapa limit dari kartu kreditku. Sebenarnya aku tidak masalah dengan harga itu. Karena aku yakin, kereta dorong ini pasti memiliki keamanan yang sangat tinggi. Akhirnya aku putuskan untuk tetap membeli kereta dorong itu, untuk buah hati Amanda memang harus yang terbaik. Itulah yang ada dalam benakku. Baik mbak, saya ambil Baik pak, ini ada kartu discount, untuk berbelanja kembali di toko ini 8
Oh iya, terima kasih. Bisa minta tolong dimasukkan ke mobil saya mbak Oh bisa pak, terima kasih sudah berbelanja di toko kami Setibanya di rumah, aku pandangi kereta dorong itu. Kereta dorong yang masih terbungkus rapi, di dalam kotak. Aku membayangkan, ketika aku melihat kotak itu. Ada Amanda yang memeluk aku dan ikut tersenyum. Tetapi lagi-lagi, itu semua hanya imajinasi ku saja. Imajinasi yang membuat jiwaku semakin sakit, aku merasakannya seperti itu. Tetapi aku tetap berusaha untuk menjadi manusia yang normal, yah dengan kata lain berusaha untuk tidak menjadi gila. Aku simpan baik-baik kado ku untuk Amanda, aku pun terlelap disamping kado itu. Pagi ini aku berangkat ke kantor dengan semangat sekali, lagi-lagi kelahiran buah hati Amanda seperti memberikan sesuatu yang hebat padaku. Sesuatu yang membuat aku lebih semangat lagi menjalani kehidupan ini, kehidupan yang sudah aku anggap hancur. Kehidupan yang hilang, ketika Amanda terpaksa menerima perjodohan itu. Amanda tidak sanggup menolak permintaan orang tuanya, Amanda bukan gadis kolot. Amanda hanya menuruti kata hatinya, kata hati yang meminta Amanda untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Ahh sudah lah, itu kejadian masa lalu. Semua itu aku anggap sebagai pelajaran yang amat berharga. Pelajaran yang membuat aku bisa menerima kenyataan hidup ini, yang sering tidak sesuai dengan keinginanku. 9
Di kantor, semua pekerjaan aku kerjakan dengan cepat. Aku ingin segera melihat Amanda dan tentu saja melihat buah hati Amanda. Tetapi tetap saja, semua tidak berjalan sesuai dengan rencana. Aku terpaksa mendampingi atasanku, menghadiri pertemuan dengan klien. Rapat dengan klien ini benar-benar menyiksaku, bukan karena membosankan. Tetapi aku sangat ingin bertemu Amanda, yah walaupun memang sedikit membosankan juga. Memaksa wajah yang sudah lelah untuk tetap tersenyum, membuat para klien tetap senang. Tetapi bagaimana pun juga harus tetap aku lakukan, aku belum bisa lepas dari semua ini. Aku masih butuh perusahaan ini, apalagi sekarang ini. Kalau aku nekat mengundurkan diri, bagaimana aku membayar tagihan kartu kreditku. Tagihan itu sekarang sudah seharga sebuah motor. Aku ikhlas membelikan kado itu, tetapi aku tidak bisa menghindar dari kenyataan. Bahwa aku harus mencukupi kehidupanku sendiri, tanpa sadar aku sudah melamun hampir 15 menit. Aku terkejut, ketika pak Anwar meminta data-data perusahaan yang ada di laptopku. Dodi tolong data-datanya Eh iya pak, baik pak tunggu sebentar pak Pak Anwar berbisik padaku. Kamu mikirkan apa Dod? Tidak mikir apa-apa pak Aku lihat dari tadi kamu ngelamun aja 10
Eh iya pak, saya mikir gimana menaklukkan klien yang satu ini 11