BAHAN AJAR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DTSS Pengelolaan Barang Milik Negara (Bagi Pengguna Barang) Tahun 2016 Maret 2016 Oktavia E P Pusdiklat KNPK [TYPE THE COMPANY ADDRESS]
A. Pembukuan BMN Penatausahaan BMN terdiri dari pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam daftar barang yang ada pada pengguna barang dan pengelola barang. Tujuan pembukuan : - Agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib administrasi - Mendukung pelaksanaan pengelolaan BMN secara efektif dan efisien dalam upaya membantu mewujudkan tertib pengelolaan BMN Sasaran pembukuan BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperolah atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah yang berada dalam penguasaan KPB/Pengguna barang dan yang berada dalam pengelolaan Pengelola Barang. Artinya pembukuan merupakan bagian dari pengelolaan BMN yang harus dilakukan oleh pengugna barang dan juga pengelola barang. Seluruh unit penatausahaan BMN yang terdapat pada pengguna barang harus melaksanakan pembukuan BMN. Tata cara pembukuan pada tingkat UPKPB (level terendah pada pengguna barang): - UPKPB melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber untuk menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN, laporan manajerial lainnya - UPKPB bersama UAKPB dan /atau PPK melakukan rekonsiliasi secara periodik untuk keakuratan dan akuntabilitas data transaksi BMN - Untuk tertib administrasi BMN, UAKPA dan/atau PPK harus menyampaikan dokumen pengadaan termasuk fotocopy SPM dan SP2D kepada UPKPB - UPKPB Dekon/TP harus melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, laporan BMN dan laporan manajerial lainnya Dari pembukuan yang dilakukan oleh UPKPB tersebut akan dihaslkan: 1. Jenis buku/kartu Identitas/ Daftar a. Buku barang intrakomptabel b. Buku barang ekstrakomptabel c. Buku barang bersejarah d. Buku barang persediaan 1
e. Buku barang Konstruksi Dalam Pengerjaan f. Kartu Identitas Barang i. KIB Tanah ii. KIB Bangunan Gedung iii. KIB Bangunan Air iv. KIB Alat Angkutan Bermotor v. KIB Alat Besar Darat vi. KIB Alat Persenjataan g. Daftar Barang Ruangan h. Daftar Barang Lainnya i. Buku Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP Jenis kegiatan pembukuan ayng dilakukan oleh UPKPB adalah : a. Membukukan dan mencatat semua BMN dalam buku barang dan/atau KIB b. Membukukan dan mencatat setiap mutasi BMN dalam buku barang dan/atau KIB c. Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam buku barang dan/atau KIB d. Menyusun daftar barang e. Mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan barang antar lokasi/ruangan ke dalam DBR dan/atau DBL f. Mencatat perubahan kondisi barang ke dalam buku barang g. Mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berada dalam penguasaannya. Pembukuan BMN harus didasarkan pada dokumen sumber. Dokumen Sumber untuk saldo awal dan mutasi BMN terdapat pada bagan di bawah ini. 2
Saldo Awal Catatan, buku, DBKP, LBKP BMN periode sebelumnya. Mutasi BAST BMN Dokumen kepemilikan BMN Dokumen pengadaan dan/atau pemeliharaan BMN Dokumen pengelolaan BMN Dokumen lainnya yang sah Pembukuan BMN terbagi dari berbagai transaksi. Jenis Transaksi BMN dapat dilihat pada bagan di bawah ini: 3
Saldo Awal Perolehan BMN Perubahan BMN Penghapusan BMN Saldo akhir periode sebelumnya Hibah Pengurangan Penghapusan Koreksi saldo Pembelian Pengembangan Transfer keluar Penyelesaian Pembangunan Perubahan Kondisi Hibah Pelaksanaan dari perjanjian/kontr ak Revaluasi Reklasifikasi Keluar Pembatalan penghapusan Rampasan Reklasifikasi Masuk Transfer Masuk Pelaporan Pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana penatausahaan BMN pada pengguna barang dan pengelola barang. Tujuan pelaporan adalah menyampaikan / mendapatkan data dan informasi BMN hasil pembukuan dan inventarisasi yang dilakukan oleh pelaksana penatausahaan pada 4
pengguna barang dan pengelola barang yang akurat sebagai bahan pengambilan kebijakan mengenai pengelolaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat. Ini adalah kegiatan yang terakhir dilakukan pada kegiatan penatausahaan BMN. Kalau dari pembukuan akan dihasilkan buku/daftar, dari sisi laporan akan dihasilkan Laporan yang jenisnya berbeda untuk setiap level unit penatausahaan BMN. UPKPB menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP), terdiri dari : - LBKP Semesteran (LBKPS) Menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester serta mutasi yang terjadi selama semester tersebut. LBKPS disampaikan kepada UPPB-w, UPPB-E1 atau UPPB dengan tembusan ke KPKNL. - LBKP Tahunan (LBKPT) Menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir tahun serta mutasi yang terjadi selama tahun tersebut. LBKPT disampaikan kepada UPPB-w, UPPB-E1 atau UPPB dengan tembusan ke KPKNL. UPKPB LBKPS LBKPT UPPB- W LBPWS LBPWT UPPB- E1 LBPES LBPET UPPB LBPS LBPT LBPWS/LBPWT menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester/tahun, serta mutasi yang terjadi selama semester/tahun tersebut. Data dihimpun dari LBKPS/LBKPT. LBPWS/LBPWT disampaikan kepada UPPB-E1 atau UPPB dengan tembusan Kanwil DJKN. 5
LBPES/LBPET menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester/tahun, serta mutasi yang terjadi selama semester/tahun tersebut. Data dihimpun dari LBKPS/LBKPT, dan/atau LBPWS/LBPWT. LBPWS/LBPWT disampaikan kepada UPPB dengan tembusan kepada DJKN. LBPS/LBPT menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester/tahun, serta mutasi yang terjadi selama semester/tahun tersebut. Data dihimpun dari LBKPS/LBKPT, dan/atau LBPWS/LBPWT dan/atau LBPES/LBPET. LBPS/LBPT disampaikan kepada DJKN. Terkait dengan pelaporan BMN, terdapat batasan penyajian untuk pelaporan BMN : 1. Pelaporan BMN berupa persediaan, tingkat UPKPB sampai denga sub kelompok barang 2. Pelaporan BMN berupa aset tetap dan aset lainnya, tingkat UPKPB sampai dengan sub-sub kelompok barang 6
Tata cara pelaporan tingkat UPKPB Dokumen sumber DBKP Buku barang KIB Dokumen Inventarisasi BMN Dokumen Pembukuan Lainnya Jenis Laporan DBKP (pertama kali) LBKPS Laporan Persediaan Laporan Aset Tetap Laporan KDP Laporan Aset lainnya Laporan Barang Bersejarah Catatn Ringkas Barang LBKPT Laporan Persediaan Laporan Aset Tetap Laporan KDP Laporan Aset lainnya Laporan Barang Bersejarah Catatan Ringkas Barang Prosedur Pelaporan Proses pertama kali Proses semesteran Proses akhir periode pembukuan Proses lainnya 7
B. Penggolongan dan Kodefikasi BMN Penggolongan barang adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematik mengenai BMN ke dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, sub sub kelompok. Kodefikasi barang adalah pemberian kode barang milik negara sesuai dengan penggolongan masing-masing barang milik negara. Penggolongan dan kodefikasi barang : PMK 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Tujuan penggolongan dan kodefikasi BMN adalah untuk menyeragamkan penggolongan dan kodefikasi BMN secara nasional guna mewujudkan tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN, yaitu : 1. Penatausahaan BMN pada pengelola barang 2. Penatausahaan BMN pada KPB/Pengguna Barang Simbol/logo pada barang adalah tanda pengenal barang berupa penggabungan gambar, angka, dan huruf/logo dengan maksud agar mudah diketahui keberadaan BMN tersebut. Kode Lokasi terdiri dari 16 angka. X X X. X X. X X X X. X X X X X X. X X X. Pengguna barang Es. I Wilayah Kuasa Pengguna Barang Pembantu KPB. Kode registrasi merupakan identitas barang yang digunakan sebagi tanda pengenal yang dilekatkan pada barang yang bersangkutan. Terdiri dari 16 digit kode lokasi + 4 digit tahun perolehan dan 10 digit kode barang + 6 digit NUP 8
Kode barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub sub kelompok. X. X X. X X. X X. X X X Golongan Bidang Kelompok Sub kelompok. Subsub kelompok Dalam lampiran I PMK 29/PMK.06/2010 untuk Lap Top, kode barangnya adalah : 3. 1 0. 0 1. 0 2. 0 0 2 Golongan Bidang Kelompok Sub kelompok. Subsub kelompok Amati ruangan ini. diklat. Cek kode registrasi atas BMN yang terdapat pada ruangan Golongan barang menurut PMK 29 / PMK. 06/2010 dan klasifikasi menurut Standar Akuntansi Pemerintahan : Golongan Uraian SAP 1 Persediaan Persediaan ; Aset Lancar 2 Tanah Tanah ; Aset Tetap 3 Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin ; Aset Tetap 4 Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan; Aset Tetap 5 Jalan, Jaringan dan Irigasi Jalan, Irigasi dan Jaringan; Aset Tetap 6 Aset Tetap Lainnya Aset Tetap Lainnya ; Aset Tetap 7 Konstruksi Dalam Konstruksi Dalam Pengerjaan ; Aset Tetap Pengerjaan 8 Aset tak berwujud Aset Tak Berwujud ; Aset Lainnya C. KEBIJAKAN AKUNTANSI BMN Standar Akuntansi Pemerintahan yang diatur dalam PP 71 tahun 2010 terdiri dari lampiran I dan lampiran II. Lampiran I dengan basis Akrual, sedangkan lampiran II dengan basis Kas Menuju Akrual. Dengan basis akrual, penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable asset) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Dengan basis kas menuju akrual basis, penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Pencatatan penyusutan 9
merupakan salah satu ciri dari pemberlakuan basis akrual. SAP mengamanatkan bahwa aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Untuk pelaporan BMN semester I tahun 2013 harus menerapkan penyusutan BMN, dan itu sudah diwadahi dengan aplikasi SIMAK-BMN 2013 yang memberikan tambahan menu untuk penyusutan BMN. PMK 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan BMN berupa aset tetap pada entitas pemerintah mengatur secara teknis penyusutan, mulai dari obyek, nilai yang dapat disusutkan, tabel masa manfaat, metode, penghitungan dan pencatatan serta penyajian dan pengungkapannya. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat. Masa manfaat adalah periode suatu aset tetap yang diharapkan digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik. Atau dapat juga didefinisikan sebagai perkiraan umur ekonomis suatu aset tetap. Tabel ini merupakan pedoman bagi seluruh K/L dalam menentukan masa manfaat suatu aset tetap. Selain itu terdapat juga KMK 94/KM.6/2013 tentang Modul Penyusutan BMN berupa aset tetap pada entitas pemerintah pusat. Keputusan ini memberikan ilustrasi kasus-kasus dalam penerapan penyusutan, mulai dari pemilihan masa manfaat, cara menghitung penyusutan sampai dengan pengungkapannya dalam CaLK. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan tujuan : a. Menyajikan nilai aset tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan pemerintah pusat b. Mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan masa manfaat suatu yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun ke depan. c. Memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal utnuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah dimiliki. Penyusutan dilakukan terhadap : 10
- AT berupa Gedung dan bangunan - AT berupa Peralatan dan mesin - AT berupa Jalan, irigasi dan jaringan - AT lainnya (AT renovasi dan alat musik modern) - AT yang direklasifikasikan sebagai Aset Lainnya berupa aset kemitraan dengan pihak ketiga dan aset idle Penyusutan tidak dilakukan terhadap : - AT yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber yang sah dan telah diusulkan kepada pengelola barang untuk dilakukan penghapusannya a. AT dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada pengelola barang untuk dilakukan penghapusan Aset tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokmen sumber yang sah dan telah disulkan penghapusannya kepada pengelola barang akan direklasifikasi ke dalam Daftar Barang Hilang, tidak dicantumkan dalam LBKPB//LBMN/Neraca. Akan tetapi, bila dikemudian hari aset tersebut diketemukan, maka aset tersebut akan direklasifikasi dari Daftar Barang Hilang ke Akun Aset Tetap dan selanjutkan dilakukan penghapusan. Nilai Yang Dapat Disusutkan AT yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012 AT yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 Nilai buku per 31 Desember 2012 Nilai Perolehan (bila diketahui) Nilai estimasi (bila nilai perolehan tidak diketahui) Terkadang terjadi perubahan nilai aset tetap sebagai akibat koreksi nlai aset tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam pencantuman nilai yang diketahui dikemudian hari. Oleh karena itu dilakukan penyesuaian terhadap penyusutan aset tetap. Penyesuaian ini dapat meliputi : a. Nilai yang dapat disusutkan 11
b. Nilai akumulasi penyusutan Untuk penyusutan aset tetap dilakukan tanpa ada nilai residu (nilai buku suatu aset tetap pada akhir masa manfaat). Sehingga nilai yang dapat disusutkan didasarkan pada nilai buku semesteran dan tahunan (kecuali untuk penyusutan pertama kali didasarkan pada nilai buku akhir tahun pembukuan sebelum diberlakukannya penyusutan). Masa manfaat ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor perkiraan, yaitu : a. Daya pakai b. Tingkat keausan fisik dan/atau keusangan Pada prinsipnya tidak dapat dilakukan perubahan atas masa manfaat, kecuali : a. Terjadi perubahan karakteristik fisik/penggunaan aset tetap b. Terjadi perbaikan aset tetap yang menambah masa manfaat atau kapasitas manfaat Meliputi : 1. Renovasi Kegiatan penambahan, perbaikan dan/atau penggantian bagian aset tetap dengan maksud meningkatkan masa manfaat, kualitas dan/atau kapasitas 2. Restorasi Kegiatan perbaikan aset tetap yang rusak dengan tetap mempertahankan arsitekturnya 3. Overhaul Kegiatan penambahan. Perbaikan, dan/atau penggantian bagian peralatan mesin dengan maksud meningkatkan masa manfaat, kualitas dan /atau kapasitas. c. Terdapat kekeliruan dalam penetapan masa manfaat aset tetap yang baru diketahui dikemudian hari Penyusutan aset tetap dilakukan dengan metode garis lurus, yaitu mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari aset tetap yang secara merata setiap semester selama masa manfaat. Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan Masa Manfaat 12
Penghitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap dilakukan untuk setiap aset tetap. Kecuali bila aset itu digunakan bersamaan dengan aset tetap lain, maka penghitungan dan pencatatannya akan diperlakukan sebagai 1 unit. Dalam neraca, penysuutan aset tetap akan disajikan sebagai Akumulasi Penyusutan. Akumulasi penysuutan ini merupakan pengurang pos aset tetap dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Penyusutan aset tetap diakumulasikan setiap semester. Dalam CaLK harus diungkapkan : a. Nilai penyusutan b. Metode penyusutan yang digunakan c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode Suatu AT yang seluruh nilainya telah disusutkan tetapi secara teknis masih dapat dimanfaatkan, tetap disajikan di neraca dalam kelompok aset tetap. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus. Masa manfaat aset tetap berpedoman pada Tabel Masa Manfaat Aset Tetap KMK 59/KMK.6/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat. Pelaksanaan penyusutan terbagi menjadi : 1. Penyusutan pertama kali 2. Penyusutan pada saat terjadinya transaksi BMN 3. Penysuutan yang dilakukan secara periodik D. KEBIJAKAN DI BIDANG KAPITALISASI BMN Tujuan : a. Landasan hukum dan pengelolaan dan penatausahaan BMN b. Mewujudkan keseragaman dalam menentukan nilai BMN yang dikapitalisir c. Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pencatatan nilai BMN. 13
Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap adalah pengeluaran pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi dan restorasi. Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap : 1. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan alat olah raga Rp300.000,- 2. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan Rp10.000.000,- Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, muta produksi atau peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. E. KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA BARANG MILIK NEGARA Menurut Bultek 04 : Buletin Teknis Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, belanja barang merupakan bagian dari belanja operasi. Belanja modal terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan; belanja jalan, irigasi dan jaringan; dan belanja aset tetap lainnya. Belanja barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Terkait dengan BMN, belanja untuk pembelian persediaan dibiayai dari belanja barang dan jasa. Sedangkan pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja masuk ke belanja pemeliharaan (komponen dari belanja barang). Contohnya : Satker X mengalokasikan anggaran sebesar Rp 3.000.000,- untuk biaya ganti oli 10 mobil dinas. Biaya ganti oli tidak memenuhi persyaratan kapitalisasi aset tetap, yaitu tidak mengakibatkan bertambahnya umur, manfaat atau kapasitas, sehingga realisasi pengeluaran belanja tersebut dicatat dan disajikan sebagai belanja pemeliharaan. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Jadi suatu belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika : 1. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah 14
2. pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah 3. perolehan aset tersebut diniatkan bukan untuk dijual. Pengeluaran sesudah perolehan aset tetap atau aset lainnya dapat dimasukkan sebagai belanja modal jika : 1. pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang telah dimiliki 2. Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset tetap/aset lainnya. Diskusi terkait akuntansi BMN 1. DJP melakukan kajian yang memiliki manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan. Bagaimana perlakuan akuntansinya? 2. Diperoleh tanah hasil ganti rugi untuk pelebaran sungai dan pelebaran jalan serta jembatan. Bagaimana perlakuan akuntansinya? 3. Satker X melakukan renovasi gedung sekolah milik swasta. Bagaimana perlakuan akuntansinya? 4. Satker X memiliki gedung yang digunakan oleh satker Y. Satker Y melakukan renovasi gedung tersebut. Bagaimana perlakuan akuntansinya? 5. Adanya biaya terkait jasa pengawasan atas pembangunan konstruksi yang sudah selesai. Bagaimana perlakuan akuntansinya? 15