STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

SOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) Tentang

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 7 Tahun 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM TERPADU GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES LOMBOK TENGAH

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA )

MOU SAT BINMAS POLRES SUMBAWA DENGAN DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SDN 06 SUMBAWA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

SOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) Tentang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN2015 TENTANG TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL KABUPATEN KARANGASEM

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 POLRES LOMBOK TIMUR

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL. BAB

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Suatu kajian sistematis tentang profil, penyebab/akar masalah, pelaku dan faktorfaktor yang mendorong konflik dan perdamaian.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PENGUKURAN KINERJA SAT INTELKAM POLRES SUMBAWA BULAN DESEMBER 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGATURAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN POLRES BIMA KOTA TAHUN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

OLEH : SINDIKAT III TOKYO

GIAT HARIAN SAT BINMAS POLRES WAY KANAN

STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

DESAIN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN (TKPP) DI INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENINGKATKAN KOORDINASI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI PROVINSI

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA PELATIHAN FUNGSI JAJARAN POLRES SAMBAS

KodePuslitbang : 3-WD

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBINAAN DAN PENYULUHAN TERHADAP ANGGOTA SATUAN PENGAMANAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PEMBUKAAN SARASEHAN FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT KABUPATEN SLEMAN TANGGAL: 5 JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. berbagai suku, agama, ras dan golongan. Perbedaan-perbedaan pandangan dan

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi tiap-tiap warga negaranya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

HASIL KEGIATAN TURJAWALI SAT SABHARAA POLRES LOMBOK TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU RESORT KARIMUN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA Nomor : SOP - 6 / I / 2016 / Sat.Intelkam STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL I. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia merupakan bangsa diisi dengan berbagai macam keberagaman seperti aneka ragam suku bangsa, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbedabeda. Kondisi tersebut merupakan anugerah dan perekat persatuan bangsa. Namun di sisi lain juga memiliki sebuah konsekuensi akan menciptakan gangguan bagi keamanan dan ketertiban masyarakat apabila tidak dikelola dengan tepat. Hal ini bila dibiarkan dapat menjadi sebuah sumber potensi konflik sosial yang akan mewarnai situasi Kamtibmas di berbagai wilayah, Potensi konflik yang bersumber dari berbagai akar masalah tersebut harus dapat di lakukan identifikasi lebih dini agar segera dapat diambil sebuah upaya konkrit mengenai antisipasi dan pencegahan agar potensi konflik tersebut tidak berkembang menjadi konflik nyata. II. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Standar Operasional Prosedur dalam rangka Penanganan Konflik Sosial ini dibuat dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi anggota Polri dalam penanganan konflik sosial secara komprehensif, terintegratif dan sistematis dengan melibatkan para stakeholder dan unsur terkait lainnya sehingga tercapai sebuah sinergitas dalam pelaksanaan penanganan konflik sosial yang terjadi. b. Tujuan Standar Operasional Prosedur Penanganan Konflik Sosial ini dibuat bertujuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas personel Polres Sumbawa dilapangan guna memperoleh hasil yang optimal dengan pola kerja yang efektif dan efisien. III. ANALISA KONFLIK DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPOLISIAN Dalam melakukan tindakan kepolisian dalam rangka penanganan konflik sosial, personel Polres Sumbawa harus melakukan sebuah analisa konflik. Analisa tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) langkah seperti dibawah ini antara lain :

1. Membuat penilaian awal 2 Ketika personel Polres Sumbawa mendapatkan informasi mengenai dugaan adanya potensi konflik sosial, maka harus melakukan sebuah penilaian tentang validitas informasi tersebut. Penilaian ini dilakukan dengan cara Peninjauan lapangan (Check and Re Check, Cross Check dan Final Check). Ketika langkah tersebut sudah dilakukan maka dapat diperoleh sebuah penilaian wala apakah dugaan potensi konflik sosial tersebut valid atau tidak. 2. Melakukan Pengumpulan Informasi Setelah dinyatakan valid, Personel Polres Sumbawa selanjutnya diwajibkan melakukan kegiatan pengumpulan informasi. Kegiatan ini dikandung maksud agar mendapatkan masukan dan data yang lebih banyak dalam rangka kegiatan evaluasi nantinya. Pengumpulan informasi ini juga ditujukan untuk menggali pokok persoalan yang sebenarnya terjadi dalam sebuah konflik sosial. 3. Melakukan Evaluasi Informasi Setelah seluruh informasi terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan evaluasi dari semua data yang diterima. Evaluasi informasi ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah ringkasan analisis konflik. Dalam ringkasan analisis konflik ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : a. Penahapan Konflik Teknik penahapan konflik merupakan salah satu teknik menganalisis konflik dengan membuat sebuah grafik yang menunjukkan fluktuasi (peningkatan dan penurunan intensitas konflik yang dilukiskan dalam skala waktu tertentu) b. Pemetaan Konflik Teknik ini menitik beratkan kepada penggambaran visual antara hubungan berbagai pihak yang telibat dalam konflik social. c. Segitiga SPK (Sikap Perilaku Konteks ) Sesuai dengan namanya, teknik ini melakukan analisis terhadap ketiga unsur diatas yang erat kaitannya dengan ebrbagi pihak yang terlibat dalam konflik sosial. d. Pohon Konflik Suatu teknik analisis dengan mengunakan alat bantu berupa gambar sebuah pohon dengan tujuan untuk merinci dan menghubungkan isu-isu pokok suatu konflik dengan cara mengidentifikasi 3 hal utama yaitu : Mengetahui sebab-sebab awal munculnya konflik sosial tersebut Mendatakan Efek-efek yang muncul dari timbulnya konflik sosial tersebut Mengetahui apakah konflik sosial terjadi adalah akibat dari masalah yang dahulu pernah ada. IV. PENANGANAN KONFLIK SOSIAL Definisi dari Penanganan konflik sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistimatis dan terencana dalam sebuah situasi, kondisi dan peristiwa tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum, pada saat, dan sesudah terjadi sebuah konflik. Kegiatan yang dimaksud tersebut meliputi kegiatan pencegahan konflik, dan pemulihan pasca konflik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan masyarakat di daerah tersebut.

3 Dari definisi diatas dapat di identifikasikan kegiatan menjadi : 1. Pencegahan Konflik Yang dimaksudkan dengan pencegahan konflik ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya sebuah konflik sosial. Dalam hal langkah pencegahan konflik, satuan operasional di Polres Sumbawa memiliki peran antara lain sebagai berikut : a. Satuan Intelijen Keamanan (Sat Intelkam) yang berkedudukan di Polres Sumbawa beserta unit Intelkam yang berkedudukan di tiap Polsek jajaran melakukan deteksi dini mengenai akar permasalahan yang diidentifikasi akan menjadi pemicu terjadinya konflik sosial. Selain itu juga memiliki tugas untuk melakukan penggalangan terhadap masyarakat guna memperkecil atau menghilangkan efek yang terjadi dari sebuah konflik. b. Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) yang berkedudukan di Polres Sumbawa beserta dengan Unit Binmas yang berkedudukan di tiap Polsek jajaran dengan melibatkan Bhabinkamtibmas melakukan pemeliharaan kondisi yang kondusif di tengah masyarakat dengan cara melakukan sambang desa dan tokoh serta penyampaian pesan pesan Kamtibmas kepada masyarakat. Selain itu juga memiliki tugas untuk menjadi seorang pemberi solusi dalam sebuah permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat (problem solver). Hal ini dikandung maksud untuk mengedepankan sistem penyelesaian dengan cara musyawarah dengan melibatkan tokoh-tokoh yang ada di desa tersebut. Dengan demikian munculnya potensi konflik dapat dikurangi dan dihilangkan. c. Satuan Samapta Bhayangkara (Sat Sabhara) yang berkedudukan di Polres Sumbawa beserta unit Sabhara yang berkedudukan di tiap Polsek jajaran memiliki tugas untuk melakukan pencegahan timbulnya potensi konflik sosial dengan cara melaksanakan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Turjawali). Patroli yang dilakukan hendaknya berpedoman pada tempat dan waktu rawan serta dengan mengedepankan dialogis kepada masyarakat. d. Kepolisian Sektor (Polsek) bertugas untuk menginventarisir sekecil apapun permasalahn yang ada di wilayah hukum polsek tersebut. Selain itu polsek juga melibatkan unsur forum komunikasi pimpinan kecamatan dan tokoh masyarakat melaksanakan musyawarah terkait dengan masalah yang terjadi di tengahtengah masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh sebuah solusi menang-menang (win win solution) dari permasalahan yang ada tersebut sehingga tidak meluas menjadi sebuah potensi konflik sosial. 2. Penghentian Konflik Didefinisikan sebagai sserangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi perluasan dan eskalasi konflik, serta mencegah bertambahnya jumlah korban dan kerugian harta benda. Dalam rangka melakukan kegiatan penghentian konflik, satuan operasional Polres Sumbawa memiliki peran antara lain : a. Satuan Intelijen Keamanan (Sat Intelkam) melakukan indentifikasi terhadap para aktor intelektual, pelaku, serta lembaga atau perorangan yang melakukan pendanaan terhadap sebuah konflik yang terjadi. Selain itu, kelengkapan dokumen juga mutlak diperlukan guna kelengkapan bukti dalam rangka melakukan sebuah kegiatan represif / penindakan.

4 b. Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) memiliki tugas melakukan kegiatan represif berupa penindakan terhadap setiap tokoh dan aktor yang terlibat dalam konflik sosial tersebut termasuk dengan penyedia dana serta sarana dan prasarana yang digunakan c. Satuan Samapta Bhayangkara (Sat Sabhara) memiliki tugas untuk melakukan pengamanan (Status Quo) terhadap korban dan harta benda akibat dari terjadinya sebuah konflik sosial. Disamping itu Sat Sabhara juga turut serta secara aktif memberikan bantuan (back up) dalam rangka upaya represif yang dilakukan oleh Sat Reskrim. d. Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) memiliki tugas untuk memberikan himbauan kepada masyarakat salah satunya melalui mobil penerangan agar konflik sosial bisa segera dredam dan dihentikan. e. Kepolisian Sektor (Polsek) memiliki tugas melakukan pendataan terhadap jumlah korban dan harta benda yang tersisa sebagai akibat dari terjadinya sebuah konflik sosial. Selain itu Polsek juga berkewajiban untuk melakukan komunikasi aktif dan pendampingan terhadap korban dalam rangka menjaga keselamatan dan keamanan korban beserta harta bendanya. 3. Pemulihan Pasca Konflik Pemulihan pasca konflik adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan dalam rangka mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis dalam masyarakat akibat konflik. Kegiatan ini harus dilaksanakan sebagai pengejawantahan kewajiban pemerintah. Rangkaian kegiatan pemulihan pasca konflik dilaksanakan secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukur melalui upaya rekonsiliasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. Keseluruhan kegiatan ini tentu saja harus dilaksanakan bersama dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) dengan harapan akan diperoleh hasil yang lebih optimal karena melibatkan semua pihak yang berkompeten. V. PEMANFAATAN PERAN PRANATA ADAT DALAM MENDUKUNG TUGAS POLRES SUMBAWA DALAM RANGKA PENANGANAN KONFLIK SOSIAL Pranata adat diartikan sebagai sebuah keseluruhan dan keterpaduan dari sebuah sistem yang mengatur tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu. Pranata adat dan kelengkapannya disusun dan dibuat dengan tujuan untuk memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam sebuah tatanan masyarakat tertentu. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pranata adat harus dipatuhi oleh masyarakat dan bersifat mengikat terhadap masyarakat di daerah tersebut. Dalam konteks penanganan konflik sosial, ada beberapa peran pranata adat yang dapat dimanfaatkan oleh personel Polres Sumbawa antara lain : 1. Pada tahapan pencegahan konflik, pranata adat dapat disinergikan dengan tugas kepolisian dalam rangka memberikan pemahaman kepada warga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut agar tidak mudah percaya dengan segala bentuk provokasi yang datang kepada mereka. Selain itu juga untuk memberikan penekanan agar warga masyarakat tidak terlibat dalam perkelahian yang berujung kepada konflik. Disamping itu, Satuan Operasional Polres Sumbawa bersama dengan Polsek dan bhabinkamtibmas dapat memanfaatkan pranata adat untuk melakukan penangkalan terhadap gejolak perseteruan antara 2 (dua) kelompok yang dikhawatirkan akan bertikai.

5 2. Pranata adat juga dapat dimanfaatkan Oleh personel Polres Sumbawa dalam rangka melakukan sebuah tindakan musyawarah yang ditujukan untuk memperkecil dampak dari sebuah konflik. Dalam sebuah kegiatan musyawarah ini, personel Polres Sumbawa bertindak selaku mediator bersama dengan perangkat adat dan berfungsi sebagai pelopor dalam aksi perdamaian warga masyarakat tersebut. 3. Personel Polres Sumbawa juga dapat memanfaatkan pranata adat guna mendukung tugas Polri dalam hal melakukan pembinaan terhadap kerukunan warga masyarakat di tempat tugasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan tatap muka dan penyuluhan terutama melakukan himbauan kepada masyarakat untuk senantiasa patuh hukum. Dengan demikian diharapkan potensi munculnya konflik sosial dapat dikurangi dan dihilangkan. 4. Pada tahap penghentian konflik, pranata adat dapat dimanfaatkan oleh Personel Polri dalam bentuk pengerahan tokoh adat setempat untuk bersamasama menciptakan rasa aman dan damai dengan cara melakukan himbauan kepada warga masyarakatnya untuk tidak melakukan kekerasan. Diharapkan langkah ini akan berujung dengan hasil yaitu kondusifitas situasi keamanan yang berangsur-angsur membaik. 5. Pada tahapan pasca konflik, personel Polres Sumbawa dapat melibatkan pranata adat (dalam hal ini mengedepankan tokoh adat) guna melakukan pendataan, evaluasi dan pendistribusian bantuan terhadap kesejahteraan warga yang menajdi korban dari sebuah konflik sosial. Sehingga proses rekonsiliasi, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca konflik dapat berjalan optimal, tepat sasaran dan efisien. VI. PENUTUP Demikian Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Pengamanan Konflik Sosial ini disusun dan dinyatakan berlaku pada tanggal ditetapkan. Apabila ada hal yang belum diatur dalam pedoman ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman yang ada. Sumbawa Besar, 30 Januari 2016 KEPALA SATUAN INTELKAM HATTA, S.IP AJUN KOMISARIS POLISI NRP 75040012