TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORITIK

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

I. PENDAHULUAN. hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain bersifat

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di

TOR KULIAH UMUM JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

Pekerjaan Sosial PB :

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

BAB II KERANGKA TEORI

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (PPMK) DI KELURAHAN SEMPER BARAT JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah seperti diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB I PENDAHULUAN. lagi ragam kerajinan yang dihasilkan oleh home industri ini. 1

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMBERDAYAAN PETANI DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN (Studi di Desa Betet, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk)

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

d. Boundaries. Suatu batas kelompok ditandai secara fisik oleh ruang yang ditempati, secara psikologis oleh kepribadian anggotanya dan secara sosial

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemberdayaan dan Keberdayaan dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Tanjung Luar Lombok Timur

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS. Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowerment yang biasa

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tugas pokok dan fungsi secara umum merupakan hal-hal yang harus bahkan

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BAB V ANALISIS DATA. Sehubungan dengan deskripsi penyajian data mengenai peran Yayasan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban untuk mewujudkan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panduan diskusi kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

56 PERKEMBANGAN PERILAKU KEPRIBADIAN REMAJA DENGAN LATAR BELAKANG KEDUA ORANG TUA BERCERAI

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin. Pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau siasat yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang (Purnomo dan Zulkiflimansyah, 1999). Arti lain dari kata strategi yang masih berasal dari Yunani, yaitu strategos yang berarti jendral (Steiner dan Minner, 2000). Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama (Rafi udin dan Djalil, 2001). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) disebutkan bahwa istilah strategi adalah suatu ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu. Definisi lain mengenai strategi yang diberikan oleh para ahli, adalah sebagai berikut:

10 1. Menurut Effendy (1999), strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. 2. Menurut Chandler, 1962 (dalam Supriyono,1985), strategi adalah penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan pemberdayaan masyarakat serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 3. Menurut Siagian, S (1986), strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia, sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang strategi yaitu: a. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang terpadu, yang dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi. b. Penyusunan strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi. c. Pencapaian tujuan organisasi, memerlukan alternatif strategi yang dipertimbangkan dan harus dipilih. B. Efektivitas Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif. (Ravianto, 1989) Pengertian lain menyatakan bahwa efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi.

11 Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207). Kemudian menurut Martoyo (1998:4) menyatakan bahwa efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, di mana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan

12 mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan (Adi, 2000). Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi (Diana, 1997). Secara teknis istilah pemberdayakan dapat disamakan dengan istilah pengembangan. Pemberdayaan umat atau masyarakat didefinisikan sebagai upaya untuk membangkitkan potensi umat Islam ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi (Machendrawaty dan Syafe i, 2001). Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya (Sumodiningrat, 1997). Istilah pemberdayaan yang dipakai oleh Handoko (1997) adalah Pengembangan, yaitu suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan. Dalam Ensiklopedia Indonesia, daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak. Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri sehingga pengetahuan,

keterampilan serta sumberdaya lainnya dapat diakumulasi dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. 13 Payne, 1997 (dalam Maharani, 2012) mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan (empowerment) pada intinya, ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya dari lingkungannya. Shardlow, 1998 (dalam Alrasyid, 2007) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkain kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

14 bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Dari pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat yang tadinya lemah, baik dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan potensi yang mereka miliki dan guna membangun serta menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan pendekatan tertentu yang dapat menjamin keberhasilan hakiki dalam bentuk kemandirian. 2. Strategi dan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif dan tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerja sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara induvidual, meskipun pada giliranya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya (Suharto, 2005).

15 Pelaksanaan proses dan pencapaiaan tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5 P menurut Suharto, 1997 ( dalam Jadmiko, 2011) yaitu: a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural dan struktural yang hambat. b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat salam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak sempurna (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

16 masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Dubois dan Miley (1992) memiliki beberapa cara atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat: a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (selfdetermination), menghargai perbedaan dan keunikan individu, menekankan kerja sama klien (client partnerships) b. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri dari klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan menjaga kerahasiaan klien. c. Memecahkan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, memnghargai hak-hak klien, merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi. d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketaatan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemah kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

17 Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan (Suharto, 2005) dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. 1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugastugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach). 2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinnya. 3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system-strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

18 D. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) PPMK merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan bantuan yang diberikan secara langsung kepada masyarakat dan penyalurannya memanfaatkan institusi kemasyarakatan yang ada di tingkat kelurahan. PPMK dirancang untuk mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan berunsur komunitas seperti Dewan kelurahan, Rukun Warga (RW) dan lembaga kemasyarakatan (Dinas Sosial Kota Bandar Lampung, 2013). Hakekat PPMK adalah memberikan peranan jauh lebih besar kepada masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat baik dalam bentuk pemikiran tenaga maupun finansial. Sasaran PPMK adalah warga masyarakat yang berdomisili di Bandar Lampung dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi Lampung, mempunyai usaha kecil, kelompok maupun individu yang memerlukan bantuan modal dan perbaikan fisik lingkungan serta penanggulangan masalah sosial. E. Kerangka Pikir Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan atau kemiskinan. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) yang dilaksanakan di Bandar Lampung bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

19 Strategi atau pendekatan yang umum digunakan dalam program pemberdayaan masyarakat adalah aras mikro, aras mezzo, dan aras makro. Strategi yang digunakan dalam PPMK ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata kepada seluruh peserta yang mengikuti program-program unggulan dalam pelaksanaan PPMK seperti program dana bergulir dan pelatihan komputer. Alur pikir penelitian dapat digambarkan pada kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

20