BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya suatu pendidikan disuatu negara. Hal tersebut cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan serta dipelajari hampir di dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Secara umum, pengetahuan atau wawasan yang dipelajari dalam matematika dapat disederhanakan menjadi 4 yaitu, aljabar, analisis, geometri, dan aritmetika. Adapun pengembangan ilmu dari keempat hal tersebut banyak digunakan sebagai ilmu terapan sehari-hari, seperti statistika, ekonomi, akuntansi, dan lain-lain. Mengingat peran matematika yang sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Hal ini terlihat dengan pengaturan program pendidikan menurut standar-standar minimal dalam pendidikan di Indonesia. Standar-standar yang ditetapkan juga terus diubah sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan. Dalam kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran matematika di SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika. 3. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal di atas, senada dengan standar proses matematika yang telah ditetapkan oleh NCTM (2000). Pada standar proses pembelajaran matematika disebutkan bahwa dalam belajar matematika siswa belajar mengenai pemecahan masalah, pemberian alasan dan pembuktian, komunikasi, koneksi/hubungan, serta penyajian informasi. Kemampuan koneksi matematis adalah hal yang penting, sebab matematika merupakan ilmu yang tersetruktur dan terorganisasi, antara teorema satu dengan yang lainnya saling berhubungan sehingga membentuk pengetahuan yang lebih besar. Menurut James dan James (Erman Suherman: 2003), matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geomerti. Materi dalam matematika saling terkait satu sama lain dari unit satu ke unit lainnya, oleh karena itu kemampuan seseorang dalam mengkoneksikan antar unit matematika sangat diperlukan dalam memecahkan masalah matematika. Selain kemampuan koneksi matematis, kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sama pentingnya, 2

sebab dalam setiap proses pembelajaran maupun penyelesaian masalah, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada soal pemecahan masalah yang bersifat rutin maupun tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspekaspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, dan komunikasi dapat dikembangkan dengan baik. Pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika, tetapi juga merupakan ketrampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah siswa dan situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampua pemecahan masalah membantu seseorang secara baik dalam kehidupannya sehingga permasalahan yang kontekstual dapat membuat siswa terbiasa untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hal-hal di atas maka kegiatan pembelajaran di kelas hendaknya tidak mengesampingkan aspek pemecahan masalah dan koneksi matematis. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP ISS Jatipurno, pembelajaran matematika justru banyak menggunakan penyampaian langsung. Artinya siswa masih kurang diberikan fasilitas untuk mengkonstruksikan pemahamannya atas konsep yang ia pelajari. Banyak siswa yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami pengertian dan proses mendapatkannya. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki 3

kesulitan untuk secara mendalam fakta-fakta atau bagian-bagian lain dari matematika sebab materi yang selama ini diajarkan adalah sesuatu yang abstrak. Proses pembelajaran dan pengajaran matematika belum dikaitkan dengan situasi nyata yang ada disekitar siswa dengan kata lain tidak kontekstual. Selain itu kegiatan dan soal-soal untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa juga masih kurang. Hal demikian dapat menyebabkan terganggunya keefektifan dari pembelajaran matematika. Agar pembelajaran matematika dapat efektif, maka seorang guru harus mensituasikan proses pembelajaran dikelas dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih bahan ajar dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Dalam PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 20 diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan guru pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah adanya sumber belajar berupa bahan ajar. Salah satu bentuk bahan ajar adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar kegiatan siswa (LKS) berisi petunjuk-petunjuk untuk siswa dalam menyelesaikan masalah baik secara individu maupun berkelompok (Abdul Majid, 2008: 176). Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis ( 1993 4

:40) LKS digunakan untuk mengembangkan ketrampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah, serta membangkitkan minat siswa terhadap apa yang dipelajarinya. Dengan menggunakan LKS siswa diharapkan akan tertarik untuk belajar dan lebih memahami materi yang dipelajarinya. Mengingat fungsi LKS tersebut, diharapkan guru bisa mengembangkan LKS yang bisa membuat siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran khususnya matematika. Dalam teori belajar Jean Piaget disebutkan bahwa pengalaman belajar menentukan seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu seorang guru hendaknya mengembangkan bahan ajar yang dapat memfasilitasi pengalaman belajar, sehingga pemahaman siswa terhadap suatu materi atau konsep dapat terkonstruksi dengan baik. Konsep yang telah dipahami tersebut selanjutnya bisa digunakan sebagai dasar memahami konsep-konsep yang tingkatannya lebih kompleks sehingga siswa mampu mengkoneksikan konsep-konsep yang telah diketahui dengan konsep baru serta mampu menggunakannya memecahkan suatu masalah matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep dengan konteksnya, sehingga siswa memperoleh sejumlah pengalaman belajar bermakna berupa pengetahuan dan ketrampilan. Pendekatan ini menghubungkan materi dengan pengalaman sehari-hari siswa, masyarakat, dan pekerjaan yang melibatkan aktivitas. Adapun prinsip-prinsip 5

yang mendasari pendekatan kontekstual yaitu, kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, refleksi, pemodelan dan, penilaian autentik. Pada kenyataannya, beberapa guru belum mengembangkan bahan ajar secara mandiri, misalnya saja lembar kegiatan siswa (LKS). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika di SMP ISS Jatipurno, bahan ajar matematika yang digunakan di kelas adalah LKS yang dibeli dari penerbit. Selain itu, guru matematika juga belum mengembangkan bahan ajar sendiri dikarenakan kesibukan mereka dalam mengajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP ISS Jatipurno pada semester genap tahun ajaran 2014/2015, LKS yang digunakan masih kurang mengembangkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah. Berikut cuplikan isi LKS yang digunakan: Gambar 1. LKS yang digunakan dalam pembelajaran di kelas Jika diamati, materi di atas disampaikan dengan sangat singkat, kalimat yang digunakan tidak mengkonstruksi pemahaman siswa secara benar. Siswa belum dibiasakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan caranya sendiri dan tidak dibiasakan untuk mengkonstruksikan konsep-konsep dalam 6

matematika. Sehingga sebagian besar siswa hanya hafal dengan materi matematika tetapi tidak bisa mengetahui keterkaitan atau hubungan antara konsep dan kurang mampu dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, LKS yang digunakan juga kurang memberikan permasalahan kontekstual dalam penyajian materi dan sedikit memuat soalsoal koneksi dan pemecahan masalah matematis. Salah satu materi matematika yang diajarkan di tingkat SMP adalah materi tentang kubus dan balok. Materi ini sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu tentang bentuk-bentuk seperti rumah, gedung, dan sebagainya, sehingga jika pembelajaran dilakukan dengan tingkat kebermaknaan yang rendah akan mengakibatkan siswa mudah lupa dengan konsep yang telah dipelajari. Menurut Ahmad Fauzan (2014) banyak siswa yang tahu tentang rumus akan tetapi banyak pula yang tidak bisa menggunakan rumus tersebut ketika dibutuhkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika SMP ISS Jatipurno Wonogiri, diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalah berkaitan dengan materi kubus dan balok. Selain itu siswa juga masih kesulitan dalam menyelesaikan soal atau masalah kubus dan balok serta menghubungkan konsep-konsep kubus dan balok dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Padahal materi ini sangatlah penting, sebab merupakan materi prasyarat untuk materi berikutnya yaitu prisma dan limas. 7

Selain itu, keaktifan siswa didalam pembelajaran matematika juga masih kurang. Pembelajaran yang dilakukan hendaknya menciptakan suasana yang membuat siswa aktif untuk berani menemukan proses penyelesaian dari beberapa permasalahan. Berdasarkan uraian tersebut, dipandang perlu dikembangkannya bahan ajar berupa LKS dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP ISS Jatipurno, Wonogiri. Sasaran utama dari pengembangan LKS ini adalah kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa. Hal ini dikarenakan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah merupakan penting dalam matematika. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Model ini dipilih karena langkahlangkahnya sistematis dan sederhana dibandingkan dengan model lain. B. Identifikasi Masalah 1. Guru belum mengembangkan bahan ajar secara mandiri. 2. Belum tersedianya bahan ajar matematika yang mengembangkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah di SMP ISS Jatipurno Wonogiri. 8

3. Siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal-soal kehidupan sehari-hari ke dalam matematika. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk memperoleh kedalaman dalam penarikan kesimpulan, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengembangan bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). 2. LKS akan dikembangkan dengan pendekatan kontekstual. 3. Pengembangan LKS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa. 4. LKS yang dikembangkan terfokus pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII dengan rincian: a. Standar Kompetensi 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas, dan bagianbagiannya, serta menentukan ukurannya. b. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya 5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas. 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma, dan limas. 9

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa? 2. Bagaimana kualitas bahan ajar dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa. 2. Mendeskripsikan kualitas bahan ajar dengan pendekatan kontekstual pada materi kubus dan balok untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa. F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 10

1. Bagi guru: a. Bahan ajar yang dihasilkan dapat dijadikan panduan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. b. Sebagai bahan pertimbangan pembuatan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran. 2. Bagi Siswa: a. Dapat memberi kontribusi dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas belajar siswa. b. Dapat merangsang siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari. 3. Bagi Peneliti: a. Melatih dalam menghasilkan bahan ajar yang sesuai dengan syaratsyarat pembuatan bahan ajar. b. Mengetahui keefektifan dan respon siswa terhadap bahan ajar tersebut. 4. Bagi peneliti yang lain: a. Penelitian ini dapat menjadi masukan terkait dengan bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual. b. Penelitian ini juga dapat memberikan contoh bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. 11