I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. energi berasal dari lingkungan abiotik akan kembali ke lingkungan abiotik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

I. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sungai. Sungai Brantas merupakan sungai besar di provinsi Jawa Timur dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

bentos (Anwar, dkk., 1980).

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dengan arus yang lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali. Waktu tinggal

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

Transkripsi:

21 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Serayu merupakan salah satu kawasan atau wilayah daratan yang membentuk satu kesatuan wilayah tata air yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai utama yaitu Sungai Serayu. Secara administratif Sungai Serayu mengalir melalui wilayah lima kabupaten, yaitu : Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap (Anonymous 2009). Hulu sungai Serayu berasal dari Tuk Bimolukar yang berada di dataran tinggi Dieng Wilayah Kabupaten Wonosobo dan bermuara di Samudera Hindia, Pantai Cilacap. Panjang Sungai Serayu dari hulu ke hilir mencapai 568,6 km (Setijanto & Sulistyo 2008). Sepanjang daerah perairan Sungai Serayu dapat dijumpai adanya sungaisungai kecil yang bermuara padanya. Setidaknya ada sembilan sungai yang menjadi anak Sungai Serayu dengan Sungai Serayu sebagai sungai utama, yakni: Sungai Begaluh, Sungai Tulis, Sungai Merawu, Sungai Sapi, Sungai Pekacangan, Sungai Gintung, Sungai Klawing, Sungai Logawa, dan Sungai Tajum (Anonymous 1997; Anonymous 2009). Sungai Klawing, Sungai Logawa dan Sungai Tajum merupakan anak Sungai Serayu terbesar yang ada di Wilayah Kabupaten Banyumas (Anonymous 1997). Disadari atau tidak setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya dapat mengakibatkan gangguan yang mendorong terjadinya perubahan ekosistem pada skala tertentu. Pemanfaatan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip ekosistem dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan

22 tatanan ekosistem serta penurunan daya dukung lingkungan. Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Sungai Serayu merupakan salah satu dari 35 DAS di Jawa Tengah yang termasuk dalam kategori kritis (Yuwono 2014). Menurut survai yang dilakukan pada tahun 2006, sembilan persen Kepala Daerah (Gubernur dan Bupati) tidak peduli lingkungan, 37 persen cukup peduli, 47 persen peduli dan hanya tujuh persen sangat peduli. Berdasarkan data tersebut maka para Kepala Daerah tersebut perlu mendapat penyegaran tentang makna pembangunan berkelanjutan karena tidak jarang dari mereka menggadaikan sumberdaya alam sebagai komoditas politik tanpa menghiraukan kelestarian sumberdaya hayati dan lingkungan (Effendi 2014). Perubahan faktor fisik yang terjadi di daerah hulu maupun daerah hilir sungai dapat berakibat terjadinya perubahan pada struktur komunitas ikan. Perubahan ekosistem pada Sungai Serayu diduga terjadi secara alami maupun disebabkan oleh berbagai macam kegiatan manusia, diantaranya berupa pembuangan limbah industri, limbah domestik, dan penggalian tambang pasir dan batu (penambangan golongan C). Hal ini berpengaruh terhadap masukan zat-zat organik dan unsur-unsur hara sehingga produktivitas hayati berubah. Penelitian dengan tujuan untuk inventarisasi spesies ikan dilakukan oleh Yustina (2001), yaitu meneliti tentang keanekaragaman spesies ikan di sepanjang perairan Sungai Rangau Riau Sumatra. Penelitian untuk mengetahui pengaruh musim terhadap komposisi jenis ikan di Rawa Lebak Sungai Rungan Palangkaraya Kalimantan Tengah dilakukan oleh Sulistiyarto et al. (2007). Setijanto & Meinita (2004) melakukan penelitian tentang keanekaragaman habitat dan diet spesies-spesies ikan di Sungai Klawing Kabupaten Purbalingga sebagai

23 acuan konservasi dan budidaya. Penelitian tentang keragaman dan diet spesies ikan di Sungai Pelus Kabupaten Banyumas sebagai acuan konservasi dan budidaya juga dilakukan oleh Setijanto & Nasution pada tahun 2005. Pengelolaan sumberdaya hayati perikanan di Sungai Serayu merupakan bagian integral dari pengelolaan perairan yang sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu pemanfaatan perairan secara optimum dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Tujuan akhirnya adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu untuk menjaga potensi sumberdaya hayati perikanan di perairan tersebut perlu penanganan secara terpadu dari sektor perikanan dan konservasi. B. Permasalahan Masyarakat Kabupaten Banyumas, khususnya yang tinggal di daerah sepanjang aliran Sungai Serayu memanfaatkan sumberdaya sungai tersebut, baik sumberdaya hayati maupun non hayati dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup maupun peningkatan kesejahteraan. Dalam memanfaatkan sumberdaya hayati mereka melakukan penangkapan ikan, sedangkan pemanfaatan sumberdaya non hayati masyarakat melakukan kegiatan penambangan pasir dan batu (penambangan golongan C). Dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dan penambangan pasir dan batu, masyarakat tidak mengetahui dengan pasti tentang spesies ikan dan sifat-sifatnya. Mereka juga tidak memahami apakah kegiatan yang dilakukan berpengaruh pada stok ikan yang ada, pertumbuhan dan kelestarian spesiesnya. Pembuatan Waduk Panglima Besar Soedirman yang telah membendung Sungai Serayu yang melintas di Wilayah Kabupaten Banjarnegara khususnya di

24 Kecamatan Mrica, demikian pula pembangunan Bendung Gerak Serayu di Wilayah Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, diduga dapat merubah ekosistem Sungai Serayu yang mengalir pada Wilayah Kabupaten Banyumas. Perubahan ekosistem pada Sungai Serayu tersebut tentu saja akan mempengaruhi kondisi fisika dan kimia perairan serta komunitas ikan yang hidup di sungai tersebut. Perubahan tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemelimpahan, keanekaragaman dan dominansi spesies ikan. Aktifitas penangkapan ikan secara berlebihan dan pembangunan dam atau bendungan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas dapat mempengaruhi komunitas ikan yang hidup di dalamnya, khususnya kemelimpahan dan keanekaragaman spesies. Kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan tersebut akan mengalami gangguan dan pada akhirnya dapat mengancam kelestarian ikan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian tentang komunitas ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas perlu dilakukan. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dipertanyakan : 1. Bagaimana kondisi perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia perairan, yaitu : suhu, kecepatan arus, kecerahan air, kandungan oksigen terlarut dan ph serta variasi spesies plankton di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas? 2. Bagaimanakah struktur komunitas (kemelimpahan, keanekaragaman dan dominansi) spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas?

25 3. Apakah ada perbedaan kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas ke arah hulu dan ke arah hilir? 4. Bagaimana pengaruh keberadaan Bendung Gerak Serayu dan penangkapan ikan secara berlebihan terhadap kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas? 5. Bagaimana pola pertumbuhan dan profil reproduksi ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap dan mendeskripsikan : 1. Kondisi perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia, yaitu : suhu, kecepatan arus, kecerahan air, kandungan oksigen terlarut dan ph serta variasi spesies plankton di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas. 2. Struktur komunitas (kemelimpahan, keanekaragaman dan dominansi) spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas. 3. Kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas ke arah hulu dan ke arah hilir. 4. Pengaruh keberadaan Bendung Gerak Serayu dan penangkapan ikan secara berlebihan terhadap kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas. 5. Pola pertumbuhan dan profil reproduksi ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas.

26 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang ikan sungai di dunia pernah dilakukan oleh Nyanti et al. (2012), yaitu studi komunitas ikan dan Crustaceae serta hubungan panjang-berat di Sungai Lutong, Miri, Sarawak, Malaysia. Propst et. al. (2008) meneliti tentang keberadaan ikan pendatang dan ikan asli di aliran sungai daerah tandus New Mexico USA. Hubungan antara ikan arus deras dengan struktur habitat di Sungai Nyagui Zimbabwe telah diteliti oleh Kadye & Moyo (2007). Bain et al. (1988) meneliti tentang regulasi aliran sungai terhadap struktur komunitas ikan di Alabama USA. Penelitian tentang ikan sungai yang ada di wilayah Indonesia telah dilakukan Muthmainnah (2010) yang mengkaji tentang komposisis jenis ikan di sepanjang aliran Sungai Musi. Prasetyo (2005) meneliti tentang kebiasaan makan dan musim mijah pada ikan Lais (Criptopterus sp.) pada kawasan perlindungan ikan Sungai Sambujur Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Hamidah (2004) meneliti tentang keanekaragaman jenis ikan di Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Rachmatika & Djaja (2002) meneliti keanekaragaman ikan di Sungai Cibareno, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Abdurahim et al. (2004) meneliti tentang kemelimpahan dan sebaran longitudinal ikan-ikan di Sungai Cidanau, Banten. Beberapa penelitian tentang ikan yang pernah dilakukan di Sungai Serayu dan sungai-sungai di sekitarnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lestari & Sugiharto (2007; 2008). Penelitian tersebut mengkaji tentang ekologi ikan Mastacembus unicolor yang terancam punah. Hal ini dilakukan dalam membangun upaya strategi konservasi. Penelitian ini mengungkapkan aspek

27 ekologi yang meliputi distribusi spasial dan temporal, struktur populasi, kemelimpahan, dan faktor-faktor lingkungan abiotik Sungai Serayu yang mempengaruhi M. unicolor. Suryaningsih (2012) meneliti tentang karakter morfometri dan karakter reproduksi B. balleroides dan B. gonionotus di Sungai Klawing, Purbalingga. Sulistyo & Setijanto (2002) mengungkap aspek ekologi dan reproduksi ikan Senggaringan (Mystus singaringan) di Sungai Serayu wilayah Kabupaten Banyumas dan Sungai Klawing wilayah Kabupaten Purbalingga sebagai acuan dasar domestikasi dan budidaya. Penelitian Rukayah et al. (2003) mengungkapkan tentang strategi reproduktif ikan senggaringan (M. singaringan) di Sungai Klawing Wilayah Kabupaten Purbalingga sebagai upaya menuju diversifikasi budidaya perairan. Setijanto & Nasution (2005) meneliti tentang keanekaragaman dan makanan spesies-spesies ikan Sungai Pelus wilayah Kabupaten Banyumas sebagai acuan konservasi dan budidaya. Setijanto & Meinita (2004) juga melakukan penelitian tentang biodiversitas, karakteristik habitat, dan makanan spesies-spesies ikan di Sungai Klawing Wilayah Kabupaten Purbalingga. Sinaga (1995) dalam menyelesaikan tugas akhir program pascasarjana (S2) di Institut Pertanian Bogor telah melakukan penelitian tentang komunitas ikan di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi ikan yaitu faktor kondisi dan kebiasaan makan yang dihubungkan dengan aspek ekologi ikan tersebut. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, studi tentang komunitas ikan sungai di dunia dan di Indonesia tidak banyak, bahkan studi komunitas ikan di Sungai

28 Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas belum ada. Penelitian ini mengungkap dan dideskripsikan kualitas perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia perairan, yaitu : suhu, kecepatan arus, kecerahan air, kandungan oksigen terlarut, ph dan variasi spesies plankton serta struktur komunitas ikan, meliputi aspekaspek : kemelimpahan, keanekaragaman, dominansi spesies dan pola pertumbuhan serta profil reproduksi ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman ekologi, khususnya tentang komunitas ikan pada habitat lotik. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan evaluasi bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai Serayu secara lebih baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan Sungai Serayu di Wilayah Kabupaten Banyumas khususnya dan Sungai Serayu secara keseluruhan maupun sungai-sungai lain di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini penulis belum menemukan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri maupun Peraturann Daerah yang mengatur tentang pengelolaan sungai secara menyeluruh termasuk tentang pengelolaan sumberdaya hayati sungai, khususnya ikan. Diharapkan Peraturann Daerah menerbitkan peraturan yang mengatur tentang lokasi penangkapan ikan, ukuran ikan yang boleh ditangkap, waktu penangkapan dan alat ikan yang boleh digunakan.

29 Pengelolaan Sungai Serayu di Wilayah Kabupaten Banyumas belum terpadu dan cenderung belum mengakomodasi pertimbangan ekologi. Keberadaan Bendung Gerak Serayu dan eksploitasi ikan yang berlebihan di Sungai Serayu berpotensi mengancam keberadaan dan kelestarian berbagai spesies ikan di dalamnya. Diharapkan kegiatan penangkapan ikan dan penambangan pasir dan batu (penambangan golongan C) yang dilakukan oleh masyarakat dapat dilaksanakan secara bijaksana, artinya melakukan penangkapan ikan dan penambangan dengan mempertimbangkan upaya kelestarian sumberdaya hayati khususnya ikan. Bagi masyarakat yang tinggal atau berdomisili di kawasan Sungai Serayu, keberadaan berbagai jenis ikan di sungai tersebut merupakan sumber gizi dan tambahan penghasilan. Apabila keberadaan berbagai jenis ikan di Sungai Serayu terus berkurang maka sumber gizi dan tambahan penghasilan juga akan berkurang. Oleh karena itu keberadaan berbagai spesies ikan di Sungai Serayu penting untuk dipertahankan kelestariannya.